CHAPTER 55: White Mask (3)

9.5K 1.2K 140
                                    

Pesta minum teh antara Ratu Arielle dan Putri Mahkota biasanya diselenggarakan secara pribadi di ruangan Ratu. Akan tetapi karena cuacanya cerah hari ini, Ratu Arielle memilih rumah kaca sebagai tempat pembahasan festival yang sebentar lagi akan diselenggarakan. Ini adalah waktu tersibuk di sepanjang tahun, meskipun ia tidak begitu paham karena tahun lalu adalah insiden kunang-kunang biru ... tapi sepertinya ini memang acara yang penting.

"Frita, apa kau sudah menemukan yang aku minta?" Ellea bertanya di sela-sela perjalanan mereka. "Gedung itu akan digunakan untuk pusat pengawasan badan amal dan pusat bantuan bagi panti asuhan dan rakyat tidak mampu."

Kate melirik sekilas, sebelum kembali fokus pada jalan setapak di depannya.

"Saya paham, Yang Mulia Putri. Tapi Mohon maaf karena saya belum bisa menemukan tempat yang cocok." Frita mengangguk kecil, paham dengan maksud Estelle yang sebenarnya.

Sudah beberapa hari belakangan ini Frita ditugaskan untuk membeli sebuah properti di perbatasan Oraca, tepatnya di sekitar daerah pinggiran yang tidak terlalu terpengaruh dengan ibu kota. Tapi sudah hampir seminggu, belum juga ada hasil yang memuaskan. Tentu saja itu karena tidak ada properti untuk tempat tinggal di sekitar sana. Deandrez mengatur agar daerah pinggiran dan perbatasan digunakan sebagai pusat pergudangan dan industri. Tapi Ellea berencana membeli di Oglen atau Oalia sekalian.

"Jadi, Tuan Putri akan mengadakan acara amal?" tanya Kate pelan, dia tersenyum tipis. "Apa saya boleh ikut?"

"Eh?"

Frita dan Ellea saling berpandangan.

"Tidak Nona Catherine. Dari pada acara amal yang hanya sesekali dilakukan dan tidak memberikan dampak secara berkepanjangan bagi rakyat kurang mampu dan panti asuhan ... aku berencana membangun sebuah sistem." Ellea menjelaskannya dengan asal, tapi dibumbui oleh pengetahuan yang cukup. "Gedung itu akan menjadi pusat bantuan yang terorganisir bagi rakyat."

Ellea tersenyum canggung, sementara Kate mengangguk paham. "Saya rasa itu akan bagus sekali untuk mereka."

"Tentu saja." Ellea tertawa kecil, kemudian dia beralih pada Frita dan menatapnya lekat-lekat. "Frita, tolong lanjutkan pencarian, dan bicarakan juga hal ini ke Nyonya Margaret, nanti."

Frita mengangguk paham, dia cukup peka untuk menangkap sinyal dari Ellea. Jadi wanita itu langsung pergi dan berbisik pada Nyonya Margaret soal rencana dadakannya. Estelle akan membuat pusat bantuan itu benar-benar ada agar tidak ada yang curiga. Ah ... dia akan sedikit sibuk hanya karena rasa ingin tahu Kate. Estelle sebenarnya tidak terlalu memperhatikan lagi kondisi istana sejak ia mulai membangun kekuatannya diam-diam, mengumpulkan sedikit harta benda yang bisa dibawa saat harus kabur suatu hari nanti. Ia yakin, itu akan berguna. Tapi tidak sekarang. Akan aneh kalau seandainya Putri Mahkota minta dikeluarkan dari istana padahal tidak ada masalah apa-apa, itu akan memberikan kesempatan yang lebih besar pada Kate, dan lagi ... Ellea harus memastikan perasaan Harry. Karena Putra Mahkota adalah satu-satunya kunci bagaimana nasibnya di dunia antah berantah ini. Meskipun sangat mencintai Harry seperti karakter asli Estelle Theodore di dalam naskah, tapi Ellea tidak mau mati dengan cara yang bodoh seperti Estelle yang asli.

Saat sampai di depan pintu rumah kaca, Nyonya Margaret memanggil Estelle dengan nada suara tegas, dan mengusir Kate masuk lebih dulu. "Tuan Putri, saya harap kita bisa bicara sebentar di sini, sementara Selir Pertama bisa masuk lebih dulu dan memberi salam pada Yang Mulia Ratu.

Kate mengangguk, jadi ia masuk ke rumah kaca lebih dulu.

Setelah memastikan Kate masuk, Nyonya Margaret menatap Ellea dengan sorot mata serius. "Yang Mulia, apa Anda serius dengan rencana yang tadi?"

Ellea mengerjap. "Tentu, itu bisa dilakukan, dan bukan hal yang sulit, kan?"

"Iya, tapi Anda sudah cukup sibuk dengan jadwal kegiatan-"

Who Made Me A Princess? [On Revision]Where stories live. Discover now