CHAPTER 72: What a Cruel Life (3)

10.7K 1.3K 178
                                    

Ellea langsung memacu langkah seribu begitu menyadari semua orang sedang berusaha mengatasi keterkejutan dari ledakan sihir abal-abal yang dia buat tadi. Kalimat dalam bahasa Deandrez itu meluncur begitu saja tanpa wanita itu tahu akan seperti apa efeknya.

"Tangkap dia!"

Para prajurit itu kemudian bersusah payah bangkit berdiri sebelum mengejar Ellea yang sudah cukup jauh di depan sana. Di kepala gadis itu cuma ada satu tempat yang bisa dia datangi agar bisa selamat, yaitu tembok terluar istana. Setidaknya untuk saat ini Putri Mahkota harus keluar dari istana sekarang juga. Kendatipun begitu, mengikis jarak sampai ke gerbang luar bukanlah hal yang mudah. Kalau dihitung-hitung, mungkin jaraknya sekitar sepuluh sampai dua belas kilometer. Bisa gila dia kalau harus berlari sejauh itu.

Kumohon, kumohon, siapa saja ... keluarkan aku dari istana!

Tungkai mungil itu terus terpacu, meninggalkan sepasang sepatu yang tadinya terpasang sempurna di kedua kaki sang Putri. Ellea terengah-engah dengan tangan mencengkram gaun musim panas yang terlalu panjang, sebisa mungkin mencoba mengambil napas dan diembuskan sekaligus. Suhu tubuhnya mendadak naik, bersamaan dengan keringat yang mulai membanjiri pelipis gadis itu. Dia bukan pelari, baik di New York maupun di Deandrez. Ellea sungguh sudah tidak sanggup lagi kalau harus melewati jalan setapak di Istana Antares sebelum sampai ke jalur utama gerbang luar istana.

Dibelakangnya para pasukan mulai bisa mengejar langkah perempuan itu yang sudah melambat. Bahkan beberapa kali terhenti karena rasa perih bercampur ngilu yang menjalar ke seluruh telapak kaki. Kepala Ellea menengadah ke atas, menatap langit yang masih sangat cerah seperti biasa, kemudian dia menoleh pada bunga-bunga yang mekar dengan cantiknya. Lucu, biasanya aku suka sekali menikmati hari secerah ini, tapi sekarang ... aku merasa mereka beramai-ramai menertawakan.

"Disana!" salah seorang prajurit berteriak lantang, "Tuan Putri sudah tak jauh lagi!"

Detik itu juga kepanikan menyerbu Ellea sampai ke syaraf terkecil tubuhnya. Entah bagaimana, kaki yang masih lelah itu dipaksa untuk berlari lagi. Di depan sudah terlihat gerbang keluar dari Istana Antares, walau masih sangat jauh untuk mencapai wilayah terluar istana kekaisaran. Namun, ada secercah harapan. Tepat ketika Zrielka keluar dan menuju ke arah yang sama dengannya.

"Zri-Zrielka!" Ellea terengah-engah, "Zrielka!"

"Zrielka tolong aku!!" Ellea berteriak lagi.

Pemuda itu menoleh kemudian mendapati Ellea yang penampilan tak berbeda dari orang gila. Berantakan dan panik.

"Tarik napas dulu, Putri." Zrielka berdiri heran di depan perempuan yang tampak kacau itu. "Tolong aku-tolong!"

Ellea masih berusaha mengatur napasnya, tapi entah kenapa air matanya tahu-tahu keluar. Wanita itu sesenggukan sambil menatap hazel Zrielka yang menatapnya kebingungan. Apa yang terjadi? Kenapa Estelle-nya jadi seperti ini? Apakah mungkin 'itu' sudah terjadi? Zrielka memejamkan mata. Sebenarnya dia melihat sebuah ramalan kemarin malam. Itu cukup membuatnya tidak tenang, apalagi saat perintah keluar istana sudah keluarkan. Dia cemas pada Estelle, dan lihat apa yang terjadi sekarang.

"Keluarkan aku dari sini, ku mohon." Ellea hampir berbisik, "cuma kau yang bisa aku mintai tolong, Zrielka."

Zrielka masih bergeming di tempatnya sampai beberapa menit kemudian mereka mendengar suara derap langkah kaki datang berbondong-bondong. Ramalan itu tidak begitu jelas, dan karena belum bisa memastikan semuanya, Zrielka tidak memberitahu Estelle saat ia berbicara dengan sang putri sebelumnya. Tapi melihat kondisi sekarang, ia yakin pasti ada sesuatu yang terjadi.

"Tidak ada waktu!" Ellea berseru panik, "Kalau kau tidak mau membantuku, bilang saja!"

Sambil celingukan sang Putri meninggalkan Zrielka yang masih mematung di sana. Para prajurit melewatinya begitu saja. Jujur, Ellea benar-benar putus asa sekarang. Tidak ada keberuntungan kedua untuk menyerang para prajurit dengan sihir seadanya. Harry pasti bisa dengan mudah mengatasinya kali ini. Rasa takut itu menjalar, seiring dengan derap kaki pasukan yang semakin mendekat.

Tapi Zrielka tidak tinggal diam. Lelaki itu memacu langkahnya hingga menyamai Ellea dan membuat keajaiban bagi sang Putri.

"Kau mau keluar dari sini, 'kan, Putri?" Pria itu mengulurkan tangannya. "Ayo, pilih aku."

Ellea menatapnya sangsi, akan tetapi tidak ada pilihan lain. Hanya Zrielka yang bisa ia percaya saat ini. Tidak ada yang lain. Cuma lelaki itu saja yang bisa menyelamatkannya. Estelle seharusnya tidak takut, karena ia bahkan sudah melakukan sumpah kesatria meskipun nyatanya Zrielka itu seorang penyihir.

"Percayalah padaku." Zrielka tersenyum di sela-sela aktivitas kejar-kejaran mereka. "Aku akan membawamu keluar dari istana yang rumit ini."

Air mata Ellea tak terbendung, lantas tangannya tahu-tahu terulur. Menyambut tangan Zrielka yang sudah berdiri di depannya. Langkah kaki pemuda itu kemudian berhenti, di susul Ellea dan beberapa prajurit yang mulai mengepung mereka lagi. Putri Mahkota menempel erat di balik punggung sang Penyihir. Lalu Harry membelah barikade dan maju ke tengah.

Belum sempat sang Pangeran membuka mulut, Zrielka tersenyum sambil menjentikkan jari. "Selamat tinggal, Yang Mulia."

Wuoosh!

Ellea dan Zrielka menghilang bersama dengan angin kencang yang berembus dan kelopak peony yang berguguran. Estelle memejamkan mata.

Selamat tinggal Harry. Selamat tinggal. Aku tidak tahu apakah bisa kembali atau tidak ke tempat ini. Semoga kau bahagia.

***

Note: untuk beli coin lebih murah kalian bisa ke website www.karyakarsa.com (koin di web tidak kena pajak playstore 30%). Setelahnya kalian bisa langsung klik link ini https://karyakarsa.com/bluebellsberry/series/who-made-me-a-princess

com/bluebellsberry/series/who-made-me-a-princess

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Who Made Me A Princess? [On Revision]Where stories live. Discover now