CHAPTER 16 : Scenario (1)

31.8K 2.8K 118
                                    

Ellea masih mematut dirinya di cermin, kemudian menatap tubuhnya dari ujung rambut hingga jempol kaki. Sudah hampir dua jam ia menatap kaca berukuran besar yang memantulkan seluruh bayangannya itu. Demi apapun, Ellea sangsi. Terutama pada hal-hal yang berhubungan dengan Catherine.

"Tuan Putri, kenapa Anda tidak mengeringkan rambut dengan benar?" Frita tiba-tiba berdiri di belakang Ellea, kemudian meletakkan nampan yang dia bawa sebelum mengambil handuk kecil. "Di musim dingin seperti ini jangan sampai tidur dengan rambut basah, nanti Putri bisa sakit." lanjutnya.

Ellea masih menatap bayangannya di cermin. Baru kali ini ia merasa tidak puas dengan kecantikannya sendiri, padahal ketika masih di New York dulu dia sangat percaya diri dengan penampilannya. Bahkan wanita itu sempat mendapatkan gelar sebagai The Most Beautiful Woman In The World' saat tahun pertamanya debut. Mungkin kalau Kate hidup di New York, dia akan menjadi juara bertahan untuk kategori itu.

"Frita, apa aku cantik?" Ellea menangkup wajahnya sendiri, bola mata karamel yang terpantul di cermin memancarkan keraguan.

"Tentu saja, Tuan Putri!" Frita masih melanjutkan aktivitasnya, "Putri Mahkota kami adalah yang paling cantik sejagat raya!"

"Eiy, berlebihan sekali." Ellea tertawa kecil, "Masa, sih, tidak ada gadis bangsawan yang lebih cantik dari aku?"

"Tentu saja," Frita menjawab yakin, "Bahkan kalau pun ada gadis paling cantik di Deandrez selain Tuan Putri, maka dia akan tetap berlutut dan memberi hormat pada Anda. Jadi, jangan khawatir, Putri. Anda adalah harta rakyat Deandrez yang berharga."

Lengkungan manis itu tercetak jelas pada bibir Ellea, entah kenapa perasaannya jadi lebih baik dibanding sebelumnya. Ucapan Frita mungkin sederhana, tapi tidak salah. Meskipun ada orang lain diluar sana yang lebih cantik, bahkan jika orang itu adalah Kate sendiri, Putri Mahkotanya tetap Estelle Theodore Deandrez dan bukan Catherine Sillian, Ellea membatin lega.

"Ell, kau baru mandi?" Harry tiba-tiba masuk ke dalam kamar dan mendapati Frita masih mengeringkan surai panjang Ellea, "Kenapa malam sekali? Lihat, sudah pukul berapa ini?"

Frita membungkuk, kemudian berdiri di samping Ellea. Wanita itu kemudian menyisir sedikit rambutnya yang sekarang sudah kering, "Frita, terima kasih atas bantuannya."

"Kemuliaan dan Kejayaan Deandrez bagi Putra dan Putri Mahkota."

Detik berikutnya Frita menghilang di balik pintu, tepat sehabis membungkuk hormat pada Putra dan Putri Mahkota. Setelahnya Harry menghampiri Ellea yang masih duduk di depan meja riasnya. Lelaki itu kemudian berdiri di belakang Ellea sambil memegangi pundak wanita itu.

"Ada apa?" Ellea memegang tangan Harry yang meremas lembut bahunya.

"Ada sedikit kabar baik," Harry tersenyum sambil menatap istrinya dari cermin, "Besok kita akan jalan-jalan ke ibu kota."

Mata Ellea berbinar-binar, "Yang benar?"

"Ya, kita akan pergi ke kediaman Sillian untuk mengantar undangan, dan setelahnya kita bisa jalan-jalan." Harry memeluk perempuan itu dari belakang, kemudian menyelipkan kepalanya di antara bahu dan tengkuk Ellea, "Kita belum pernah jalan-jalan keluar, 'kan?"

"Tapi waktu ke perbatasan ...."

"Itu pengecualian, aku minta maaf soal jalan-jalan yang satu itu." Harry mengeratkan pelukannya, "Besok aku akan menmanimu seharian."

Ellea mengulum senyum, membayangkan betapa menyenangkannya berada di luar istana. Tiba-tiba ia membayangkan gemerlap New York, tapi dalam skala yang jauh lebih kecil, tentu saja. Setidaknya ia bisa mencoba duduk di kafe-kafe seperti bangsawan, atau mengajak Harry menonton opera. Mungkin juga mereka bisa menunggang kuda di sepanjang alun-alun yang ditutupi salju. Tapi tunggu! Kenapa kami harus mengantar undangan khusus untuk Catherine?

"Eum, Harry, kenapa kita yang harus mengantarkan langsung undangannya pada Kate?" Ellea mengerjap beberapa kali sebelum melanjutkan, "Bukankah utusan dari istana saja sudah cukup?"

"Ibunda Ratu menginginkan Nona Catherine sebagai tamu kehormatan di pesta nanti." Harry menarik napas panjang, "Dia sudah berjasa menyelamatkan nyawa Ibunda Ratu, bukankah itu hal yang sangat pantas ia terima?"

"Tapi itu ulang tahunmu, kenapa dia yang jadi tamu kehormatan? Bagaimana denganku?" Ellea mencebik lucu, "Kenapa juga kau harus memanggilnya Nona?"

"Kau tidak suka?" Harry mengusap lembut pucuk kepala Ellea, "Meskipun Nona Catherine datang sebagai tamu kehormatan, tapi tetap saja bintang utamanya Putri Mahkota. Jadi apa masalahnya, Tuan Putri?"

"Ah, tidak tahu! Aku mau tidur saja." Ellea malah kesal, "Bicara saja besok pada Nona Catherine-mu itu!"

Perempuan itu kemudian bangkit dari kursi dan menghempaskan tangan Harry; sementara pria itu cuma terkekeh geli. Ellea kemudian buru-buru naik ke tempat tidur dan menarik selimut sampai menutupi wajahnya Harry mengulum senyum, kemudian menyusup masuk ke dalam selimut lalu menarik pinggang Ellea hingga tak ada jarak di antara mereka.

Ellea berbalik dan memunggungi lelaki itu alih-alih memeluknya erat seperti biasa. Dia kemudian mendengus kesal saat tangan Harry memeluk erat tubuhnya.

"Hey, aku cuma bercanda, Ellea." Harry berbisik dengan suara baritonnya, "Jangan marah, ya ...."

Sang Putri malah menutup telinganya rapat-rapat, sontak Pangeran membalik tubuhnya. Memenjarakan gadis itu dalam kukungan tangan-tangan kuatnya. Ellea menutup mata, akan tetapi Harry kemudian mengecup keningnya, lalu turun ke kedua kelopak matanya, dan beranjak lagi pada hidung beserta pipi sebelum akhirnya mengecup bibir Ellea perlahan.

Sepasang manik karamel itu lantas terbuka, dan mendapati jarak antara mereka semakin terkikis. Harry tersenyum lembut, kemudian menarik tangan Ellea yang masih menutupi kedua telinganya.

"Kau lucu sekali kalau cemburu begitu," Harry berbisik lembut, "Dan karena itu aku semakin mencintaimu, Estelle."

Ellea bergeming, kemudian membiarkan dirinya terlelap dalam pelukan pria yang entah sejak kapan sudah menjadi dunianya. Aku juga mencintaimu, Harry. Dan semakin dalam perasaan ini, semakin besar ketakutanku pada Catherine.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Who Made Me A Princess? [On Revision]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang