Tiga puluh dua

195K 14.2K 892
                                    

Hollaa ... i'm come back, yeayy!!!

Berhubung besok adalah hari ulang tahunku. Jadi, anggap aja ini special part dari aku buat kalian ya heheh.

Pengen dong ya, sesekali diucapin sama readers. Rela loh aku, ngetikin cerita ini demi kalian. Demi ngehibur kalian di malam minggu mweheheh. Tenang, aku juga jomblo kok. Kita sama wkwk.

Oh iya. Satu lagi!

Apasih harapan kalian buat Author (ngarep:v)  dan Fireflies kedepannya?

Okey, itu aja sih ya.

Please, kali ini sider nongol dong. Aku pengen lihat kalian nih:v

#Otw28juli

Selamat membaca, readers tercinta ...

Salam hangat, sehangat notif chat dari doi di malam minggu:v
natasya_naa

.

.

.

"Berikan aku setengah hati yang menurutmu tidak berguna lagi. Biar kudaur ulang."

***

Upacara peringatan 17 Agustus, baru saja selesai dilaksanakan.

Kini, Rea duduk di pinggir lapangan bersama teman-teman sekelasnya yang bernasib sama sepertinya.

Rea merasa sendiri. Pasalnya, ketiga sahabatnya itu kini harus bersiap-siap karena mereka ditunjuk untuk mengisi acara hiburan hari ini.

Rea bahkan merasa jengah ketika melihat anggota OSIS itu sibuk mondar-mandir mempersiapkan acara. Ribet sekali ternyata. Melihatnya saja, Rea sudah lelah. Untung saja dia bukan termasuk anggota OSIS.

Beberapa temannya juga ada yang mengajaknya mengobrol. Rea hanya menanggapi sekedarnya.

Ia sedang tak berminat untuk merumpi saat ini.

Beberapa acara sudah mulai dilaksanakan. Mulai dari pembawaan lagu solo, duet, bahkan drama musikal yang ditampilkan oleh kelas 12.

Rea tampak tak berminat menontonnya. Membosankan menurutnya.

Lantas Rea beranjak dari tempat itu. Kakinya melangkah begitu saja.

"Kenapa gue malah ke sini?" Secara tak sadar, kini dirinya sudah berada di belakang sekolah.

Rea mengedikkan bahunya acuh. Selagi sudah ada di sini, lebih baik dia menikmati. Toh, dia lebih suka suasana sepi seperti ini kan.

Namun, samar-samar Rea melihat sepasang kaki.

Bukan.

Bukan hanya sepasang kaki. Namun lengkap dengan tubuhnya.

Orang itu sedang duduk di sebuah kursi. Sebagian tubuhnya tidak terlihat karena tertutupi oleh ranting-ranting pohon serta dedaunan kecil.

Tak salah lagi. Orang itu pasti-

"Kak Zay ..." Panggil Rea kemudian.

Benar saja. Tak lama setelah itu, Zay merespon panggilan Rea dengan mengibaskan dedaunan yang mengganggu penglihatannya.

Kini, Rea dapat melihat dengan jelas wajah si pria tampan di depannya.

Rea mematung di tempat.

Fireflies [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang