Empat

332K 18.8K 2.2K
                                    


" Musuh itu ada karena rasa benci. Tapi jangan terlalu berlebihan, takutnya nanti malah kepleset"

***

Rea berjalan dengan cepat. Intinya ia hanya ingin segera sampai di kelas tanpa ada hambatan apapun.

Pandangannya menunduk, berusaha tak mempedulikan orang-orang yang melihatnya aneh di sepanjang lorong.

Hingga akhirnya Rea menabrak sesuatu. Terdengar bunyi pecahan kaca yang jatuh ke lantai.

Bersamaan dengan itu, Rea terjatuh.

Kepalanya sedikit pusing.

Ia berusaha mengedarkan pandangannya. Ternyata ia menabrak seorang siswa yang sedang membawa peralatan laboratorium.

Beberapa alat itu pecah dan terdapat tetesan darah di lantai.

Rea benar-benar merasa bersalah. Ia sangat teledor hari ini.

Dengan perasaan yang benar-benar kacau, Rea bangkit dan membantu orang yang ditabraknya tadi untuk mengumpulkan pecahan kaca yang berserakan disebabkan oleh ulahnya.

"Maaf, gue buru-buru tadi." Ucap Rea seraya mengumpulkan pecahan kaca tanpa melihat korban yang ditabraknya.

"Tunggu!" Ucap korban yg ternyata seorang laki-laki.

"Lo, Hantu merah kan?"

Rea menghentikan aktivitasnya mengumpulkan pecahan kaca. Ia sedikit mengangkat wajahnya. Terdapat kerutan di keningnya, menandakan ia sedang berusaha mengingat-ingat siapa gerangan manusia di depannya ini.

Memorinya sedikit terputar ke belakang, dan benar saja. Rea sudah mengingatnya!

"Lo, Tommy si Tomcat nakal kan?" Tanya Rea memastikan.

"Udah berapa kali gue bilang, gue itu Vano. V , A , N , O. Nama ganteng gini lo panggil Tommy, stres lo." Ucapnya. Orang yang bernama Vano itu sengaja menekankan ejaan namanya.

Ck! Mau bagaimana pun, Rea akan tetap memanggilnya dengan sebutan Tommy.

Tak ada salahnya kan? Lagipula nama depannya memang Tommy.

Ya, Tommy Alvano.

Namanya bahkan tak sebagus kelakuannya.

"Kenapa harus ketemu lagi sih!" Ketus Rea.

Rasanya Rea menyesal sudah mengingat kembali memori lama tentang musuh bebuyutannya di zaman SD dulu.

"Jodoh kali."

"Apa!"

"Apa nya yang apa? Seharusnya gue yang nanya, kenapa lo nabrak dan mecahin peralatan kimia gue!"

"Oke, gue ngaku salah. Tapi tadi gue udah minta maaf kan? Lo nya aja yang budek!"

"Emang gak salah gue ngasih lo julukan Hantu Merah. Selain jelek, lo juga nyeremin ternyata."

Apa katanya tadi?

Rea jelek?

Tentu saja hati kecil Rea tergores dibuatnya.

Jika Rea jelek, lalu Vano itu apa?

Cantik?

Cih!

Wajah Rea memerah seketika. Bukan! Dia bukan sedang blushing seperti di cerita-cerita romance.

Tapi ia sedang menahan marah.

Fireflies [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now