Empat puluh sembilan

185K 12K 1.8K
                                    

"Terbiasa tanpamu, adalah hal asing bagiku."

***

Rea melahap es krim dihadapannya dengan pelan. Tidak seperti manusia yang satunya. Vano duduk di hadapannya sambil memasukkan es krim ke dalam mulutnya dengan rakus.

Wajah Vano terlihat datar, tidak ada ekspresi apapun di sana. Rea sangat tahu, jika lelaki itu sedang dongkol saat ini. Apalagi dengan insiden kotak bekal tempo hari. Lelaki itu pasti tidak akan lupa.

Jadi, apa perlu Rea minta maaf padanya?

Oh, tentu saja tidak. Gengsi bung!

Rea melirik Vano sesekali. Jangan nethink dulu. Gadis itu merasa seperti diintai oleh sepasang mata dari tadi. Ia melihat ke kanan dan ke kiri. Tidak ada yang menatapnya. Pelanggan lain sibuk menikmati es krim pesanan mereka.

Namun, saat menoleh ke arah Vano lagi, Rea tersentak kaget saat lelaki itu berusaha meliriknya sinis lewat ekor matanya. Alih-alih ketahuan, Vano berdehem pelan dan kembali melahap es krimnya.

Pantas saja dari tadi perasaannya tidak enak. Ternyata tatapan perang itu berasal dari musuhnya sendiri. Dasar Tomcat!

Rea berusaha memakan es krim gratisnya dengan khidmat. Namun, lagi-lagi batinnya terusik. Cepat-cepat ia menegakkan kepala.

Dan benar saja. Lagi-lagi Tomcat nakal itu tercyduk meliriknya diam-diam.

"Lo-"

"Sorry."

"Eh?"

Rea meletakkan kembali sendoknya ke dalam mangkuk.

"Sorry, karena waktu itu gue sempat ngebentak lo."

"Hmm."

Gadis itu berpura-pura tak acuh, dan melanjutkan kegiatannya memakan es krim.

"Dasar cewek gila! Udah untung gue minta maaf duluan. Seharusnya lo apresiasi kek, apa kek. Ini cuma hmm-hmm doang. Lo kira gue Nissa Sabyan!"

"Trus mau lo apa?!"  Rea yang tadinya masih kalem, kini mulai ngegas.

"Kok malah lo yang sewot!"

"Gue gak sewot kok! Lo aja yang baperan!"

"Barusan lo ngegas!"

"Lo yang mancing!"

"Gue gak bawa cacing!"

"Stres lo!"

"Daripada lo, sakit jiwa!"

"Dedemit!"

"Itu kembaran lo, bego!"

Rea mulai berdiri dari duduknya sembari menggenggam sendok es krim di tangannya. Anggap saja itu senjata untuk mengalahkan Vano.

Vano yang tidak mau kalah pun mulai melindungi dirinya dengan mangkok kosong. Jaga-jaga, siapa tahu gadis gila di depannya melemparkan sendok jahannam itu padanya. Bisa hilang kadar ketampanannya nanti.

"Kok malah diam? Lanjut dong. Lagi seru nih."

Sontak saja, Rea dan Vano menoleh ke asal suara.

Kedua remaja itu lantas terkejut kala mendapati Aliya yang berdiri tak jauh dari mereka sembari merekam perdebatan kecil itu lewat ponselnya.

Oke, jangan lupakan orang-orang di sekitar mereka yang tadinya sibuk menikmati es krim, kini malah ikutan berdiri menonton adegan perdebatan tak biasa itu.

Fireflies [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now