Empat puluh tiga

188K 11.7K 775
                                    

"Ku akui, pada dasarnya kau memang tidak tahu apa-apa tentangku. Sebab sejatinya, aku memang bukan siapa-siapa bagimu."

***

Rea masuk dengan tergesa-gesa ke kelasnya.

Via yang duduk di sampingnya berbisik, "Re, lo ngambil kertas atau buat kertas sih? Lama banget."

Rea sengaja menghiraukannya. Ia lebih memilih terfokus untuk mengisi data di lembar ujiannya.

Setelah selesai, dengan iseng gadis itu melirik ke samping.

Via sudah membuka soal di lembaran ketiga.

Cepat sekali!

Rea tidak boleh kalah, tentunya. Dengan cepat ia membuka lembaran soal dan mulai membacanya dengan teliti.

35 menit berlalu.

Rea hampir selesai menjawab soal. Maklum saja, ujian pertama ini Bahasa Indonesia, tidak terlalu sulit baginya. Kecuali, Kaira.

"Psst! Re..."

Rea menulikan pendengarannya. Melanjutkan kembali membaca soal cerita panjang di depannya.

"Pssst! Rea..."

Masih berusaha untuk tidak peduli.

Pluk!

Sebuah kertas yang sudah diremuk, dilempar begitu saja dan berhasil mengenai kepala Rea. Gadis itu mendongak.

Dan ternyata, pelakunya Kaira.

Gadis itu cengengesan saat ditatap datar oleh Rea. Ia malah menggerak-gerakkan mulutnya tanpa bersuara, seolah menyuruh Rea agar membuka remukan kertas itu.

Rea terpaksa menurut, dan membaca tulisan absurd yang tertera di sana.

Re, jawaban 1 sampai 50 apa?
Salam manis, Kaira cantik:v

Rea kembali meremuk kertas itu. Batinnya berteriak kesal.

Sialan!

***

Rea berjalan tergesa menuju dapur. Gadis itu menggeledah barang-barang di rak piring. Seingatnya, dia menaruhnya di sini.

Tapi, kenapa tidak ada?

Rea bergerak menuju kamar Rifa, berniat ingin bertanya pada Bundanya.  Namun, saat di depan pintu, ia mendadak mengurungkan niatnya. Sudah ditebak, Bundanya itu pasti tidak akan merespon pertanyaannya.

Gadis itu beralih pada kamar sebelahnya.

Kamar Reina.

Ya, setidaknya gadis itu masih lebih baik daripada Rifa.

Baru saja membuka pintu, Rea dikejutkan dengan pemandangan yang-

"Kak Rein! Itu kotak bekal punya Rea!" Rea lantas masuk tanpa izin, seperti yang sering dilakukan oleh Reina, lantas menatap kotak bekal itu nanar.

"Ini punya kamu ya? Kak Rein pikir punya siapa."

Oh, santai sekali cara bicaranya. Memangnya punya siapa lagi? Jelas-jelas di rumah ini hanya diisi oleh 3 orang saja.

Rea menatap kotak bekal itu dengan penuh penyesalan. Kotak yang tadinya bersih, kini sudah kotor karena Reina menggunakannya sebagai pengganti palet.

Gadis itu mencampurkan beberapa cat, lantas mengaduknya di sana.

Apa tidak ada tempat lain, selain kotak bekal milik orang ini!

"Paletnya rusak. Jadi, mau gak mau harus pakai ini." Reina berkata seolah dia bisa membaca pikiran Rea.

Fireflies [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now