Lima puluh empat

194K 11.8K 799
                                    

"Bersikaplah sebagaimana mestinya. Seperti layaknya sepasang manusia asing yang tidak saling mengenal."

***

Hari libur berlalu, saatnya Rea kembali bersekolah. Pagi ini wajahnya memang tampak tidak menyenangkan. Seperti biasa. Ditambah pula dengan kondisi mata yang mengantuk berat. Rasa semangatnya pudar begitu saja.

Sebenarnya, hari ini adalah hari yang paling ditunggu-tunggu olehnya. Ia sangat bersemangat ingin kembali bersekolah, berjumpa dengan sahabat-sahabatnya, gurunya, penghuni sekolah, dan Zay tentunya.

Bahkan, saking semangatnya, Rea tidak bisa tidur semalaman. Yap, dia terkena insomnia disaat yang tidak tepat.

Ketiga sahabatnya sibuk menceritakan masa-masa libur mereka. Rea hanya mendengar sekedarnya. Wajahnya ia telungkupkan di atas meja. Matanya benar-benar tidak tahan lagi. Barangkali, memejamkan mata sebelum bel masuk, tidak ada salahnya.

Kaira bosan melihat salah satu sahabatnya yang sedari tadi hanya diam, dan tidak ikut mengobrol.

"Eh-eh, gue denger-denger katanya kita bakalan kedatangan murid baru loh." Gadis itu mengalihkan pembicaraan dari sesi curhat ke sesi ghibah.

"Masa sih?"

"Iya, Ann. Gue juga denger katanya sih cowok." Ujar Via. Ternyata dia sudah tertular virus ghibah Kaira.

"Semoga aja cogan."

"Ingat Kak Agam, Kai. Cogan mulu otak lo." Sahut Rea dari tidurnya.

Kaira terkekeh geli, akhirnya gadis itu meresponnya.

"Pagi semua." Suara lantang itu mampu membuat siswa-siswi yang tadinya sibuk merumpi, dalam sekejap bisa duduk tegap seraya melipat kedua tangan di atas meja.

Begitu pula Rea. Tubuhnya yang tadinya terkulai lemas, kini dipaksa untuk duduk setegap mungkin. Walaupun tetap saja matanya masih sedikit sayu.

Satu menit berlalu, Pak Ali selaku guru kimia itu tak luput dari mata elangnya. Beliau menyapukan pandangannya ke setiap murid.

Rea yang merasakan aura yang tidak menyenangkan itu dengan terpaksa menstabilkan keadaan matanya agar terlihat normal.

Dua menit berlalu, kini tatapan tajam khas Pak Ali jatuh pada Rama, si ketua kelas.

Rama meneguk salivanya susah payah. Berbagai asumsi negatif menjalar di kepalanya. Apa ia telah membuat kesalahan besar? Oh, atau apa nilai kimianya bermasalah? Ah, seingatnya semua nilainya baik-baik saja.

"Ehem!" Deheman Pak Ali mengagetkan sebagian murid. Tatapan mata tajamnya menambah kesan seram di wajahnya.

"Rama!"

Gleg!

Rama semakin menegapkan tulang punggungnya. Persetan dengan rasa lelah.

"Apa tugas ketua kelas?!"

Astaga!

Seminggu lebih tidak masuk sekolah, ternyata mampu membuat seorang Rama menjadi pikun.

"Berdo'a mulai!" Ucapnya lantang, walaupun terdengar jelas nada ketakutan di dalamnya.

Setelah menyelesaikan tugas utamanya sebagai ketua kelas di pagi hari, Rama sedikit terlihat lega. Namun tetap saja, dia masih was-was.

"Hari ini, Bu Niken, wali kelas kalian sedang berhalangan hadir. Saya yang akan menggantikan beliau." Siswa-siswi berpura-pura mengangguk, meskipun jauh di lubuk hatinya, mereka menyimpan sumpah serapah. Terlebih bagi kaum pemalas.

Fireflies [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now