CHAPTER 41: The Truth (3)

11.9K 1.3K 85
                                    

"Panggil Zrielka saja, Tuan Putri." lelaki itu tersenyum lagi, membuat lesung pipinya tercetak jelas; semnetara Harry menatapnya tajam bahkan sampai memicing. "Ah, iya, maafkan kelancangan saya karena lupa menanyakan kabar Anda, Pangeran. Semoga Anda sehat selalu."

Harry cuma mendengus, kemudian membuang muka.

"Baiklah Zrielka, sesuai tujuanmu di panggil kemari ... tolong lakukan pemeriksaan pada Harziusse, apakah ada hal yang janggal atau tidak." Ratu Arielle memberikan perintah, "bahkan aku bisa merasakan adanya energi yang berbeda menguar dari tubuh Harry. Ini sudah beberapa hari, walau semakin samar tapi masih bisa diperiksa."

"Maafkan kelancangan saya, Yang Mulia."

Mimik wajah Zrielka berubah drastis, kemudian ia menarik tangan Harry mulai dari bahu hingga ke jari-jari. Setelahnya berpendar cahaya keemasan dari tubuh sang penyihir. Ada beberapa mantra yang dibaca pemuda itu sekaligus, menyebabkan cahaya tadi berpindah pada tubuh Putra Mahkota. Benar-benar aneh, begitu melekat pada Harry, warna yang keluar berubah menjadi merah, dan berangsur-angsur semakin pekat. Putra Mahkota menahan energi besar yang ditarik keluar dari tubuhnya tiba-tiba, sementara Zrielka masih membaca beberapa mantra lainnya.

Harry merasakan seluruh energinya di tarik keluar, tepat saat cahaya keemasan milik Zrielka berpindah padanya. Tak lama kemudian terjadi gejala aneh di dalam tubuh pria itu. Semakin lama tenaganya semakin terserap pada mantra yang dibaca sang Penyihir. Sementara itu kepala Putra Mahkota mendadak pusing, dan perutnya mual. Sejurus kemudian semuanya menjadi gelap.

Bruk.

"Harry!"

Ellea berteriak panik, sepersekian detik setelah Harry ambruk Zrielka menarik napas dalam-dalam, dan semua cahaya energi merah pekat itu hilang seketika. Pemuda bertopeng separuh itu tampak tegang, terutama saat menatap Ratu Arielle dengan mata bulat hazelnya.

"Baginda Ratu, ada hal yang harus saya sampaikan." Zrielka menarik napas panjang, kemudian menatap Ellea dan Ratu Arielle bergantian.

"Tolong jangan menyembunyikan apa-apa." Ellea menyahut tiba-tiba, "Aku harus tahu, alasan di balik insiden yang membuat suamiku meniduri perempuan lain."

Zrielka mengangguk paham, "Putra Mahkota terkena sihir terlarang."

Ellea mengerutkan keningnya bingung, selama ini belum pernah ada yang memberitahu dia perihal sihir terlarang. Akan tetapi ekspresi Ratu Arielle lebih sulit ditebak. Entah pikiran macam apa yang ada di dalam sana, akan tetapi dari mimik wajahnya itu bukanlah pertanda baik.

"Maksudmu keluarga bangsawan Sillian menggunakan mantra lilith?" Ratu Arielle memperjelas pernyataan Zrielka, yang langsung dijawab dengan anggukan mantap oleh Penyihir itu.

***

Sudah lebih dari seminggu Harry tidak sadarkan diri, sementara Zrielka menetap di IStana Antares selama waktu pengobatan Putra Mahkota. Setiap hari pemuda itu menarik energi sihir dari mantra lilith yang bersarang di tubuh Harry. Lilith sendiri adalah sebuah kitab mantra terlarang yang disimpan dalam ruang pusaka bawah tanah Kerajaan Deandrez. Sihir yang dilarang keras penggunaannya itu memiliki efek yang lebih buruk dari hipnotis dan bisa bertahan sampai 12 jam. Penggunaan dengan dosis berlebihan dapat membuat energi dari mantra lilith menyerap sukma korbannya. Itulah beberapa fakta yang Ellea baca mengenai sihir yang menyerang Harry, dan hal itu juga yang membuat PutraMahkota belum sadar hingga sekarang.

Pertanyaannya adalah ... bagaimana bisa Octavius mendapatkan kitab mantra terlarang itu? Yang paling penting ... siapa yang menggunakannya pada Harry? Si ular berlidah dua, atau Catherine?

"Anda sering ke sini, ya, Tuan Putri."

Ellea menoleh, kemudian mendapati Zrielka berdiri di belakangnya. Perempuan itu lantas tersenyum tipis, tangan mungilnya lalu meletakan kembali satu pot mungil berisi kaktus. Rumah kaca dengan sinar matahari buatan ini adalah tempat ternyaman kedua setelah Istana Spica. Ellea cukup sering menghabiskan waktunya bersama Harry disini, tapi sudah seminggu dia datang sendirian.

"Putri Estelle, aku punya pertanyaan, tapi tidak tahu apakah Anda akan marah atau tidak karenanya." Zrielka bicara lagi, "Tapi aku sangat penasaran."

"Apa?" Ellea mengambil sejumput dandelion dan meniup bunganya sampai menyebar cantik di udara.

Zrielka menatap Ellea dengan hazelnya, "Apa Anda menyesal menikah dengan Putra Mahkota?"

"Kenapa pertanyaanmu seperti itu?" perempuan itu mendengus dan berdecak sekaligus, "Tidak ada yang seratus persen menyesal, begitu pun tidak ada yang seratus persen bersyukur karenanya."

"Kenapa?" Penyihir itu malah balik bertanya, penasaran dengan jawaban Ellea.

"Karena manusia serakah." Ellea menatap salju yang turun di luar rumah kaca, "contohnya saja keberadaan rumah kaca ini. Padahal musim dingin, tapi aku suka sekali kehangatan buatan dan kecantikan tumbuhan hijau di sini."

Zrielka masih menatap Ellea.

"Seperti aku yang selalu menginginkan Harry hanya untuk diriku sendiri." sang Putri tersenyum kikuk, "kenapa takdir sering kali sebercanda ini?"

Kali ini lengkung manis yang tercetak di wajah sang Penyihir. Lamat ia menatap Ellea dengan segala keajaibannya. Dulu, waktu pertama kali ke istana untuk menyembuhkan Putri Mahkota, sebenarnya Zrielka sangsi. Akan tetapi begitu melihat sang Putri yang tertidur karena kunang-kunang biru, pemuda itu sama sekali tidak pernah menyesali keputusannya.

"Tuan Putri!" suara Frita terdengar heboh, "Tuan Putri!"

Ellea berbalik kaget begitu melihat sosok Frita yang berlarian memasuki rumah kaca. "Putra Mahkota sudah sadar!"

Bagai kejatuhan durian runtuh, baik Ellea maupun Zrielka sama-sama merasa beruntung. Bagi Zrielka senyuman secerah matahari milik Ellea tiada duanya. MUngkin ia rela kalau harus mementrai dirinya sendiri dengan mantra lilith asal bisa melihat senyum itu di wajah setiap orang. Katakanlah dia gila, tapi tak mengapa.

Sementara bagi Ellea, kabar baik dari Frita seperti oasis di tengah gurun. Biar bagaimanapun sakitnya luka yang ditorehkan Harry beberapa saat sebelumnya, rasa cinta sang Putri masih lebih besar dari pada yang ia ketahui. Ellea buru-buru kembali ke kamar untuk melihat keadaan suaminya. Namun di tengah percakapan intens keduanya ... pernyataan Harry sore itu sangat membuat Putri Mahkota terpukul.

Sampai detik ini aku masih tak memercayai telingaku, saat Harry mengucapkan kalimat itu dengan sangat lugas dan penuh rasa bersalah.

"Kalau menurut tradisi kerajaan, aku harus menikahi Nona Sillian dan menjadikannya selir kerajaan. Bukankah dia perempuan yang baik, 'kan, bagaimana menurutmu?"

Kalau kau mengambil Catherine sebagai selir, apakah aku harus merelakan nyawaku, Harry?

◇•◇•◇

◇•◇•◇

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.
Who Made Me A Princess? [On Revision]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ