Empat puluh lima

187K 12.4K 1.7K
                                    

"Aku yang berkorban menjadi pendengar saat hatimu runtuh. Membantumu agar kembali utuh. Namun malah dia yang kau jadikan tempat berlabuh."

***


Rea berjalan di sepanjang koridor. Meneliti beberapa orang yang bahkan tidak ia kenal. Di tangan kirinya, memegang sebuah kotak bekal yang kosong.

Manik matanya menatap ke sana-ke mari. Heran. Jika sedang dicari begini, makhluk itu sangat sulit ditemukan. Bahkan Rea tidak tahu, di kelas mana lelaki itu saat ini. Yang ia tahu, lelaki itu hanya seangkatan dan satu sekolah dengannya.

"Eh, tunggu!" Lelaki yang baru saja ke luar dari ruang kelas X IPA 2 itu menoleh, karena merasa dipanggil. "Lo temennya si Tomcat, kan?"

Lelaki itu mengernyit heran. Dia kenal dengan perempuan di depannya ini. Perempuan gila ini, maksudnya perempuan ini pernah berdebat dengan teman karibnya, Vano. Tapi, siapa yang dimaksudnya Tomcat?

"Sorry, maksud gue, lo liat Tommy gak?"

Lelaki itu tampak berpikir lagi, "Tommy? Tommy Alvano?"

"Iya, itu maksud gue."

"Lagian lo manggilnya aneh gitu, ya gue gak mudeng tadinya. Btw, kenalin. Gue Abdi." Lelaki itu menyodorkan tangannya, berniat berkenalan dengan Rea.

Mau tak mau, Rea terpaksa menjabat tangan dengannya sebentar. Sesekali bolehlah, "gue Rea."

Lelaki itu tersenyum tak ada habisnya, bahkan tangannya masih senantiasa lengket dengan tangan Rea. Gadis itu risih dibuatnya, "maaf, tangan lo."

"Sorry-sorry. Keenakan gue nya." Cengir lelaki itu. Ya, sebelas-dua belaslah dengan Vano. Pantas saja mereka berteman.

"Oke, mana Tommy?"

"Kalian pacaran ya?"

Rea memutar bola matanya malas, ketika orang di depannya mulai mengalihkan pembicaraan.

"Enggak akan! Gue ada perlu. Sekarang, mana dia?"

"Wah, bagus dong kalau gak pacaran."

Rea menatap lelaki di depannya dengan tatapan datar.

Merasa ditatap tidak menyenangkan oleh gadis cantik di depannya, Abdi meneguk salivanya susah payah, "oke-oke. Tadi dia bilang mau ke lapangan basket."

"Thanks." Rea melengos pergi begitu saja. Vano benar-benar merepotkan!

***

Beberapa orang sedang berkumpul di pinggir lapangan. Masih mengenakan seragam khusus di hari Rabu. Perkumpulan yang didominasi oleh laki-laki itu kini sedang berunding.

Kali ini, tidak ada Zay di sana. Mungkin saja rapat terbuka itu hanya dikhususkan untuk murid baru. Ya, mungkin saja.

Rea berdiri tak jauh dari sana. Menatap perkumpulan itu dengan jenuh. Kapan selesainya?

Kakinya terasa pegal. Apalagi jika disuruh menunggu sesuatu yang tidak pasti seperti Vano.

"Tom..." Niat hati memanggil Vano, yang menoleh malah semua orang. Tentu saja Rea merasa malu.

Satu dari beberapa orang itu berlari mendekati Rea. Siapa lagi jika bukan Vano.

"Nih. Masih utuh 'kan?"

Vano menerima uluran kotak bekal berbentuk panda bercorak hitam putih itu, lantas menggoyangkannya pelan, "kosong. Katanya masih utuh?"

Rea berdecak pelan lantas memalingkan wajahnya ke arah lain. Lelaki ini sering sekali bersikap tidak serius.

Fireflies [Sudah Terbit]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz