CHAPTER 37 : To Be Honest (2)

10K 1.1K 21
                                    

Ellea belum menyelesaikan sarapannya dan langsung lari meninggalkan sepotong roti isi serta setengah gelas susu di meja makan. Kaki mungil sang Putri melangkah lebar-lebar secepat yang ia bisa. Sampai matahari terbit dari balik gunung ia sama sekali tidak bisa memejamkan mata, menunggu Harry yang tak kunjung pulang sampai pagi menjelang. Entah apa yang terjadi tapi Frita mengatakan bahwa Putra Mahkota sudah berada di Aula Orion bersama Raja, Ratu, Tuan Octavius dan Nona Catherine.

" ... saya benar-benar tidak bisa menerima ini, Baginda," Octavius berdiri tegap di depan Raja Damian, "bagaimana mungkin saya membiarkan hal ini terjadi hanya karena pelakunya adalah Putra Mahkota?"

Langkah Ellea terhenti beberapa meter dari gerbang Aula Orion. Gadis itu mengambil napas panjang sambil mendengarkan ucapan Octavius yang menggebu-gebu, terdengar marah, tapi Ellea tahu betul itu adalah kemarahan yang dibuat-buat. Harry, apa yang sudah kau lakukan sehingga ular berlidah dua itu bisa meneriaki Ayahanda Raja?

"Bukankah Anda yang paling setuju perihal keadilan yang harus ditegakkan, Yang Mulia Raja?" Octavius menatap lurus pada obsidian pekat milik Penguasa Deandrez itu, "saya mohon, berikan putri saya keadilan yang selalu kita banggakan itu, Paduka."

Harry menundukkan kepalanya dalam-dalam, sementara Ratu Arielle mengusap punggungnya lembut. Kate berdiri kaku di antara Putra Mahkota dan Octavius, ikut menatap lantai tanpa berani melakukan apa-apa.

"Harry, apa benar yang dikatakan Perdana Menteri?" Raja Damian beralih pada putra semata wayangnya itu, "bisa kau jelaskan apa yang sebenarnya terjadi?"

"A-ayahanda, aku benar-benar tidak merasa melakukannya." Harry menjawab pelan, hampir berbisik, "semalam yang kuingat adalah, aku berada di istana Spica dan menghabiskan malam dengan Ellea."

"Tidak merasa melakukannya, Anda bilang?!" nada suara Octavius naik tiba-tiba, "lantas bagaimana bisa Anda berada di kamar Catherine, Pangeran?"

Octavius tertawa mengejek, "lucu sekali, sebagai calon raja seharusnya Anda malu untuk berucap dusta seperti itu," ia mendengus, "padahal buktinya sudah ada di depan mata."

"Harry," Damian menatap tajam pada pemuda itu.

"Aku sungguh tidak-"

"Berhenti mengatakan tidak, Harziusse." Suara Raja Damian terdengar tegas, dalam, dan penuh penekanan, "aku tidak tahu apa yang terjadi diantara kalian, tapi kalau bukti sudah ditemukan itu artinya kau bersalah."

"Kebaikan tiada batas untuk Anda, Yang Mulia!" Octavius kemudian berlutut di depan sang Raja, sudut bibirnya tertarik sedikit saat tak ada yang melihat. "Tolong penuhi permintaan saya sekali ini saja!"

Hening, semua orang menunggu kalimat Octavius yang selanjutnya. Ellea hampir menerobos masuk, tapi ia urungkan niatnya demi mendengar hal yang sama.

"Kini putri saya sudah kehilangan kehormatannya sebagai seorang lady, tidak akan ada pria yang mau mengambilnya sebagai istri." Octavius menjeda sejenak, "untuk menebus kesalahan Pangeran, mohon Yang Mulia Raja mengambil Catherine sebagai selir Putra Mahkota."

Degg!

"Tidak akan ada orang yang bisa jadi selir Harry selama aku ada disini!" Ellea menyerobot masuk, tepat saat sang Perdana Menteri menyelesaikan kalimatnya. "Sebagai Putri Mahkota, aku berhak menolak."

"E-Ellea!"

Harry membelalakkan mata begitu melihat sosok yang sudah sangat ingin dia lihat sejak tadi. Lelaki itu kemudian melangkahkan kaki jenjangnya buru-buru, menghampiri Ellea yang terpaku di depan pintu Aula Orion.

"Berhenti disana," mengangkat tangannya, menyetop Harry yang tinggal beberapa langkah dari tempat ia berdiri, "aku tidak tahu kalau ternyata kau pergi kesana untuk meniduri Nona Sillian."

"Ellea, a-aku ...."

"Aku tahu, jawabanmu sudah pasti tidak. Tapi kenyataannya kau melakukannya." Ellea menatap datar pada suaminya, "aku menunggumu semalaman cuma untuk menyaksikan drama menjijikkan seperti ini?"

Ellea tersenyum miring. Tangan mungil gadis itu mengepal kuat, sementara giginya mengancing. Rahang sang Putri mengeras, menahan kekesalan yang sudah sejak tadi meronta-ronta minta dilampiaskan. Namun Ellea ingat, dia harus berakting dengan sempurna. Agar semua mata yang menatapnya saat ini setidaknya paham, bahwa Estelle tidak selemah kelihatannya. Gadis itu harus membuktikan kalau ia cukup elegan dan pantas untuk mengisi posisi sebagai Putri Mahkota.

◇•◇•◇

◇•◇•◇

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Who Made Me A Princess? [On Revision]Where stories live. Discover now