Enam puluh

178K 10.8K 705
                                    

"Sahabat itu ada. Tapi tidak harus selalu ada, dan siap sedia dua puluh empat jam untuk menjagamu. Dia hanya sebatas sahabat, bukan bodyguard."

***

Rea melangkahkan kaki di lantai dua dengan modal nekat. Koridor tampak ramai saat ini. Tentu saja, bel istirahat sudah berbunyi sekitar lima menit yang lalu.

Jujur saja, Rea merasa sungkan telah memasuki kawasan seniornya di kelas sebelas ini.

Tidak sedikit orang yang menatapnya heran. Ada yang berbisik-bisik, namun ada pula yang terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya. Ia risih tentunya.

Tapi ia berusaha untuk tidak peduli. Karena kini, ia sudah tiba di ruang XI IPA 1. Lebih tepatnya kelas Zay.

Rea akui, kali ini dia memang terlalu berani. Entah dia sudah gila. Yang jelas, dia hanya ingin diajari bermain basket oleh Zay, bukan Vano.

"Nyari siapa?" tanya seorang senior yang sama sekali tidak dikenalnya.

"Nyari Kak-"

"Lo siapa?" Ucapan Rea terpotong, karena senior lain ikut menghampirinya sembari bersidekap di dada. Tampak sekali keangkuhannya sebagai kakak kelas.

"Sa-saya Re-"

Byurrrr!

Sontak saja, beberapa orang yang tadinya sedang bersantai di kelas, kini memilih untuk keluar kelas.

"Eh, ada apaan tuh?"

"Dia siapa?"

"Mukanya kayak gak asing."

"Dih, adik kelas sok-sokan naik kesini. Kena batunya kan."

Rea terdiam kaku. Dia benar-benar shock. Bagaimana tidak, dia baru saja disiram hingga basah kuyup dengan air dingin.

"Ups. Gue kira gak ada orang." Rea memberanikan diri untuk mendongak. Di sana, terlihat seorang senior kelas dua belas dengan ember kosong di tangannya. Tak salah lagi, dia baru saja disiram dengan air AC.

Rea menggigil kedinginan, sekaligus malu. Ingin beranjak, tapi tubuhnya terasa kaku. Harga dirinya benar-benar jatuh di depan senior.

Senior lainnya kini sibuk mengerubunginya. Bukannya menolong, mereka malah berbisik-bisik bahkan ada yang terang-terangan menyindir Rea.

Sebegitu rendahkah derajat adik kelas di mata seniornya?

Rea hanya diam, tidak berkutik. Kelakuan nekatnya justru membawa petaka.

Seorang lelaki datang, menembus kerumunan siswi di depan kelasnya. Ia terkejut, mendapati orang yang dikenalnya kini sudah basah kuyup. Tubuh gadis itu tampak bergetar dan teman-temannya hanya mampu menjadi penonton saja.

Ia menggeram kesal, lantas melepas seragam putih miliknya.

"Parah lo semua. Adik kelas gini masih dijahilin juga. Ulah siapa sih?!"

Agam membalut tubuh Rea menggunakan seragam putihnya. Meski tak dapat dipungkiri, tubuh gadis itu masih tetap saja basah. Namun setidaknya seragam itu memberikan sedikit kehangatan baginya.

"Minggir lo semua!" tegas Agam sembari membimbing tubuh Rea.

"Agam kok care banget sama dia?"

"Pantesan. Gue baru inget kalau dia orang yang pernah buat Shelia dikeluarin dari sekolah."

"Polos-polos gitu ternyata nipu ya."

Fireflies [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now