CHAPTER 82: Every Day, Every Moment (2)

6.2K 694 205
                                    

"Kami tidak bisa menerima calon Ratu yang melarikan diri dari istana setelah diisukan menghianati putra mahkota!"

"Benar! Kami tidak bisa menerima calon ibu negara yang sudah merencanakan pembunuhan terhadap penerus tahta Raja!"

"Putri Estelle harus dicopot dari posisinya dan dikembalikan kepada keluarga Count Theodore!"

"Tidak, tolong turunkan tahta Putri Mahkota dan berikan hukuman yang seberat-beratnya!"

"Ini pengkhianatan terhadap Deandrez!"

"Anda tidak bisa membiarkan seluruh negeri ini berada di tangan penjahat!"

"Benar, Yang Mulia! Tolong dengarkan permohonan kami!"

"Tolong dengarkan permohonan kami!"

"Tolong dengarkan permohonan kami!"

"Tolong dengarkan permohonan kami!"

Raja Damian memijat keningnya yang langsung terasa penat. "DIAM!"

Semua bangsawan terperanjat dan mereka pun langsung menutup mulut serentak. Damian di kenal sebagai Raja yang bijaksana dan lemah lembut. Selalu punya solusi, tapi tidak pernah kehilangan kendalinya di depan para bangsawan. Dia tahu bagaimana menghadapi rubah - rubah tua itu dengan benar dan jarang menunjukkan emosinya. Tapi teriakan keras barusan seolah mengubah image-nya. Biasanya, bahkan jika harus berhadapan dengan Trevian, Raja Damian masih bisa menjaga emosinya dan tidak terbawa amarah.

"Jangan melewati batas." Sang Raja berkata dengan suara yang pelan, tapi penuh tekanan. "Kalian tahu aku bukan orang yang suka kekerasan. Tapi bukan berarti aku tidak bisa melakukan apa - apa pada mulut kurang ajar kalian."

Mereka semua diam, dan saling melirik satu sama lain.

"Pertama, kejadiannya tidak hanya karena kesalahan Putri Mahkota saja. Kita tidak tahu persis apa yang terjadi diantara mereka di istana Spica. dan jika memang tuduhan itu benar maka istana harus melakukan investigasi dengan sebenar-benarnya dan seadil-adilnya untuk menemukan pelaku yang sebenarnya. Bukankah kalian semua adalah manusia manusia beradab yang tidak akan merendahkan diri sendiri dengan main hakim sembarangan hanya berdasarkan prasangka?"

"Kedua, kesalahpahaman antara Putra Mahkota dan Putri Mahkota harus di luruskan terlebih dahulu sebelum kita bisa mengambil langkah lebih jauh. Karena mendapatkan serangan secara mendadak, wajar bagi putri mahkota untuk menyelamatkan diri meskipun itu memang melanggar peraturan istana. Deandrez akan mencari dan menemukan putri mahkota untuk dibawa pulang ke istana sehingga kita bisa mendapatkan keterangan lebih jelas dari yang bersangkutan secara langsung."

"Terakhir, baik Putra mahkota maupun Putri mahkota sama-sama bersalah dalam kasus ini dan keduanya akan menerima sanksi dari istana apabila masalah ini sudah selesai, dan memang terbukti semua ini terjadi karena kecerobohan mereka berdua. Deandrez akan terus mencari dalang dari semua kejadian ini, aku harap kalian tidak melakukan tindakan-tindakan bodoh di masa depan."

Brak!

Pintu aula mendadak terbuka dan Harry berdiri di sana sambil menatap tajam kearah Baginda Raja. "Anda tidak bisa melakukan hal ini, Baginda! Kita harus menangkap Estelle dan memberikan hukuman seberat-beratnya!"

Semua orang memandang kearah putra mahkota dengan tatapan bertanya-tanya.

"Tolong bawa kembali putra mahkota ke istananya, sepertinya dia butuh istirahat untuk menjernihkan pikiran." Raja Damian bicara pada para ksatria yang langsung meringkus Harry di tempat.

Segera setelah itu putra mahkota dibawa kembali ke istana Spica dan dijaga dengan ketat agar tidak keluar ke mana-mana. Tak lama setelahnya pertemuan darurat bangsawan dibubarkan dengan paksa dan raja demikian pun kembali ke istana Orion. Sudut bibir Catherine terangkat saat ia melihat Harry di seret dengan paksa dari aula pertemuan. Tatapan mata tajam dari bola mata sebening sungai Amoa itu tampak misterius dan tidak puas. Bukan tanpa alasan hari bisa masuk begitu saja ke dalam aula rapat darurat. Tadi, pria itu sedang latihan sebelum Kate mengantarkan satu nampan berisi cemilan pagi dan secangkir teh untuk ia nikmati berdua saja dengan Harry.

"Yang Mulia, Anda terlihat lelah. Bagaimana kalau istirahat sebentar sambil minum secangkir teh hangat?" Catherine tersenyum lembut sambil meletakkan nampan yang ia bawa di meja kecil dekat tenda-tenda di Barack Pegasus. Wanita itu juga mengambil handuk basah dan membantu menyeka keringat Harry.

Harry berhenti berlatih, tapi di dalam lubuk hatinya ia juga merasa kalau tingkah Kate agak aneh belakangan ini. Selain itu, setelah beberapa hari berlalu, sang pangeran juga merasa ada yang salah dengan keputusannya. Tapi, senyuman Kate yang tampak tulus, membuat Harry mau tak mau duduk sebentar dan menyesap sedikit tehnya.

"Terima kasih." Harry menarik napas panjang. "Lain kali kau tidak perlu repot - repot, Nona Sillian."

Kate hanya mengangguk kecil, tapi giginya mengancing saat mendengar namanya di panggil dengan sebutan yang begitu formal. Dia punya nama panggilan. Harry juga sudah tahu itu. Tapi kenapa pria itu masih memanggilnya dengan sebutan Nona Sillian?

"Tidak masalah. Itu kewajibanku selama Yang Mulia Putri tidak ada."

Harry mendelik sekilas, tapi tidak terlalu memperhatikan. Catherine kemudian tersenyum miring. Mari kita lihat, Harry. Sampai kapan kau bisa bertahan dari mantera itu? batinnya.

****


Hai Berries, long time no see~ yang udah nggak sabar baca lanjutannya bisa main ke Karya Karsa ya ...

Hai Berries, long time no see~ yang udah nggak sabar baca lanjutannya bisa main ke Karya Karsa ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

PENGUMUMAN: karena sekarang KK menggunakan coin, kalian bisa beli via WEBSITE karyakarsa.com untuk harga coin yang TIDAK KENA PAJAK dan LEBIH MURAH. Yang mau LEBIH MURAH dari harga KK (khusus paketan, beli semua bab) bisa DM ke IG @bluebellsberry ya...

 Yang mau LEBIH MURAH dari harga KK (khusus paketan, beli semua bab) bisa DM ke IG @bluebellsberry ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Who Made Me A Princess? [On Revision]Where stories live. Discover now