CHAPTER 62 : Kill This Love (5)

10.2K 1.3K 122
                                    

"Nona Catherine!" 

Seorang pelayan yang sedang membereskan sisa makan mereka berteriak heboh, dan Harry buru-buru menyanggah tubuh ringkih wanita itu agar tidak jatuh. Kate tak sadarkan diri, sementara Putra Mahkota menunda niatnya mencari Ellea. Akhirnya sang Pangeran justru berbalik, membopong Selir itu sampai ke kamarnya dan memanggil dokter. Frita dan Nyonya Margaret ikut kebingungan, mereka mengekori Estelle, akan tetapi sang putri berjalan dengan langkah kaki yang terburu-buru sekali.

"Jangan ikuti aku!" ketusnya kemudian, dan itu membuat Frita dan Nyonya Margaret menjadi kebingungan atas apa yang harus mereka lakukan.

"Ta .. tapi Yang Mulia ...." Frita tergagap, tapi dia berhenti sejenak.

Saat wanita itu hendak melangkah, Nyonya Margaret menahannya. "Frita, berhenti biarkan Yang Mulia menenangkan diri dulu. Kita pantau dari jauh saja."

Estelle menoleh ke belakang rumah kemudian ia mendapati bahwa Frita dan Nyonya Margareth tidak mengikutinya lagi. Ia menarik napas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya dalam sekaligus dan menatap langit. Kumpulan awan awan biru yang berada di atas langit dan bergerak mengikuti angin tampak begitu damai, berbanding terbalik dengan suasana hati yang sedang sangat kalut dan kacau. Pikirannya penuh, ia sama sekali tidak paham dengan Harry yang terus-terus aja membela Kate tanpa mempedulikannya. Tapi, setelah dipikir-pikir kembali alur dari cerita naskah sialan ini memang sebenarnya begini. mungkin juga tidak ada yang bisa mengubahnya, baik Estelle di masa lalu maupun Estelle yang sekarang. Sang Putri kemudian berlari dengan sangat cepat, mengangkat gaunnya tinggi-tinggi dan melepas sepatunya. Menembus angin dan berusaha untuk menambah lagi kecepatannya sampai wanita itu berhenti di tengah-tengah kebun dan terengah-engah.

Estelle kemudian tertawa, tepat saat ia melihat rumah kaca yang tampak hijau dan di sinar matahari dengan sempurna. "Pada akhirnya, aku hanya bisa lari dari masalah saja."

Wanita itu pun kemudian memutuskan untuk memakai kembali sepatunya, setelah berhenti beberapa saat untuk mengambil napas. Asal kemudian berjalan dengan pelan dan anggun menuju ke arah rumah kaca, berharap bunga-bunga cantik nan eksotik yang berada di dalam sana bisa menghiburnya. Sungguh, ini masih pagi dan perutnya lapar, tapi gara-gara Catherine bahkan Ellea tak bisa makan waffle dengan sirup maple kesukaannya. Sejujurnya ada sedikit rasa kecewa yang lagi-lagi hinggap, bukan karena Selir yang mengganggu mood-nya pagi ini, melainkan karena Harry tidak berpihak padanya bahkan setelah ia meninggalkan meja makan begitu saja untuk kedua kalinya. Padahal, Estelle kira Harry sudah menyadari kesalahannya. Namun, ternyata tidak juga. tepat saat itu juga, Ellea jadi tahu bahwa ucapan Harry sama sekali tidak bisa dipercaya. Sang Putri menarik napas lagi, kemudian ia menyadari bahwa kemungkinan ini adalah alur asli daripada naskah yang ia baca sebelumnya. Jika memang benar demikian, maka semua perlawanannya adalah sia - sia. Maka, Estelle harus mencari berbagai cara untuk kabur dari istana secepatnya.

Apakah aku memang harus menyerah sekarang? Sang Putri membatin, kemudian ia menatap langit dan menikmati embusan angin yang datang menerpa kulitnya dengan lembut, serta melepaskan sedikit hormon stres dari dirinya. Ia menatap rumah kaca yang sudah ada di depannya, dan memutuskan untuk masuk.

"Lihat, pada akhirnya aku yang menjadi pengganggu disana. Apakah setelah aku pergi mereka sarapan berdua?" Ellea bicara pada kaktus-kaktus mungil yang berjajar rapi di pot kecil gantung dekat pintu masuk. "Dia bahkan tidak menanggapi kemarahanku, menegur Catherine, atau setidaknya mencoba menenangkan aku."

"Sepertinya ini sudah waktunya, bahwa aku harus keluar dari istana secepatnya. Karena kalau tidak, tragedi itu akan terjadi lagi padaku. bukan hanya kejadian di dalam naskah, akan tetapi kenyataan dan takdir buruk yang akan menimpaku." Perempuan itu kemudian menatap lurus pada satu pot kaktus yang ditumbuhi tiga tangkai berdempetan. Pikirannya melayang, membayangkan kalau ia adalah si kaktus. 

Who Made Me A Princess? [On Revision]Where stories live. Discover now