CHAPTER 89: Day By Day (4)

5.1K 541 40
                                    

"Aku sudah bertemu dengannya, Ibu." Roan menatap Ratu Arielle yang keningnya langsung berkerut dalam.

"Maksudmu?"

"Aku bertemu dengannya sekarang, kan?" Pria itu tertawa. "Putri Mahkota pasti orang yang menyenangkan."

Ratu Arielle dan Raja Damian tersenyum.

"Kedatangannya ke istana pasti mengubah Kak Harry yang kaku dan curigaan itu." Roan tertawa lagi.

"Tapi, apa sebenarnya tujuanmu datang ke sini, Nak?" Raja Damian menyadari kalau Roan memiliki tujuan tertentu.

Sejak berusia delapan belas tahun dan mewarisi gelar Duke, bersamaan dengan seluruh informasi tentang siapa sebenarnya dia, Roan tidak pernah datang tanpa tujuan. Ratu Arielle sempat cemas karena mengira kalau Roan marah dan memutuskan untuk menjauhinya. Tapi ternyata tidak. Roan hanya terlalu memahami bagaimana dewan bangsawan bekerja. Dia menekan dirinya agar tidak terlihat. Tidak membuat orang - orang curiga dan hanya menjalankan wilayahnya dengan baik. Damian menyadari itu saat kunjungan ketiganya, tepat enam bulan setelah ia mewarisi Duchy Cassavero, dan diam - diam berterima kasih atas pengertiannya itu.

"Ada sesuatu yang harus saya pastikan, Baginda." Roan tersenyum tipis. "Saya ke sini untuk memenuhi janji pada seseorang, sekaligus membalas budi."

Ratu Arielle dan Raja Damian saling berpandangan.

"Sudah lama sekali kau tidak ke sini, apa kau akan menginap, Roan?" Ratu Arielle menatapnya penuh kerinduan.

Roan mengangguk, tentu saja ini adalah peristiwa langka. "Iya, Ibu, tapi tidak bisa lama - lama."

"Kau takut orang akan curiga?" tebak Raja Damian.

"Benar, Yang Mulia." Roan menarik napas. "Agendaku ke sini adalah untuk mendiskusikan masalah Duchy yang hampir tenggelam seperempat wilayahnya karena banjir rob."

"Apa itu benar?" Mendadak Raja Damian khawatir. "Nak, aku ini ayahmu juga. Kalau butuh bantuan sebaiknya kau ...."

Sang Raja terhenti saat melihat senyuman di wajah Roan. Saat itu juga Raja Damian tahu bahwa agenda yang disebutkan Roan hanya pancingan.

"Saya senang Baginda paham." Roan tersenyum lagi. "Saya akan menginap semalam dan menghabiskan sedikit waktu dengan ayah dan ibu. Tapi itu setelah saya menyelesaikan tujuan utama saya datang ke istana."

Raja Damian mengambil tonik yang diberikan Catherine, pria itu hampir meminumnya saat Roan membuka mulutnya tiba - tiba.

"Baginda, tunggu sebentar!"

Ratu Arielle mengerutkan keningnya. "Ada apa, Roan?"

"Ada sesuatu di dalamnya." Roan menghampiri Raja Damian dan Ratu Arielle, kemudian pria itu mengambil mangkuk berisi ramuan herbal di tangan Raja. "Baginda, maafkan saya sebentar."

Raja damian memberikannya, dan Roan langsung membaca beberapa mantra sihir, dia mengeluarkan sedikit mana berwarna hijau. Ramuan itu bercahaya, dan seketika berkabut, lalu berubah warna menjadi hitam pekat. Roan menunjukkannya pada Raja dan Ratu. Mereka berdua terdiam. Saling berpandangan satu sama lain.

"Tonik itu sudah di cicipi oleh salah pelayan, Roan." Ratu Arielle menatap putranya lurus - lurus.

"Racunnya diberikan dalam porsi yang sangat sedikit. Seseorang tidak akan langsung mati kalau mengonsumsi ini. Tapi tentu saja jika dilakukan secara rutin, perlahan akan terjadi penurunan fungsi tubuh." Roan menjelaskan. "Tetap saja semua itu akan berujung pada kematian."

Raja Damian dan Ratu Arielle terdiam.

"Siapa yang memberikan ini?" Roan bertanya lagi. "Apakah Selir Sillian?"

Who Made Me A Princess? [On Revision]Where stories live. Discover now