CHAPTER 8 : Zero Witch (1)

47.8K 4K 128
                                    

Ellea merasakan takut yang teramat sangat. Ada perasaan khawatir yang sangat besar mengejarnya, belum lagi rasa rendah diri dan kecemasan yang tidak ada habisnya. Perempuan itu kalut, kemudian berlari secepat mungkin. Ia memacu tungkainya lebih cepat, dan lebih cepat lagi. Sebuah bayangan gelap mengejarnya, kemudian menyudutkan ia di sebuah tempat menjijikkan penuh lumpur dan berbau busuk. Wanita itu gemetar, sampai pada akhirnya ia melihat cahaya ....

"Ell?"

Ellea mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba menyesuaikan bias cahaya yang masuk tiba-tiba. Gadis itu kemudian menarik napas dan terlihat bingung. Harry tak melakukan apa-apa. Ia cuma menunggu sampai gadisnya menatap netra kelam itu mendalam. Pria itu sama sekali tak tahu apa yang ada di pikiran istrinya, namun harapannya cuma satu: agar senyuman secerah matahari itu cepat-cepat kembali.

"Aku mimpi buruk," Ellea berdesis pelan, "dan sangat haus sekarang."

Harry mengangguk, kemudian meminta salah satu pelayan mengambilkan air untuk Ellea. Lelaki itu kemudian menggenggam tangan istrinya erat. Perlahan ia membantu wanita itu untuk duduk bersandar pada kepala ranjang.

"Pelan-pelan," Harry berucap lembut, "bagaimana perasaanmu sekarang?"

Ellea tersenyum tipis, kemudian melihat keluar jendela. Musim sudah berubah. Pasalnya ia ingat betul kalau Rose Night diadakan pada malam musim panas. Bola mata karamel gadis itu menerawang, masih jelas sekali gambaran bunga-bunga yang bermekaran. Juga betapa indahnya warna-warni kebun lili yang ia saksikan malam itu di tengah cahaya rembulan.

"Estelle, bagaimana kabarmu, Nak?" Raja Damian masuk kedalam dengan terburu-buru.

Ellea membungkuk seadanya, kemudian ia melihat Ratu Arielle mendekat. Permaisuri kemudian mengusap punggung menantunya sambil membaca beberapa mantra. Tak lama kemudian cahaya berenergi kuat terpancar dari tubuh Putri Mahkota, dan Paduka Ratu menarik semua cahaya itu keluar. Sejurus kemudian seseorang masuk ke dalam kamar dan mengambil gumpalan cahaya berenergi kuat itu.

Orang itu bertubuh tinggi dan tegap, memakai jubah gelap dengan topeng keemasan di sebelah matanya. Ellea mencoba berulang kali memfokuskan pandangannya, tapi gagal. Harry kemudian mendekati perempuan itu, mengusap kepalanya sambil membaca beberapa mantra.

"Kau pasti lelah, tidurlah lagi." Harry mengecup puncak kepala Ellea, "kali ini kupastikan hanya mimpi indah yang datang."

Ellea tidak berdaya, ia mengikuti semua kata-kata Harry dan kembali tertidur. Sementara itu orang-orang yang tersisa di sana melakukan diskusi dadakan, terkait energi sihir besar yang meledak di dalam tubuh Ellea. Putra Mahkota kemudian menyuruh Jayden berjaga di depan kamar, sementara yang lain mengekor Raja Damian ke ruang tengah Istana Spica.

"Jadi," lelaki bertopeng itu menggantung kalimatnya, "terdapat energi sihir besar yang tersegel di dalam tubuh Putri Mahkota."

Tiga keluarga inti kerajaan itu belum mau berkomentar, masih menunggu penjelasan pria berjubah di depan mereka ini.

"Selama mempelajari berbagai jenis ilmu dan energi sihir di Gerrard, belum pernah saya temui sesuatu yang sebesar ini." Pria itu menunjukkan sebuah botol kaca berisi dua butir bola energi cahaya yang sudah di perkecil. Bentuknya seperti kunang-kunang berwarna biru.

"Keluarga bangsawan Theodore sebelumnya sempat terseret kasus percobaan ilmu sihir yang gagal. Kemungkinan sisa-sisa energi dari sihir yang gagal itu masih tertinggal di tubuh Putri Mahkota." lanjutnya.

"Bagaimana kau bisa seyakin itu?" Harry bertanya lugas.

"Tepat saat kasus itu mencuat bertahun-tahun lalu, kebetulan saya lah penyidiknya, Pangeran." Lelaki itu menarik napas sejenak, "Sifat dan karakter dari energi sihirnya sama persis seperti yang saya temukan dulu."

Who Made Me A Princess? [On Revision]Where stories live. Discover now