CHAPTER 80: Lean On Me (6)

7.1K 826 177
                                    

Albern terdiam, dia tampak memikirkan sesuatu.

"Apa Nona Sillian membuat masalah setelah diangkat menjadi selir Putra Mahkota?" tebaknya dengan tepat. "Apa karena itu kau membawa Putri Estelle keluar istana, menyebabkan kegemparan dan gosip, lalu datang ke sini?"

Zrielka mengangguk. Albern hanya menatapnya. Zrielka tidak salah. Dia pasti ingin membalas budi baik Tuan Count Theodore, makanya pria itu menyelamatkan Putri Mahkota. Tapi ... kalau Zrielka sampai bertindak seperti ini, Albern bisa menyimpulkan kalau masalah Catherine Sillian bukan masalah biasa.

"Sampai saat ini belum ada panggilan kepada dewan bangsawan untuk menghadiri rapat di istana." Albern membalas tatapan dari sorot mata kelam Zrielka. Mata gelap yang seperti malam. "Ayahku pasti sudah mengirimkan kabar dan menanyakan keberadaanmu andai kata rapat umum istana akan digelar."

"Aku tidak yakin Baginda Raja Damian akan menggelar rapat seperti itu."

"Maksudmu?"

"Ini adalah masalah internal di istana Putra Mahkota." Zrielka menghela napas. "Jujur saja, bukankah kau tahu ... belakangan ini dukungan untuk Sillian kembali menjamur?"

Albern mengangguk paham. "Keluarga kerajaan lemah sekarang. Kalau mereka memanggil bangsawan, saat jajak pendapat di lakukan, istana akan kalah."

"Kau tahu, kan, ada alasan mengapa Estelle yang pilih sebagai putri mahkota." Zrielka bersedekap. "Bukankah kau ada di sana waktu itu? Saat keputusan Baginda Raja berubah hanya karena mimpi konyol yang dia alami saat rapat dengan bangsawan. Secepat tidur siang sang Raja yang hanya beberapa menit ... secepat itu juga keputusan soal kandidat Putri Mahkota ditentukan."

"Ya ... sejak awal semua orang mengira kalau Nona Sillian yang akan menjadi Putri Mahkota. Bahkan saat pernikahan kerajaan telah di gelar, Duke Sillian sempat terobsesi menjadikan putrinya selir, dan anehnya ... Nona Catherine menjadi selir sungguhan saat ayahnya di hukum mati."

"Bukankah itu aneh?" Zrielka menyesap tehnya. "Kalau tidak salah, kakak iparmu dekat dengan Ratu Arielle, kan? Apa bisa aku minta tolong?"

"Kakak iparku ya ..." Albern tampak berpikir sejenak. "Dia bukan perempuan yang aktif di pergaulan kelas atas, dan memang benar dia sering pergi ke acara pesta minum teh Baginda Ratu. Tapi aku tidak yakin."

"Kakak iparmu cukup memakai kalung mutiara ini dan menghadiri acara itu. Kalau dia bisa bertemu Catherine Sillian dan berbincang sebentar, misalnya sekadar menyapa atau memberi salam, itu lebih baik."

"Ini ...!" Albern terkejut. Kalung mutiara yang dibawa oleh Zrielka bukan benda sembarangan.

Itu adalah artefak sihir tingkat tinggi yang tidak akan bisa di dapatkan di manapun. Kalung Mutiara Peri Murni. Benda itu bisa menyerap sihir dan menjelaskan sihir apa yang ada di dalamnya.

"Apa kau curiga kalau istana tercemar dengan sihir Nona Sillian?" Albern melanjutkan.

Zrielka mengangguk mantap. "Aku minta tolong."

Melihat Zrielka yang seperti itu, Albern tahu kalau ini bukan permintaan tolong biasa. Pasti ada sesuatu yang gawat di istana. "Aku akan membicarakan ini dengan Ayah, Kakak, dan Kakak Ipar."

"Terima kasih banyak." Zrielka menghabiskan tehnya, "Ngomong - ngomong, bisakah kau bawakan aku teh berkualitas tinggi ini dan camilannya juga?"

Albern mengedip beberapa saat sebelum akhirnya tersadar.

"Ah!" Pria itu menjentikkan jari dua kali, memanggil pelayannya yang tampak malu malu tadi dan memerintahkan padanya untuk membungkus beberapa jenis teh berkualitas tinggi dan biskuit. "Yang Mulia Putri suka biskuit apa?"

Who Made Me A Princess? [On Revision]Where stories live. Discover now