CHAPTER 43 : Depressed (2)

11.5K 1.3K 155
                                    

.... beberapa jam sebelumnya.

Ellea tersenyum lebar begitu mendapati sang Pangeran sudah duduk bersandar pada kepala ranjangnya. Wanita itu melangkah masuk dan langsung menjatuhkan bokongnya di pinggir tempat tidur. Harry menatapnya, kemudian menggenggam tangan Putri Mahkota sambil membelai lembut wajahnya. Sepasang manik karamel itu bertemu bola mata kelam milik sang Pangeran, menyedot masuk seluruh atensi Ellea pada obsidian yang sangat ia rindukan.

"Apa kau masih marah?" Harry tersenyum tipis, wajah pucatnya benar-benar membuat Ellea khawatir, "Aku minta maaf kalau kau masih kesal."

"Bagaimana bisa aku masih marah pada orang yang membuatku cemas setengah mati?" Ellea menarik napas dalam-dalam, "Aku bahkan benci pada diriku yang tidak bisa membencimu, padahal luka yang kau torehkan cukup dalam."

Harry menarik Ellea ke dalam pelukannya, "Aku benar-benar minta maaf Ell, aku benar-benar brengsek."

"Aku benci membahas ini, tapi masih harus kulakukan demi menegakkan kebenaran." Ellea melepaskan pelukan Harry, "kejadian kemarin adalah jebakan, Octavius yang katamu sangat setia itu pada akhirnya memanipulasi dirimu seutuhnya."

Harry mengerutkan keningnya, tidak paham dengan apa yang diucapkan Ellea.

"Berhenti pura-pura bodoh, itu sungguh memuakkan!" Ellea menarik napas. Dia sangat marah, sungguh. "Apa bercinta dengan Kate membuatmu jadi dungu juga?

Harry tidak menjawab. Dia tidak punya kuasa atas kemarahan yang dilontarkan Ella. Tentu saja, pria itu benar-benar merasa bersalah. Akan tetapi Harry sama sekali tidak tahu cara untuk menebusnya. Ellea bukan tipe wanita yang akan luluh hanya dengan hadiah permata atau tanah. Perasaannya tulus, Harry tahu itu ... dan meskipun begitu ia sudah melukai perasaan wanita itu sangat dalam. Mungkin, kalau Ellea menginginkan nyawanya sebagai tebusan rasa bersalah, Harry akan dengan senang hati memberikannya. Tapi, perempuan itu tidak akan berlaku demikian. Dia bukan orang yang kejam, dan itu justru membuat Harry semakin bersalah. Ya, rasa bersalah yang tidak berguna.

"Kau tidak menjawab, sepertinya aku benar. Apa otakmu sudah pindah ke selangkangan?" kalimat sarkastis itu terlontar lagi.

Harry menatap mata Ellea yang berkilat marah. "Aku benar-benar minta maaf."

"Berhenti minta maaf. Kau menjijikkan. Ngomong-ngomong, apa kau ingat saat terakhir kali aku marah padamu?" Ellea mendengus agak kesal, "hari itu kau bilang saat melakukannya yang terlihat di matamu adalah aku, bukan Catherine." perempuan itu menjeda sejenak, "itu adalah efek dari mantra lilith yang terlarang."

"Mantra lilith, kau bilang?" Harry menekankan kalimat terakhir Ellea, "maksudmu Tuan Sillian-"

"Ya," Ellea memotong cepat, terlalu cepat. "Butuh waktu seminggu bagi Zrielka untuk menarik sisa-sisa energi negatif yang mengendap di tubuhmu."

"Itu artinya Nona Catherine ...." Harry menggantung ucapannya. Kepala pria itu berpikir cepat, dan dia tahu bahwa ini adalah jebakan.

"Secara tidak langsung ia menjadi korban ayahnya sendiri." Ellea paham arah pembicaraan Harry, dan sumpah demi apapun, ia benci sekali pembahasan ini. "Seharusnya dia tidak bersalah, apalagi kalau melihat bagaimana perangai Perdana Menteri." Putri mahkota buru-buru melanjutkan, "tapi dia akan tetap dinyatakan bersalah karena sudah bersekongkol dengan Octavius untuk menjebakmu demi keuntungan pribadi."

"Tapi Ell, dia juga korban." Harry menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya sekaligus. "Kalau menurut tradisi kerajaan, aku harus menikahi Nona Sillian dan menjadikannya selir kerajaan. Bukankah dia perempuan yang baik, 'kan, bagaimana menurutmu?"

"Kalau dia baik, dia tidak akan memakai sihir terlarang itu dan membawamu ke ranjangnya. Dan kau kau memang menyesal ... seharusnya kau tidak pernah membawa persoalan ini ke hadapanku lagi, Harry." Suara Ellea terdengar bergetar. "Aku sangat ingin membunuhnya sekarang. Kau tahu kalau Baginda Raja dan Ratu tidak akan menghalangiku. Karena Nona Sillian juga bersalah."

"Estelle ... hidupnya akan hancur kalau kita melakukan itu." Harry menghela napas, dia tidak pernah suka aturan kerajaan yang menyatakan pembantaian pada seluruh keluarga bangsawan yang melakukan tindak kejahatan. "Itu benar-benar tidak bijaksana. Bagaimana kalau ...."

"Harry, kau tahu jelas kalau aku tidak akan pernah menyetujui ide itu, 'kan?" Ellea menatap suaminya lekat-lekat.

Harry mengalihkan pandangannya keluar jendela, menghindari tatapan Ellea. Ada segelintir perasaan bersalah pada Catherine. Biar bagaimanapun Harry sudah merenggut kehormatan gadis itu. Benar yang dikatakan Octavius bawah selamanya hal itu akan menjadi cacat bagi seorang gadis bangsawan. Namun dia juga bukan tak paham bagaimana perasaan istrinya. Seharusnya lelaki itu bersyukur bahwa Ellea masih bisa memaafkannya meski terluka. Entah, Putra Mahkota sama sekali tidak tahu mana yang benar.

"Aku sudah memerintahkan para prajurit untuk melakukan penggeledahan. Besok pagi kediaman Sillian akan disatroni kapten Jack 'de Quix." Ellea melanjutkan di tengah keheningan, sementara Harry tidak bicara apa-apa. "Baginda Raja dan Ratu sudah tahu dan mereka mengizinkan. Hukuman akan diberikan sesuai dengan tindak kejahatan yang mereka lakukan ... dan sumpah ... aku sangat ingin melihat Nona Sillian ikut dihukum atas perbuatannya."

"Kerajaan ini tidak diperintah oleh tiran, kau tidak bisa melakukan itu. Aku akan bicara pada Ayahanda dan Ibunda soal Nona Sillian." Harry terburu-buru meninggalkan tempat.

"Aku benar-benar membencimu, Harry!" Ellea berteriak sekuat tenaga, dan di sisa waktu yang ada air matanya tiba-tiba saja mengalir keluar. "Aku benar-benar membencimu!"

Wanita itu berteriak, melempar barang-barang dan melampiaskan kekesalannya. Estelle hanya takut pada satu hal ... bahwa ia akan mati di tangan Catherine Sillian. itu pasti tidak akan menyenangkan. Apakah masih mungkin baginya memilih opsi lain? Bagaimana kalau dia kabur sekarang? Pikiran perempuan itu benar-benar kalut.

Apapun yang terjadi pada alur naskah sialan ini, aku akan bertahan hidup! Lihat saja!

***


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Who Made Me A Princess? [On Revision]Where stories live. Discover now