Empat puluh delapan

181K 11.7K 735
                                    

"Pura-pura menghilang agar dicari. Nyatanya malah dianggap sudah mati."

***

Fela bergerak menuju ruang guru, diikuti oleh Anna dan Rea di belakangnya.

Fela memasuki ruang itu, sementara kedua gadis di belakangnya memilih untuk menunggu di luar ruangan.

Selang beberapa menit, Fela keluar dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Rea..." Panggilnya.

Rea yang sedari tadi sudah menatap Fela, mengernyit bingung. Lantas manik matanya melihat sebuah rapor di tangan kanan wanita paruh baya itu.

Hati Rea mendadak senang, ternyata Fela berhasil mengambil rapor miliknya. Tapi, kenapa dengan raut wajah-

"Selamat ya. Kamu peringkat satu di kelas."

"What! Selamat ya, Re. Lo emang pantes dapetinnya." Anna berseru riang. Sementara Rea, masih shock.

Sebenarnya, perihal mendapatkan posisi juara kelas sudah menjadi hal yang lumrah baginya. Tapi, entah kenapa, kali ini rasanya berbeda.

"Orang tua kamu pasti bangga, Rea." Fela menyerahkan rapor di tangannya pada Rea.

Yap, itu yang selalu Rea tanyakan pada dirinya sendiri. Apa Bundanya bangga ketika mendengar anak satu-satunya berprestasi di kelas?

"Rea? Kok bengong? Kita pulang bareng, yuk."

"Umm ... maaf ya, Ann. Gue gak bisa."

"Yaah, kenapa lagi sih?"

"Anna. Kalau Rea gak mau, jangan dipaksa. Kamu tuh kebiasaan!" Anna mendengus pasrah, kala ibunya sudah angkat bicara.

"Rea, ini pertama kalinya kita ketemu. Tapi Tante udah suka sama sifat kamu. Hari ini, Tante dan Anna mau balik ke Jogja. Kalau ada waktu, sering-sering main ke rumah Anna ya. Dia sering kesepian di sana. Siapa tahu, Tante lagi nginep, kita bisa ketemu lagi nanti."

Rea tersenyum hangat, "iya, Tante. Insyaallah Rea akan sering main ke rumah Anna."

Anna memeluk Rea erat, "see you next time, Re."

Rea terkekeh, "iya, Ann. Take care, ya."

Anna melangkah pergi sembari membawa tas jinjing yang baru saja dititipkan Ibunya.

"Umm, Tante ..." Fela menghentikan langkahnya, ketika mendengar panggilan kecil dari Rea. Sementara Anna sudah jauh di depannya. Gadis itu terlalu energik.

"Iya. Ada apa, Rea?"

Rea melangkah mendekat, "makasih banyak ya, Tan. Tante udah baik banget mau bantuin Rea ngambilin rapor." Ucapan itu tulus dari lubuk hatinya.

Fela tersenyum mengangguk. Melihat wajah Rea, mampu mengingatkannya pada orang itu. Tapi, mata itu. Kenapa mata itu mirip dengan-

"Tante?" Rea melambaikan tangannya di depan wajah Fela. Katakanlah itu tidak sopan. Tapi, mau bagaimana lagi. Rea melihat Ibu temannya ini termenung sejak tadi.

"Eh?" Fela tersadar.

"Kalau gitu, Rea pulang dulu ya, Tan." Rea mengambil tangan kana Fela, lantas mencium punggung tangan wanita itu.

Fela tertegun. Gadis di depannya ini memang anak yang baik.

Tanpa mendengar balasan dari Fela, Rea melangkah pergi. Dia sudah tak sabar menunjukkan rapor ini pada Bunda nantinya.

"Rea ..." Panggil Fela. Gadis itu menghentikan langkahnya, lantas menoleh ke belakang.

"Boleh Tante peluk kamu?"

Fireflies [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now