Tiga puluh lima

193K 13.2K 828
                                    

"Seharusnya gue tahu, kalau dari awal gue emang gak punya tempat buat dia."

-Kaira

***

"Hmm ... tadi dari-"

"Rea, lo dipanggil Kak Agam!" Rama, si Ketua kelas mengucapkan kalimat itu dengan lantang di depan kelas. Hingga semua pasang mata kini beralih ke pintu.

Dan, benar sekali. Ada Agam di sana.

Lalu, mata mereka kini beralih menatap Rea, heran. Gadis itu kikuk dibuatnya.

Rea sempat melihat wajah Kaira yang shock sebelum akhirnya ia pergi menemui Agam di depan kelas.

"Kenapa, Kak?"

"Gue cuma mau ngucapin selamat atas juara lomba puisi lo kemarin. Gue udah yakin kalau adik gue ini bakalan menang." Agam mengacak rambut Rea gemas.

Bahkan mereka tak sadar, jika Kaira kini mengintip di balik jendela.

"Gue gak sempat ngucapin selamat. Jadi, untuk keterlambatan dan hadiah buat lo. Gue kasih ini." Lelaki itu memberikan sebuah coklat batang, lengkap dengan pita pink sebagai pemanis.

Rea bingung, mau menerimanya atau tidak. Ia menggigit bibir bawahnya pelan. Orang-orang kini ramai melihatnya.

Mereka pasti mengira bahwa Agam sedang menembaknya.

Ah, dasar human kepo!

Melihat Rea yang masih diam di tempat, Agam mengambil tangan Rea dan meletakkan coklat itu di genggaman Rea.

"Eh?"

"Jangan lupa dimakan, Re." Ucap Agam, lalu pergi membelah keramaian siswa-siswi yang dilanda kepo.

"Makasih, Kak!" Rea yang baru tersadar, lantas cepat-cepat mengucapkan terimakasih dengan lantang. Sementara Agam hanya mengacungkan jempolnya di udara.

Rea segera masuk ke kelasnya, dan mendapati Kaira tak jauh dari jendela. Ia tahu, gadis itu pasti melihat semuanya.

"Kai, gue-"

"Kayaknya gue mundur aja ya, Re." Kaira menatapnya sendu.

Ah, sial! Salah paham lagi!

"Bukan gi-"

"Seharusnya gue tau kalau dari awal, gue gak punya tempat buat dia."

"Kai-"

"Gue kira setelah Kak Shelia keluar dari sekolah ini, peluang gue buat dapetin Kak Agam bakalan besar. Tapi nyatanya enggak."

"Kai, dengerin gue!" Rea mendekati Kaira lantas memegang kedua pundak gadis itu, "Kak Agam cuma nganggep gue sebagai adik, Kai."

Kaira mengatupkan bibirnya rapat. Apa Rea sedang berbohong padanya?

"Adiknya Kak Agam meninggal setahun yang lalu. Dan Kak Agam bilang kalau sifat dan kebiasaan gue mirip banget sama mendiang adiknya. Percaya sama gue, Kai. Kami cuma sebatas kakak-adik. Gak lebih!"

Rea berusaha meyakinkan Kaira. Bahkan, ia terpaksa membocorkan rahasia Agam.

Ya, mau bagaimana lagi. Daripada Kaira semakin curiga. Rea tak mau kehilangan sahabat barunya.

"Gue ..." Kaira menutup matanya perlahan, "Gue sayang sama Kak Agam, Re." Suaranya bergetar. Rea tahu bagaimana sakitnya.

"Gue akan bantu lo buat deket sama Kak Agam." Rea secara spontan mengucapkannya. Tapi tidak ada salahnya 'kan? Lagipula Kaira itu baik.

Fireflies [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now