Dua puluh sembilan

196K 12.1K 453
                                    

"Padahal belum jatuh. Tapi sakitnya sudah menyentuh."

***

"Lo udah kenal lama sama Kak Zay, Kai?" Tanya Anna.

Kaira gelagapan bingung. Bagaimana dia bisa keceplosan.

"Kai, jawab!"

Kaira menghembuskan napas pasrah, "Kak Zay itu, senior gue pas masih SMP dulu."

Ketiga sahabatnya manggut-manggut. Pantas saja gadis itu selalu nimbrung jika Rea sedang membicarakan lelaki itu.

Tapi tunggu, "Gue masih bingung, kenapa pas pertama kali gue bilang naksir sama Kak Zay, lo malah marah?"

"Abisnya gue masih kesel sama dia!"

Semakin ke sini, Rea dan yang lainnya semakin bingung.

"Kenapa kesal?"

Lagi-lagi Kaira menghembuskan napas pasrah. Mau tak mau, dia harus jujur kan? Lagipula, Kaira kan anak baik.

FLASHBACK ON

Seorang gadis dengan pakaian kurang rapi berlari sekuat tenaga untuk mencapai pagar sekolah.

"Stop, Pak!" Gadis itu berteriak dari kejauhan, dan berhenti seraya mengatur napasnya.

"Ayo masuk neng, saya mau tutup pagarnya." Ucap satpam si penjaga pagar. Kaira kembali berlari, beberapa langkah.

Setengah sibuk mengatur napas, gadis itu tetap berjalan menuju segerombolan orang yang sedang berbaris rapi. Itu karena upacara bendera akan dilaksanakan beberapa menit lagi.

Ah, sial!

Seharusnya dia datang lebih awal tadinya. Sekarang lihatlah, bahkan dia tidak tahu di mana barisan anak kelas 7.

Seorang pria tampan dengan seragam yang lengkap dan rapi melewatinya begitu saja. Tatapannya dingin, tapi tetap saja tidak mengurangi kadar ketampanannya.

Kaira si pecinta lelaki tampan pun jatuh hati pada pandangan pertama.

Namun sayangnya, pria tampan itu tidak sempat meliriknya.

Tapi tidak masalah. Kaira tidak akan menyerah begitu saja.

"Kak..." Panggil gadis itu, namun tidak digubris.

Ya, jelas saja. Lelaki itu tidak merasa dipanggil oleh siapapun.

Tak kehabisan akal, gadis itu berlari mengejar si pria tampan dan menahan tangannya, "Kak..."

Merasa terganggu, si pria tampan itu berhenti dan menoleh pada gadis yang berpakaian tidak rapi yang sedang menahan tangannya. Cepat-cepat lelaki itu menarik tangannya begitu saja, seakan tangan gadis itu adalah kuman.

Merasa sedikit tersinggung, namun tidak menyerah, gadis itu kembali mengeluarkan suaranya, "Kak, barisan anak kelas 7 di mana?" Tanyanya, dengan nada suara yang dilembut-lembutkan.

Dasar Kaira. Ternyata dia sudah centil sejak dini.

Si pria tampan menatapnya dingin. Menyebalkan. Tapi tampan.

Sedetik kemudian, si pria tampan itu pergi melanjutkan langkahnya, bergabung bersama segerombolan orang yang baru saja lewat.

Kaira mendengus kesal. Bisa-bisanya gadis cantik seperti dirinya tidak dihiraukan seperti ini.

***

Setelah melewati banyak rintangan, dan bertanya pada kakak senior yang sama sekali tidak dikenalnya, akhirnya gadis itu berhasil menemukan barisannya.

Fireflies [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now