CHAPTER 58: Kill This Love (1)

11.4K 1.3K 311
                                    

Setelah beberapa hari perang dingin, Estelle memutuskan untuk mengalah. Dia tidak akan mempermasalahkannya pada Harry, akan tetapi persiapannya semakin matang. Mungkin ini adalah pertanda kalau alur cerita asli akan segera berjalan. Ellea akan menjual semua permata dan perhiasannya. Membeli sebuah rumah kecil di perbatasan, dan menikmati hidup yang damai. Tanpa sepengetahuan semua orang ia pergi membeli beberapa gedung dan membuka bisnis pakaian dan toko bahan makanan untuk rakyat jelata. 

Seperti di kerajaan - kerajaan lainnya, para bangsawan biasanya tidak mau membuka bisnis yang menyasar pangsa pasar rakyat jelata. tapi, karena Ellea akan segera pergi dari istana, maka dia harus mendapatkan pundi-pundi uang. Dari pada bangsawan yang banyak maunya, berbisnis dengan pangsa pasar untuk kelas menengah kebawah terasa lebih mudah bagi Ellea. Itu pasti tidak akan berbeda dengan perusahaan yang menyasar pangsa paling besar, yaitu kelas menengah ke bawah.

Pagi ini Harry tidak bersikap seperti biasanya, dan Ellea paham betul akan hal itu. Sejak kejadian kemarin yang Putri Mahkota lakukan cuma mengurung diri di dalam ruang pribadinya, sementara sang Pangeran pergi entah kemana. Wanita itu cuma berharap bahwa Putra Mahkota tidak pergi selama itu untuk menemui Catherine. Pasalnya, Ellea ingat betul, saat ia terbangun tengah malam suaminya belum pulang. Namun ketika pagi menjelang, tahu-tahu Harry sudah memeluknya hangat di tempat tidur.

"Kau mau sarapan di luar?" Harry bertanya canggung, sementara Ellea cuma menjawabnya dengan anggukan kecil saja.

Sejak kemarin Ellea merasa lidahnya kelu, tidak mau bicara macam-macam pada siapapun. Bahkan Frita dan Nyonya Margareth sempat kebingungan pagi tadi.

Harry menyeimbangkan langkahnya dengan Ellea, "Waffle atau sandwich?"

"Waffle."

"Teh atau kopi?" lelaki itu menatap wajah datar istrinya, dia tahu kalau perasaan Ellea sedang tidak baik pagi ini. Mereka belum menyelesaikan urusan kemarin, jadi Harry harus minta maaf hari ini.

"Susu."

Harry tidak menyerah, "Kebun lily, atau rumah kaca?"

"Kebun lily."

Ellea menarik napas jengah, mood-nya sedang tidak bagus tapi hari ini Harry berisik sekali. Apa dia lupa sudah membentak aku kemarin?

Tak lama kemudian Harry memanggil beberapa pelayan untuk menyiapkan acara sarapan mereka di kebun lili. Setelahnya pasangan muda itu kembali ke kamar untuk membersihkan diri. Ellea benar-benar tidak banyak bicara seperti biasanya. Ternyata ini yang dimaksud Ayahanda Raja kemarin, bahwa aku harus menghadapi hal-hal seperti ini kalau mengambil tanggung jawab pada Catherine.

Tepat pukul sembilan Ellea keluar dari kamar, kemudian langsung pergi ke kebun lili tanpa menunggu Harry yang masih di kamar mandi. Gaun tipis tanpa lengan dengan corak bunga mata hari itu terlihat cerah sekali pada sang Putri. Namun ada hal yang membuat mood Ellea anjlok tiba-tiba, yaitu keberadaan Catherine yang sudah lebih dulu tiba disana.

"Apa yang mau kau lakukan pada makanannya?" Ellea bertanya ketus saat melihat Kate berkeliling di sekitar meja makan, "aku tidak ingat kalau kau diperbolehkan makan disini."

Kate tak menggubris ucapan Ellea, ia sibuk melihat-lihat tampilan waffle yang menggugah selera itu. "Aku juga tidak ingat alasan kenapa selir sepertiku tidak boleh bergabung disini, Tuan Putri."

"Kau tahu kalau ucapanmu kurang ajar," Ellea melipat tangannya di dada, "jadi seharusnya aku menerima permintaan maaf sekarang."

"Whoa, Putri Mahkota kita gila hormat, ya?" Kate terkikik geli, "bukankah seharusnya kau yang minta maaf karena sudah merendahkanku selama ini?"

"Dengar, ya, Catherine ... kalau bukan karena Harry kasihan padamu, kau tidak akan menginjakkan kaki di istana. Ingatlah dimana posisimu yang seharusnya." Ellea menunjuk Kate tepat di depan wajahnya, "kalau bisa, pergi dari sini sekarang dan jangan ganggu sarapanku."

Kate bergeming di tempatnya, tersenyum samar pada apa yang ia lihat datang dari kejauhan. Wanita itu memutuskan tidak membalas ucapan Putri Mahkota.

"Aku benar-benar muak, dan hampir kehilangan nafsu makanku sekarang." Ellea melanjutkan, wajahnya datar dengan mata yang menatap penuh kebencian pada Kate, "aku benar-benar ingin kau pergi dari sini, ini perintah."

Bingo!

Kate menunduk dalam sambil mengulum senyum, dan sepersekian detik kemudian seseorang bergabung dengan mereka. Dalam hatinya perempuan bersurai pirang itu bersorak penuh kemenangan, Sang Putri baru saja terjebak dalam ucapannya sendiri.

"Aku yang mengundang Kate untuk makan bersama kita, Ellea." suara bariton itu menyapa rungu keduanya, "dan kuharap kita bisa makan dengan tenang, ini juga perintah."

Ellea menoleh kaget begitu mendapati Harry berdiri di belakangnya, kemudian melirik benci pada Kate yang tersenyum diam-diam. Sudah kubilang kalau aku akan menghancurkanmu, 'kan? Ini baru awal, akan ada yang lebih seru sebentar lagi, batin Kate tak sabar.

******

******

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Who Made Me A Princess? [On Revision]Where stories live. Discover now