CHAPTER 87: Day By Day (2)

5.7K 594 53
                                    

"Kalau begitu tinggal lah di menara selama beberapa tahun dan tolong terima perceraian yang kuajukan." Damian menatap Vanessa, kemudian menarik napas panjang. "Aku akan membebaskanmu kalau kau memang tersiksa berada di sisiku."

Vanessa tidak menjawab, tapi dia tahu kalau itu adalah keputusan terbaik yang bisa Damian tentukan untuknya. Damian adalah raja yang lembut dan baik. Dia bukan tiran dan tidak pernah menjatuhkan hukuman dengan semena - mena. Dia tegas dan bijaksana. Meskipun dewan bangsawan mengira bisa mengendalikannya, tapi ternyata Damian jauh lebih kuat dari dugaan mereka. Dia cerdas dan tidak akan termakan mentah - mentah oleh rencana rubah tua di sekitarnya. Putranya pasti aman bersama Damian.

"Kalau begitu aku titip Harry." Vanessa tidak mengeluh sedikitpun, dia tahu apa konsekuensinya sejak awal dan masih melakukannya. Sejak awal Vanessa yakin kalau istana bukanlah tempat yang tepat untuknya.

Damian mengangguk pelan. "Jangan terlalu keras pada dirimu. Meskipun kau bukan permaisuri lagi, tapi kau tetap ibunda pangeran, Lady Vanessa."

Senyum tipis itu mengembang saat Damian memanggilnya dengan sebutan Lady. Itu artinya kabar perceraian Vanessa Clowdy dan Baginda Raja akan segera tersiar. Perceraian adalah hal yang tabu dalam keluarga kerajaan. Tidak ada raja dan permaisuri atau raja dan ratu yang bercerai selama ini. Jika kedua pemimpin negeri tak memiliki hubungan yang baik sekalipun, setidaknya mereka akan tetap bersama demi menjaga martabat keluarga kerajaan. Tapi ... Damian berbeda. Vanessa yakin sebentar lagi kabar menggemparkan itu akan tersebar ke seluruh kerajaan.

Damian sudah memutuskan. Ia akan menutup masalah ini dengan hukuman setimpal dan perceraian. Namun, alasan perceraian akan dipertanyakan. Mau tidak mau pihak istana harus mengatakan tentang perselingkuhan permaisuri pertama. Ini diluar kendalinya, tapi dia masih mencoba untuk melakukan yang terbaik. Akan tetapi, seminggu kemudian, hanya selang beberapa jam saja setelah pengumuman. Balai pertemuan istana ricuh. Dewan bangsawan mendesak Damian untuk memberi penjelasan. Padahal menurutnya semua hal sudah selesai.

"Baginda, mantan permaisuri harus dijatuhi hukuman setimpal!"

"Lady Vanessa tak pantas menginjakkan kaki di Deandrez!"

"Anda harus menghukum seluruh anggota keluarga Clowdy, Baginda!"

"Benar, ini adalah penghinaan bagi keluarga kerajaan!"

"Beri hukuman yang setimpal pada Lady Clowdy, Yang Mulia!"

"Ini adalah pengkhianatan, kita tidak bisa membiarkannya begitu saja, Baginda!"

"Hukum keluarga Clowdy!"

"Usir mantan permaisuri!"

"Pengkhianatan adalah hukuman mati!"

"Marquess Clowdy telah mencoreng nama baik keluarga kerajaan!"

Damian mengangkat tangannya. Dia merasa sudah cukup mendengarkan pendapat para bangsawan. Pada dasarnya bangsawan sangat tamak. Mereka tega menggigit satu sama lain hanya demi sebuah kekuasaan. Mereka sama. Tidak ada yang bisa dipercaya sama sekali. Damian sudah cukup mendengarkan mereka. Sekarang ia harus memberi keputusan, setidaknya sebagai sosok yang memiliki peran seorang raja.

"Tidak akan ada hukuman mati. Lady Vanessa sudah di tempatkan di menara untuk sepanjang sisa hidupnya. Sementara yang lain sudah mendapatkan hukuman yang sama adil." Damian mengumumkan hasilnya.

"Baginda, bagaimana dengan Pangeran?"

"Benar, apakah Anda yakin kalau Pangeran adalah putra Anda?"

"Kami meragukan garis keturunan pangeran!"

"Apa benar dia berhak di panggil pangeran?"

Who Made Me A Princess? [On Revision]Where stories live. Discover now