CHAPTER 63 : Kill This Love (6)

10.5K 1.4K 177
                                    

Hening.

Sampai beberapa menit kemudian tidak ada yang membuka suara, padahal Zrielka sudah keluar sedari tadi. Harry sebenarnya berniat meminta maaf, akan tetapi niatan itu langsung sirna saat melihat senyuman secerah matahari milik istrinya malah diberikan secara cuma-cuma pada si Penyihir. Ellea juga tadinya mau langsung mencari suaminya dan minta maaf, kalau saja Putra Mahkota tidak datang seperti orang kesurupan dan mengusir Zrielka seenaknya. Pikiran wanita itu memang sedang kalut, tapi bukan berarti dia bodoh dan hanya mementingkan kemarahannya saja. Estelle tahu bagaimana cara bertindak di waktu yang tepat. Tapi ternyata Harry lebih tidak sabaran, dan lebih seenaknya dari yang ia duga.

"Zrielka sudah pergi dari tadi, jadi apa yang mau kau bicarakan?" Ellea akhirnya lebih dulu membuka suara.

Harry menatap wajah Ellea yang datar. Ada guratan lelah dan tampak emosionalnya sedang tidak stabil karena kejadian baru -baru ini. Pria itu sebenarnya merindukan masa - masa kebersamaan mereka. Ia ingin menggenggam tangan Estelle di tengah kebun lili sambil berjalan - jalan di bawah sinar mentari. Harry juga rindu saat - saat di mana Estelle mengikutinya ke mana - mana, bahkan ikut berlatih sihir dengan kemampuannya yang payah itu. Tapi itu semua sepertinya sulit dilakukan sekarang ini. Keadaan menjadi rumit dan Harry sendiri tidak mau melakukan hal seperti ini. Andai kutukan itu tidak ada, mungkin Harry bisa lebih tegas terhadap para bangsawan juga. Tapi terlambat. Sekarang sang pangeran hanya harus berjalan di jalan yang sudah ada. Hanya lurus ke depan, dan berharap semuanya baik - baik saja.

"Catherine pingsan, dan belum sadar sampai sekarang." Hanya itu yang keluar dari mulut Harry, padahal yang ia pikirkan tadi sama sekali bukan soal Catherine, tapi soal mereka--dia dan Ellea.

Sudut bibir Ellea tertarik sinis. Mimik wajahnya tampak dingin, dan ia tidak tertarik dengan apa yang hendak di katakan Harry. Terlebih sudah mendengar nama Catherine yang membuat wanita itu muak. Sebenarnya Estelle tidak terlalu peduli dengan Harry kalau saja ia tidak diancam dengan hukuman mati. Andai alur cerita naskah sialan ini bisa berjalan tanpa ada yang terbunuh, sejak awal Ellea akan memilih menyerahkan posisinya sebagai calon putri mahkota kepada Kate saja. Tapi tentu tidak bisa. Lain ceritanya kalau Estelle terbangun sebelum pernikahan terjadi. Masalahnya saat membuka mata saja ia sudah berada di Deandrez dan sudah berstatus menikah dengan putra mahkota.

"Lalu?" Ellea bersedekap, lelah sekali terus menerus berurusan dengan perempuan itu. "Kau mau aku bagaimana? Merawat dan menunggui dia?"

"Bukan-"

"Kalau iya pun, aku tidak mau." potongnya cepat, terlalu cepat.

Harry menarik napas panjang, bukan percakapan seperti ini yang ia harapkan, tapi kenapa semuanya malah jadi begini? Mengapa dia bisa tertawa selebar itu saat bicara dengan Penyihir itu, sedangkan denganku--

"Kau seharusnya tidak bersikap seperti itu pada Catherine, Ell." lagi, kata - kata yang tidak Harry inginkan meluncur keluar begitu saja, dan Ellea cuma mendengkus.

Sial, Harry mengumpati dirinya sendiri. Bukan itu yang mau dia katakan, melainkan sebuah permintaan maaf atas sikap kasarnya belakangan ini. Tapi mengapa malah kalimat sialan yang meluncur bebas dari mulutnya?

"Aku tidak tahu kalau kau sepeduli itu pada Selir barumu," Ellea tertawa sinis, "Kukira dia cuma tanggung jawab yang harus kau pikul, tapi ternyata suamiku perhatian sekali, ya, pada istri barunya."

"Ellea ...."

"Kalau kau kesini cuma untuk menceramahiku perihal bagaimana aku bersikap, lebih baik kau kembali ke kamarnya dan ajari dia bagaimana bersikap sopan kepadaku." Ellea berucap sarkastis. "Aku tidak akan melakukan ini kalau bukan dia dulu yang memulai."

Harry menarik napas, emosinya agak tersulut.

"Apa tidak cukup kau meneriaki aku kemarin dan malah membantu dia?" Ellea menarik sebelah senyumnya. "Sekarang aku benar-benar menyesal karena tidak mencegah pernikahan keduamu sampai akhir."

"Ellea, itu kasar sekali, kau tahu?" Harry menarik napas sekali lagi, "seharusnya kau bersikap baik, bukan malah semakin menjadi-jadi begini. Apa kelas tata kramamu kurang?"

"Oh iya, aku lupa ...," Ellea menggantung kalimatnya, "apapun yang kulakukan atau kukatakan pasti akan selalu salah. Karena kau cuma melihat Catherine sebagai satu-satunya yang benar."

Ellea berbalik, lelah menghadapi Harry yang entah kenapa lebih membela selirnya. Namun Harry tahu-tahu menahan lengan atas perempuan itu, kemudian meremas bahunya lembut.

"Kau tau kenyataannya tidak seperti itu, Ell, ayolah jangan begini." Harry memelankan suaranya.

"Jangan begini, bagaimana maksudnya?" Ellea menatap lelaki itu dengan sorot kekecewaan, "coba jawab, perempuan mana yang bisa menerima kehadiran seorang selir di usia pernikahannya yang masih seumur jagung?"

"Ada apa denganmu, Estelle?" Harry mengacak rambutnya frustrasi, "Kau takut padanya? Iya?"

Ellea tertawa hambar, dan suaranya semakin keras sampai Harry keheranan. "Lucu sekali, takut? Pada jalang kecil itu? Bahkan, padamu saja aku tidak takut. Andai di tempat ini kekuasaan bukan hanya ada pada Raja dan bangsawan, andai saja tempat ini tidak menganut sistem monarki yang sialan ini ... aku pasti sudah pergi sejak hari pertama aku sadar kalau aku sudah menikahi orang yang salah sepertimu."

Harry mengepalkan tangannya, "Estelle, kata-katamu kelewatan!"

"Kalau kelewatan tinggal balik lagi, apa susahnya?" Ellea tertawa lagi, "aku tidak takut kalau cuma kehilangan posisi ini, yang lebih kutakutkan adalah ketika aku sadar nanti bahwa ternyata hati suamiku sudah jadi milik wanita lain, lalu membunuhku."

Ellea dan Harry saling menatap, ada rasa sakit yang diam-diam menyelinap ke relung hati mereka berdua. Keduanya tahu betul apa maksud ucapan Putri Mahkota barusan, dan mereka sama-sama terluka.

"Harry, aku lelah sekali. Bisa kita lanjutkan nanti?" Ellea menarik sedikit ujung bibirnya, memaksakan diri tersenyum tapi gagal. Hanya terlihat bak garis lurus yang sedikit tertarik ujungnya, seperti itulah senyuman sang Putri.

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Who Made Me A Princess? [On Revision]Where stories live. Discover now