CHAPTER 52 : Egoistic (7)

11.3K 1.2K 176
                                    

Harry kembali ke kamarnya dan mendapati Ellea tengah duduk di depan meja riasnya. Wanita itu tengah melepaskan anting-anting dan beberapa aksesoris lain sambil menghapus riasan wajahnya.

"Hai, bagaimana kabarmu, Sayang?" Harry memeluk gadisnya dari belakang, menghirup aroma mawar lembut yang menguar dari tengkuk Ellea, "Aku benar-benar merindukanmu, Ellea."

Perempuan itu tersenyum melihat pantulan bayangan cermin di depannya. Rasanya sudah lama sekali suaminya tidak bersikap semanis ini. Semua karena Catherine dan masalah-masalah yang datang setelahnya. Harry juga bukan tidak tahu bahwa hubungan mereka merenggang karena berbagai persoalan sialan belakangan ini. Namun kerinduannya sudah tak bisa ditahan lagi.

"Aku juga merindukanmu," Ellea menjawab seadanya, "bagaimana pelatihan militer belakangan ini?"

Harry menatap cermin, menumpukan dagunya pada bahu Ellea yang terbuka. Sesekali ia mengecup tengkuk wanita itu. "Latihannya berat, tapi para prajurit punya semangat yang luar biasa."

Ellea meringis, merasakan geli saat pria itu mengecupnya sampai ke daun telinga. Harry kemudian menarik tengkuk perempuan itu dan mengecup bibirnya dalam. Lidah sang Pangeran menerobos masuk ke dalam rongga mulut istrinya yang tampak tak siap, dan bermain-main disana. Ellea tak mau kalah, ia membalas kecupan-kecupan yang berubah menjadi lumatan panas. Keduanya saling menghisap, mengulum, dan memangut satu sama lain, bertukar saliva setelah sekian lama.

"Bagaimana pelajaran sosial politikmu hari ini?" Harry memindahkan lagi kecupan-kecupan ringannya pada belakang telinga Ellea sampai ke tengkuk beraroma mawar itu.

Ellea menahan napas, "Aku belajar banyak hal, termasuk untuk bertahan."

Harry membelai lembut wajah Ellea, sebelum menangkupnya dan menatap manik karamel itu lekat-lekat.

"Bertahan dari opini-opini yang merugikanku ... dan bertahan dari serangan selir baru," perempuan itu tertawa kecil, "aku harus mewaspadainya. 'kan?"

Harry tersenyum kecil, kemudian melumat lagi bibir ranum Ellea sekilas, "Kau tahu itu berlebihan, Ell."

Ellea melepaskan diri, kemudian bangkit dari meja riasnya. Harry mengekor wanitanya, kemudian duduk di bed sofa depan perapian. Lelaki itu lantas menarik sang Putri agar duduk di pangkuannya. Mereka berhadapan, Ellea menatap manik kelam Putra Mahkota yang sudah lama tak ia perhatikan. Selalu, gadis itu sangat menyukai bagaimana obsidian gelap milik Harry menariknya masuk, jauh ke dalam dan membiusnya dalam perasaan merah muda yang membuncah.

"Tidak berlebihan untuk seorang istri yang gagal meyakinkan suaminya agar tidak menikahi wanita lain." Ellea berucap pelan, lembut sekali tapi penuh penekanan.

Harry tersenyum miring, "apalah arti secarik kertas yang ditandatangani sebagai status belaka, kalau orang yang kucintai cuma kau, Estelle ...."

Pemuda itu kemudian menyasar bibir Ellea lagi, kali ini menabraknya kasar dengan gerakan yang terburu-buru. Putri Mahkota kemudian membalas kecupan itu perlahan, pelan sekali sampai Harry gemas dibuatnya. Sang Pangeran lantas memulai serangannya, memindahkan lagi kecupan-kecupan ringan itu pada dada istrinya yang menyembul di balik dalaman gaun tipis yang tersisa.

"Bukan aku tidak mencintaimu, melainkan harus mempersiapkan diriku sekuat mungkin, terutama saat nanti kau berubah pikiran." Ellea berucap sakasrtis di tengah-tengah kegiatan mereka, "mana tahu pada akhirnya aku yang akan dibuang, bukan Catherine."

Harry terhenyak sesaat, namun keinginannya melahap Ellea jauh lebih besar saat ini. Jadi pria itu merebahkan istrinya di sofa, kemudian mengukungnya dengan tangan-tangan kekar sambil menatap manik karamel itu dalam. Jelas sekali Putra Mahkota dapat melihat pancaran kesedihan itu di mata Ellea. Ada seberkas rasa tidak percaya, segumpal kecewa, dan sebuah luka besar yang tersirat dibalik tatapan sendu itu.

Who Made Me A Princess? [On Revision]Where stories live. Discover now