CHAPTER 44: Depressed (3)

10.9K 1.2K 47
                                    

Kapten Jack dan pasukan penyidik kediaman Octavius memeriksa dengan detail setiap inci dari mansion mewah itu. Walaupun begitu, sampai beberapa jam masih belum ditemukan bukti yang mengarah pada pelanggaran penggunaan sihir terlarang. Wakil kapten Leon Kinburgh berhenti tepat di depan ruang kerja sang Perdana Menteri. Lelah mencari ia masuk ke ruangan yang terletak di ujung lorong itu, kemudian menemukan sebuah kursi nyaman di balik meja kayu besar dan duduk di baliknya.

Leon terheran-heran, mengapa sebuah ruang kerja harus terletak di lorong paling ujung. Terpencil sekali dan berkesan sangat misterius, seperti ada sesuatu yang disembunyikan. Padahal mansion ini memiliki banyak ruangan yang lebih asri, terbuka, dan terpapar sinar matahari dengan baik. Ruang kerja yang dicat dengan warna pastel bergaris coklat tua itu berlantaikan pualam berlapis karpet beludru berwarna biru gelap.

Tergantung sebuah lampu kristal besar di tengah ruangan, serta sebuah rak buku kayu yang sangat besar menempel ke dinding. Dasar Leon yang terlalu jeli atau bagaimana, akan tetapi manik emerald pemuda itu sangat tertarik pada lampu hias yang menempel di sisi lemari buku itu. Sebuah tali yang cukup panjang menjuntai, mungkin itu saklar lampu. Lelaki itu lantas menarik talinya dan tidak terjadi apa-apa.

"Hei, Leon, kenapa kau malah bersantai disitu?" suara Jippy, salah seorang prajurit, terdengar dari luar. Lelaki itu kemudian masuk, ingin tahu apa yang sedang dilakukan Wakil Kapten mereka. "Kapten Jack sedang menanyai para pelayan, apa yang membuatmu-"

Hening.

Suara Jippy terputus tiba-tiba dan rahangnya terjun bebas. Sedangkan mata Leon membola dengan mulut terbuka lebar. Entah bagaimana, perlahan-lahan rak buku besar itu bergeser, membuka sebuah pintu rahasia dengan lorong panjang yang gelap di dalam sana.

"Demi celana dalam neptunus, Perdana Menteri memiliki ruang rahasia!" Jippy berseru heboh, sementara Leon mengangkat tangan dan mengisyaratkan bawahannya untuk diam.

Leon meraba-raba dinding di sekitar mulut ruangan, mencari saklar lampu atau apapun yang bisa mereka gunakan sebagai sumber cahaya. Jippy menyalakan pematik api dan memberikan benda itu pada Wakil Kaptennya. Mereka berdua masuk, tertelan ke dalam lorong rahasia di kediaman Sillian yang gelap gempita.

"Apa yang mereka lakukan dengan semua in-" Jippy terperanjat, "astaga, bau busuk apa ini!"

Leon mengerutkan keningnya, kemudian menutup hidung karena bau busuk yang menguar dari sebuah ruangan di ujung lorong. Pria itu mendorong pintu perlahan, lantas suara derit kayu menggema dalam keheningan.

"Jippy, panggil Kapten Jack sekarang dan perintahkan yang lain untuk menahan Octavius beserta putrinya tetap di dalam rumah!" Leon memberi perintah, kemudian berjongkok untuk melihat sesuatu yang ia temukan.

Jippy langsung beranjak begitu Leon menyelesaikan kalimatnya. Sementara Leon berulang kali menghela napas dan menghirup bau busuk itu enggan. Ada sesosok mayat yang sudah mulai membusuk teronggok, sementara sisa dua orang lagi lemas dan tak sadarkan diri. Pria itu kemudian bangkit dan mengeksplorasi ruangan sempit yang hanya berukuran empat kali enam meter.

Di sudut ruangan terdapat sebuah meja kayu tua dengan cermin. Kitab mantra dengan bahasa yang tak dimengerti Leon terbuka lebar di bagian tengah.

"Leon, apa yang-" Jack mengernyit seiring dengan bau busuk yang masuk ke indra penciumannya, "bagaimana bisa ada mayat disini?!"

"Sepertinya Perdana Menteri benar-benar melakukan praktek sihir ilegal." Leon menunjukkan buku tebal berisi panduan mantra sihir lilith yang terlarang.

Jack berbalik, "beritahu semua pasukan untuk membawa bukti-bukti ini pada Yang Mulia Raja."

Leon mengekor Jack keluar dari ruang rahasia Octavius, kemudian melihat pria itu sudah menjadi tawanan Jippy. Kate menatap Jack dengan mata berkaca-kaca, berharap belas kasih dari ketua regu para prajurit itu. Mimik wajah sang Perdana Menteri memancarkan kebencian yang mendalam.

"Kau akan menyesal, Kapten!" Octavius berseru marah, "aku akan membalas perlakuan tidak beradab ini begitu masalahnya selesai!"

"Ya, ya, ya," Jack menarik napas jengah, "Anda bisa menyimpan pernyataan itu di depan Raja nanti."

Jack meninggalkan kediaman keluarga Sillian, sementara Leon dan sisa pasukannya membereskan barang bukti.

"Kuharap Anda bisa ikut dengan tenang, Tuan," Jippy menguatkan kuncian tangannya pada Octavius yang sibuk meronta, "kita akan kembali ke istana."

Satu per satu orang-orang berbaju besi itu keluar dari mansion bangsawan Sillian, sementara si empunya diseret dengan tangan terikat untuk naik ke dalam kereta kuda khusus tahanan. Matahari sudah tinggi, beberapa orang yang tertarik pada kejadian itu berkerumun dan menjadikan Octavius bahan tontonan.

"Ayah!"

Kate berteriak pilu, bertelanjang kaki menerjang salju begitu ayahnya dibawa sebagai tahanan. Roda kereta kuda itu berjalan lambat, memberikan rasa malu yang luar biasa pada Octavius yang ditarik dengan kereta bergerbong kotak penjara.

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Who Made Me A Princess? [On Revision]Where stories live. Discover now