Prolog

99.1K 5.6K 235
                                    

  Aku adalah biola tak bersenar, indah tapi  tak berbunyi.

Aku bagai mutiara di dasar laut, berkilau tapi tenggelam.

Aku seperti tahta yang diperebutkan, sempurna di dalam kekosongan.

Aku, si cinta yang terbuang.

Aku, jiwa yang dipermainkan.

Aku, kegigihan yang melawan takdir.

◇▪︎◇▪︎◇

Estelle berlutut, menundukkan kepala seraya memohon pada pria di depannya. Tatapan wanita itu mengiba, meminta sedikit belas kasih dari orang yang sangat dia cinta. Akan tetapi lelaki itu memicing tajam, menatap langsung pada bola mata karamel milik Estelle dengan mimik menghina.

"Apakah tidak tersisa lagi sedikit saja ruang di hatimu?" Estelle berucap pelan, hampir mendesis.

"Apa kau akan berubah pikiran kalau aku bersikap seperti Catherine?" lanjutnya.

Pria itu, Harziusse, adalah suaminya. Orang yang sangat dicintai Estelle lebih dari apa pun di dunia ini. Dan orang itu tengah menatapnya tajam, menusuk sampai ke relung hati yang terdalam. Harziusse sama sekali tidak mengatakan apa-apa, tapi netra kelamnya yang menembus manik Estelle cukup untuk menjelaskan seluruh perasaannya pada perempuan itu.

"Aku ini masih istrimu, 'kan?" wanita itu mengiba lagi, "Kumohon, Harry, beri aku kesempatan yang sama seperti Catherine."

Estelle menahan air matanya yang hampir jatuh, kemudian menarik pelan ujung celana suaminya.

"Kau tidak akan bisa seperti Catherine," Harziusse menarik napas, kemudian melanjutkan ucapannya, "Kalau ada perempuan yang pantas menempati posisi sebagai putri mahkota, maka Catherine adalah orangnya. Bukan kau, Ell."

"Tapi, Harry ...."

"Aku tidak pernah menganggapmu sebagai istriku," Harziusse menepis kasar Estelle dengan kakinya, "Enyah dari hadapanku sekarang."

Harziusse berbalik pergi, meninggalkan Estelle yang hancur berkeping-keping.

"Tapi aku benar-benar mencintaimu, Harry!" Estelle menjerit pilu, "Aku bahkan lebih mencintaimu daripada diriku sendiri ...."

"Bodoh," Harziusse menarik sudut bibirnya sedikit, "Aku benar-benar benci adegan menjijikkan seperti ini, Estelle. Hentikan, atau aku akan membunuhmu dengan tanganku."

Pada akhirnya Estelle tidak bisa melakukan apa-apa untuk memperjuangkan cintanya. Tangis sesenggukan dengan air mata yang mengering itu seolah saksi bisu, betapa seringnya Harry membuat perempuan itu menangis. Bahkan Estelle harus rela mengakhiri hidupnya secara tragis dengan hukuman mati yang dijatuhkan oleh suaminya sendiri.

◇•◇•◇


"Kalau cinta itu aku, seharusnya kau tetap berdiri tegak, Harry. Tidak goyah, tidak rapuh, dan tidak pula melemah terhadap Catherine." - Estelle Theodore 


"Kalaupun seandainya aku benar-benar mencintaimu, bukan mustahil semuanya akan berubah. Jangan salahkan Catherine."- Harziusse Arez Deandrez 


Kadang cinta bisa begitu menguatkan, membahagiakan, memberi makna, dan membuat seseorang tak gentar melawan ketakutan terbesarnya. Namun, sebagian besar lupa bahwa cinta juga pilu, menyakitkan, melukai, dan sarat akan egoisme seseorang. Pun begitu cinta adalah segalanya, sebuah rasa yang tak akan pernah lepas dari kehidupan manusia. Sebagaimana kita diciptakan berpasangan, seperti itulah ia akan bekerja, mengikat rasa dan mempertemukan raga. Menyatukan dalam sebuah ikatan batin yang istimewa.

◇•◇•◇

Who Made Me A Princess? [On Revision]Where stories live. Discover now