CHAPTER 64 : Kill This Love (7)

11.3K 1.4K 284
                                    

Harry tahu kalau Estelle masih marah. Ia membiarkan wanita itu dan tidak mengganggunya sampai beberapa waktu. Bahkan, saat tahu wanita itu tidak kembali ke istana dan malah bermalam di kamar para dayang, sang Putra Mahkota tidak melakukan apa - apa, tapi gosip soal keretakan hubungan mereka sudah tersebar di sekitar istana Spica. Sampai beberapa hari kemudian Ellea sama sekali tidak kembali ke Istana Spica, diam-diam ia merengek pada Nyonya Margareth dan Frita agar diizinkan menginap. Selama waktu yang berlalu itu juga ia tidak bertemu Harry sama sekali. Hingga tersiar kabar bahwa Catherine sudah siuman, juga kedatangan Yang Mulia Raja dan Ratu ke Istana mereka, akhirnya sang Putri mau tak mau keluar dari tempat persembunyiannya.

Ellea mengenakan gaun sederhana bertali spageti putih, dengan aksen kelopak mawar merah dan sepatu sandal berwarna senada. Surai karamel itu terkepang setengah, berhias daisy di celah-celahnya. Membuat Putri Mahkota tampil feminin dan lembut.

"Ellea, bagaimana kabarmu, Sayang?" Ratu Ariell menyapa tepat sebelum mereka memasuki kamar Kate.

Sebisa mungkin Ellea mengumbar senyum termanisnya, membalas pelukan sang Ratu tak kalah hangat. "Baik sekali, Ibunda Ratu bagaimana?"

"Luar biasa, Sayang!" Ratu Arielle tertawa, "sudah lama tidak melihatmu di kebun lili maupun rumah kaca...."

Ellea masih mempertahankan senyumannya.

"Ibundamu benar-benar khawatir, Ell, dia sampai menanyai apakah kau baik-baik saja pada semua pelayan yang kemari!" Raja Damian ikut berkelakar, "jadi bagaimana?"

"Aku sungguh baik-baik saja." Ellea menegaskan jawabannya, "Jadi, kita mau melihat Catherine, 'kan?"

Raja dan Ratu menangguk kompak, dan begitu pintu dibuka senyuman Ellea luntur seketika. Ternyata Harry yang ia tunggu-tunggu kabarnya justru bertengger manis di sini, dan sama sekali tidak peduli pada ia yang bahkan sampai mengungsi ke kamar Nyonya Margareth. Bodoh sekali kau, Ell, lihat saja dia malah ada disini bersama Catherine. Apalagi yang kau harapkan?

Harry terpaku di tempatnya, menatap Ellea yang datang bersamaan dengan Raja Damian dan ratu Arielle. Netra mereka bertemu begitu pintu dibuka, dan betapa Harry merasa jadi orang paling brengsek, tepat saat ia melihat ada luka yang terpancar di manik karamel kesayangannya itu. Kali ini tatapan sang Putri terlihat lebih dalam, lebih kecewa, sekaligus menyakitkan.

"Bagaimana kabarmu, Kate?" Raja Damian bertanya dengan senyum simpul di wajahnya, "apa sudah lebih baik?"

Ratu Arielle lebih memilih mengalihkan atensinya pada Vischo Vount, dokter resmi kerajaan. "Apa yang terjadi sebenarnya, Dokter?"

"Nona Catherine keracunan Nerium Oleander," Dokter Vischo tampak mengusap kepalanya yang setengah botak, "tapi saya tidak yakin bisa menemukan racun ini di istana, mengingat kita tidak menanam bunga beracun di seluruh area istana kekaisaran."

"Bagaimana kronologinya?" Raja Damian penasaran.

"Menurut para pelayan, Nona Catherine pingsan setelah memakan waffle yang disediakan untuk Putra Mahkota." Lelaki tua itu menjelaskan, "tapi ada yang aneh, Tuan Putri Estelle juga memakan waffle yang sama dan tidak terjadi apa-apa."

"Maksudmu ada racun di makanan Putra Mahkota?" Ratu Arielle mengerutkan kening, bagaimana bisa kalian sangat tidak mewaspadai hal-hal seperti itu?!"

Perasaan Ellea sungguh tidak enak, padahal dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun, kalau mengingat-ingat alur naskahnya lagi, maka ... saat memasuki istana Catherine tidak tahu apa-apa, dia menghargai Estelle versi bangsawan, akan tetapi Octavius diceritakan sangat tamak. Sehingga pada akhirnya sang Perdana Menteri tega meracuni putrinya sendiri dan menuduh Putri Estelle sebagai pelakunya ... kesialan ganda untukku, jangan-jangan Catherine-

"Ibunda tenang saja, aku sudah memerintahkan Jayden dan pasukan pelindung istana untuk melakukan penggeledahan."

Suara Harry yang menginterupsi Ratu Arielle menyadarkan Ellea dari lamunannya. Tak lama kemudian Rogger Willden, penasihat resmi kerajaan, datang lalu memanggil Raja dan Ratu untuk membahas urusan festival musim semi.

"Kau tak berniat tanya bagaimana kabarku, Putri?" Kate berucap pelan dari tempat tidurnya, Harry melirik sekilas.

"Kenapa aku harus menanyakan itu padamu?" Ellea menjawab pelan, tapi acuh tak acuh, "jangan karena ada Harry disini, jadi kau bisa bermain peran sampai seperti itu."

"Ellea-"

"Aku tidak bicara padamu." Ellea mendengkus dan berdecak sekaligus, "lagi pula, siapa yang berani meracuni 'selir' baru Putra Mahkota?" Wanita itu menekankan kata 'selir' sampai Harry menatapnya lurus.

"Kita akan tahu jawabannya setelah Ksatria Jayden kembali." Kate mengulum senyum, yang lagi-lagi hanya tertangkap mata karamel Ellea.

"Kau itu sungguh-"

Drap-drap-drap!

"Putra Mahkota!" Jayden berlari masuk ke dalam, "Yang Mulia Putra Mahkota!

Harry langsung berdiri, kemudian menghampiri Jayden yang menyasarnya buru-buru. Semua orang disana terlihat panik dan penasaran, akan tetapi Jayden tidak mengucapkan apa yang ingin dia katakan pada Harry secara gamblang. Ksatria itu mendekat pada sang Pangeran lalu membisikkan sesuatu di telinganya. Ellea keheranan, tepat saat bola mata kelam itu menatap tajam padanya, lurus dan lekat serta sarat akan kemurkaan. Dalam hatinya perempuan itu bertanya-tanya, apa yang Jayden ucapkan sehingga Harry menatapku sebegitu murkanya?

Sementara itu Kate tersenyum penuh kemenangan. Tamat sudah riwayatmu, Estelle!

◇•◇•◇

◇•◇•◇

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Who Made Me A Princess? [On Revision]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora