CHAPTER 20 : Yes or Yes (1)

26.4K 2.1K 44
                                    

Setelah semua yang terjadi malam itu, keadaan berubah drastis. Baik untuk Harry dan Ellea, maupun Kate. Pagi itu, tepat saat matahari belum sempat keluar dari peraduannya Ellea dan Harry mengendap-endap. Melangkah pelan-pelan untuk kembali ke istana Spica. Namun hal yang berbeda terjadi pada Kate. Di tengah pagi yang dingin itu si gadis bangsawan sudah tidak ada di kamarnya.

Harry masih sibuk melanjutkan aktivitas intimnya dengan Ellea saat pintu kamar mereka di ketuk. Lelaki itu sama sekali enggan beranjak dari atas tubuh istrinya yang masih terguncang-guncang. Di pagi yang sedingin ini keduanya justru sangat berkeringat, terutama saat Harry mempercepat gerakannya dan semakin membuat Ellea tak karuan.

Tok, tok, tok!

Sial, pintu itu di ketuk lagi. Harry menatap nyalang pada bingkai kayu yang tertutup itu. Namun fokus gerakannya pada Ellea sama sekali tidak turun.

"Aku sibuk, kembali lah nanti!"

Entah apa yang ada di pikiran Harry, akan tetapi Ellea benar-benar baru kali ini merasakan percintaan segila dan seagresif sekarang. Pangerannya seperti banteng yang dilepas setelah melihat kain merah; cepat, sangat bertenaga, dan tak kunjung berhenti. Sampai beberapa saat kemudian mereka masih melakukannya berulang-ulang.

***

Kate melangkahkan kakinya pelan, bertelanjang kaki menerjang tumpukan salju di jalanan dengan sehelai gaun tipis semalam yang masih melekat di tubuhnya. Untungnya ini musim dingin, tak banyak orang yang mau repot keluar pagi-pagi buta seperti sekarang. Bahkan istana masih sangat sepi saat ia keluar diam-diam subuh tadi. Para penjaganya pun tidak terlalu memedulikan perempuan aneh yang menerjang salju saat hari masih gelap.

Hembusan napasnya terdengar lelah, terutama saat gadis bangsawan itu tiba di depan mansion keluarganya setelah dua jam berjalan kaki. Kate lantas menjatuhkan bokongnya di teras, ia memijat kakinya yang mati rasa. Suhunya memang belum berada di titik beku terendah, tapi tetap saja hal gila seperti itu seharusnya tidak ia lakukan

"Astaga, Nona sudah pulang?" Salah seorang pelayan terkejut bukan main saat mendapati Nona Muda mereka berselonjor kaki di depan pintu. "Apa yang terjadi pada Anda, Nona Kate?" Lanjutnya begitu melihat penampilan Kate yang berantakan.

"Aku cuma ingin cepat pulang," Kate tersenyum kikuk, "Kau tahu, 'kan, kalau aku tidak begitu suka menginap di tempat asing?"

"Tapi Tuan Octavius akan ....."

Kate tersenyum lembut, kemudian menepuk pundak pelayannya pelan. "Bagaimana kalau kau membantuku membersihkan diri, Vey?"

Gadis pelayan yang dipanggil Vey itu cepat-cepat bangkit, kemudian memapah Kate masuk.

"Kate! Catherine! Kesini kau, dasar anak sialan!"

Langkah Kate dan Vey terhenti di bingkai pintu, kemudian Octavius cepat-cepat turun dari kudanya. Lelaki tua itu kemudian mengambil sebuah tongkat kayu dari saku pelana kudanya. Kakinya yang panjang kemudian melangkah lebar-lebar, menghampiri Kate yang berdiri setengah lurus berpapah pada Vey. Dalam satu gerakan pria yang tampak beradab itu menarik tangan kurus Kate sampai ia hampir terjengkang, kemudian menamparnya kuat.

"Kau tahu apa kesalahanmu, sialan?!"

Vey menutup mulutnya, kemudian mundur selangkah sambil menunduk takut. Selama bertahun-tahun ia bekerja di kediaman keluarga Sillian, memang bukan hal baru melihat Octavius mengamuk pada putri semata wayangnya. Namun, entah sudah yang keberapa kali pun, tetap saja membuatnya takut sampai mengangkat kepala pun tidak sanggup.

"Kenapa kau mengacaukan semuanya, huh?!" Octavius berteriak marah, ia menendang pintu sampai tertutup, "Apa salahku sampai punya anak sebodoh dirimu, Catherine?!"

Who Made Me A Princess? [On Revision]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora