CHAPTER 66 : For Lovers Who Hesitate (2)

10.3K 1.3K 201
                                    

"Baik, aku akan bertanya langsung padamu." Harry menatap lurus pada obsidian Ellea, "apa kau sengaja meracuni Catherine?"

Detik itu juga Ellea kehilangan separuh kepercayaannya pada Harry. Hati kecil sang Putri mencelos, berdenyut nyeri begitu mendengar pertanyaan yang sarat akan tuduhan itu diajukan padanya. Entah apa yang sudah terjadi, tapi wanita itu benar-benar gamang. Tidak tahu harus melakukan apa, sekaligus kecewa pada tuduhan Putra Mahkota. Bagaimana bisa Harry berpikir kalau ia meracuni Catherine? Meskipun memang benar bahwa Estelle punya rahasia, itu adalah rahasia kecil yang ia simpan untuk kabur. Bukan untuk membunuh siapa - siapa. Ah, tapi itu pasti sudah terlambat. Alurnya memang diciptakan untuk membunuh Estelle. Dia harus bertindak.

"Kau menuduhku?" Ellea mendesis pelan, hampir berbisik saking pelannya. "Apa menurutmu aku bisa punya pikiran selicik itu sampai harus membunuh Nona Catherine?"

Harry menarik napas, kemudian lelaki itu menjambak rambutnya frustrasi. Sorot mata Ellea benar-benar tak bercahaya seperti biasa, seperti ada awan mendung yang mengelilingi kepalanya. Pria itu tahu betul kekecewaan dan rasa sakit yang menggumpal di dada istrinya kian hari semakin membesar. Meskipun begitu sang Pangeran benar-benar tidak tahu bagaimana cara meluruskan masalah ini. Seketika amarahnya menguap. Berganti dengan sendu yang mengelilingi Harry. Apapun yang terjadi, ada satu hal yang tidak bisa ia tolak. Yaitu fakta bahwa ia mencintai Ellea. Terlepas dari apapun, Harry lemah pada wanita itu. Dan apapun kesalahan yang Ellea perbuat, meskipun sulit, ia akan berusaha menerimanya, memperbaikinya, atau bahkan melindungi wanita itu dari hukum.

"Jayden menemukan bukti, Ell," suara Harry melembut, "aku benar-benar bingung dengan semua yang terjadi, dan sangat lelah dengan pertengkaran ini ... jadi kumohon-"

"Bukti apa yang Jayden temukan? Kau masih menuduhku." Suara Ellea semakin parau, menginterupsi ucapan Harry begitu saja, "bukan cuma kau sendiri yang lelah, memangnya kau kira hatiku terbuat dari apa?"

Harry memejamkan mata, menyembunyikan dunianya dalam kegelapan dalam sepersekian detik. Hingga sejurus kemudian lelaki itu menarik napas dalam-dalam. Dia sungguh kebingungan, dan akhirnya memutuskan untuk melihat pada meja yang teronggok di samping pintu ruang pribadi Ellea. Kalau benar seperti yang Jayden katakan, maka Putri Mahkota tak bisa mengelak lagi. Ellea menatap Harry lamat-lamat dengan pandangan lelah. Seharusnya dulu ia kukuh pada pilihannya saat memutuskan untuk mengumpulkan banyak emas lalu kabur, bukan malah terlena pada pesona Putra Mahkota dan jatuh cinta. Lihat saja, cinta memang tak pernah berakhir baik. Sejak dulu Estelle seolah paham bahwa tidak ada cinta untuknya di dunia ini, kecuali dari dirinya sendiri.

"Ini berat sekali untukku, Estelle," Harry berucap pelan, "tapi Jayden menemukan ini laci mejamu."

Harry menyodorkan sebuah botol kaca kecil berisi cairan bening, dengan tutup hijau lumut. Ellea cuma mengerjap beberapa kali tanpa berniat untuk melihat ataupun menyanggah pernyataan suaminya barusan. Estelle sudah menduga ini akan terjadi. Dia sudah tahu. Tapi tetap saja ia tidak siap dengan fakta bahwa Harry yang menuduhnya seperti ini. Di atas pikiran rumit wanita itu, dia tahu kalau hatinya sudah terlanjur mencinta. Meskipun Estelle paham ke mana arah alur cerita naskah ini membawanya, tapi tetap saja. Ia kalah pada perasaannya sendiri. Dia tahu betul kalau posisinya sedang sangat tidak menguntungkan. Apapun yang ia ucapkan akan menjadi salah, dan kebenaran seperti apapun yang diungkapkan akan menjadi alibi. Estelle pernah merasakan yang seperti ini saat masih menjadi figuran.

"Harry ... aku tahu bahwa apapun yang aku katakan baik itu fakta atau pernyataan untuk membela diri sama sekali tidak berguna. Putuskanlah, dan aku akan mencari cara untuk bertahan hidup." Ellea menarik napas. "Jadi?"

Ellea menggantung ucapannya, kemudian menatap Harry yang masih tampak marah, sekaligus tidak percaya pada apa yang baru saja ia temukan sendiri. Manik karamel itu menatapnya penuh luka, menyerahkan semua persoalan ini pada posisi Putra Mahkota yang selama ini dibanggakan pemuda itu.

"Ellea, aku ...." Harry menarik napas, kemudian meremas lembut bahu Ellea, "akan menganggap ini tidak pernah terjadi." Pemuda itu melanjutkan, "Jadi kumohon dengan sangat ... terimalah Catherine dan jangan melakukan hal seperti ini lagi, paham?"

"Jadi kau masih menuduhku." Ellea menarik napas. "Baiklah aku paham. Situasinya sangat tidak mendukung untukku, aku paham kau tidak bisa mempercayaiku sedikitpun. Tapi, tolong jangan pernah memintaku untuk melakukan hal - hal baik terhadap Nona Catherine."

"Estelle ...."

"Sekarang begini, kau percaya pada bukti itu bahwa aku pelakunya. Kau bahkan tidak hanya menuduh aku, tapi kau yakin kalau aku memang dalang di balik kasus keracunan selir barumu itu." Estelle menjeda sejenak. "Kalau begitu kau seharusnya paham bahwa aku yang jahat dan kejam ini tidak akan pernah bisa akur dengan selirmu yang seperti malaikat itu. Aneh kalau kau memintaku untuk tidak mengganggunya. Kenapa tak kau jauhkan saja dia dari pandanganku? Mana tau setelah ini aku akan langsung membunuhnya ketika kami bertemu, kan?"

"Estelle, kumohon. Berhenti. Cukup." Harry mengusap wajahnya gusar. "Aku benar - benar ingin membantumu. Kumohon ... menurutlah sekali ini saja."

"Sudah kubilang, kau bahkan tidak hanya menuduh, tapi kau memang sudah yakin kalau aku adalah pelakunya." Estelle membuang muka. "Kau mau aku menurut seperti apa? Seperti anak anjing yang menjilat kaki selirmu?"

"Bagaimana aku bisa percaya kalau buktinya ada padamu, Estelle?" Harry membalas tak kalah sengit, "ini sangat sulit untukku, tolong jangan membuatku melakukan hal yang paling tak ingin kulakukan padamu, Ellea ...."

"Lantas bagaimana bisa aku membuktikan kalau kau tahu-tahu membawaku kesini, dan menuduh tanpa memberi kesempatan padaku untuk menjelaskan semuanya?" Ellea menatap nanar pada lelaki di depannya, "bukankah sekarang kau lebih memercayai Catherine?"

"Ini bukan soal Catherine lagi, melainkan kau Estelle!" Harry berteriak keras, "ada apa denganmu sebenarnya?"

Ellea mengerutkan kening, menatap tak percaya pada apa yang baru saja dia lihat dan dengar. Tanpa bicara apa-apa lagi perempuan itu berbalik dan lari dari sana, meninggalkan Harry seorang diri dengan sebongkah perasaan yang bercampur aduk di dalam dada. Membuat lelaki itu sangat amat tidak nyaman, serba salah terhadap semua yang terjadi. Harry tidak mau Estelle mendapat hukuman. Dia hanya mau wanita itu aman. Ia juga akan berusaha keras untuk menolong Ellea. Tapi kenapa? Kenapa wanita itu bersikap begitu? Apakah selama ini Harry memang brengsek seperti yang Estelle bilang?

"Arrgghh! Sial!"

"Yang Mulia Putra Mahkota ...." Jayden

Kate berdiri di ujung koridor, sudut bibirnya tertarik lebar membentuk sebuah senyuman yang sarat akan kepuasan. Sebentar lagi, aku akan menguasai istana ini beserta Putra Mahkota. Tunggulah saat-saat dimana kau merasakan apa yang ayahku rasakan.

***

Note: untuk beli coin lebih murah kalian bisa ke website www.karyakarsa.com (koin di web tidak kena pajak playstore 30%). Setelahnya kalian bisa langsung klik link ini https://karyakarsa.com/bluebellsberry/series/who-made-me-a-princess

com/bluebellsberry/series/who-made-me-a-princess

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Who Made Me A Princess? [On Revision]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang