Enam

268K 17.4K 1.8K
                                    

"Takdir senang sekali mempertemukan kita.
Aku bingung bagaimana cara meresponnya."

***

Rea kembali berjalan, karena belum menemukan angkutan umum.

Bunyi klakson mengagetkannya. Padahal ia sudah berjalan di pinggir.

Sebuah motor sport merah berhenti di depannya. Seorang siswa dengan seragam putih abu-abu membuka helm-nya setengah.

"Naik."

Ternyata itu si pria tampan.

Rea speechless.

Ia tak menyangka akan bertemu dengan si pria tampan disini.

"Ayo naik!" Si pria tampan kembali mengulang ucapannya karena Rea masih bergeming di tempatnya.

Rea tersadar, dan segera naik dengan tergesa-gesa.

Sudah dua kali rasanya, jarak di antara mereka bisa dihitung dengan jari.

Nyaman.

Rea kembali merasakan perasaan itu.

Rea tak perlu memeluk si pria tampan karena kakak kelasnya itu membawakan motor dengan santai tanpa harus ngebut.

Rea suka itu.

Tak ada percakapan selama di atas motor. Rea bisa memakluminya. Hingga mereka sampai di parkiran.

Cukup sepi, karena ini masih terlalu pagi.

Rea turun dari motor. Si pria tampan pun melepas helm-nya.

Rea menunggu apa yang terjadi selanjutnya.

Si pria tampan turun dari motornya dan berlalu melewati Rea begitu saja, tanpa sepatah katapun.

Rea sedikit bingung.

Ia merasa seperti sosok yang tak kasat mata, hingga si pria tampan tidak berkata apapun padanya. Jangankan itu, menoleh padanya saja tidak.

Sedetik kemudian Rea tersadar, dia bahkan belum mengucapkan terimakasih pada si pria tampan. Ah bodohnya Rea, seharusnya Rea yang memulai percakapan terlebih dahulu.

"Eh, Kak! Makasih buat tumpangannya." Ucap Rea lantang. Rea rasa si pria tampan itu masih mendengarnya. Namun lagi-lagi Rea merasa tak diacuhkan.

Hei, sadarlah Rea. Memangnya kamu itu siapa?

Rea mendengus pasrah.

Ia kembali berjalan menyusuri lorong kelas yang tampak sepi. Hingga ia melihat si pria tampan baru saja keluar dari kelasnya.

Catat itu!

SI PRIA TAMPAN BARU SAJA KELUAR DARI KELASNYA.

Yap, kelas Rea.

Apa yang dilakukannya di sana?

Rea buru-buru masuk kedalam kelasnya.

Sepi.

Tidak ada satupun orang di sini.

Tapi ada sebuah kotak obat-obatan di atas mejanya.

Rea yakin si pria tampanlah yang menaruhnya di sana.

Bagaimana dia bisa tahu jika Rea sangat membutuhkan itu?

Bagaimana ada manusia yang sulit di tebak seperti si pria tampan ini?

Terkadang dia baik, namun di sisi lain dia juga sosok yang cuek. Rea gemas sendiri melihatnya.

"Rea!" panggil seseorang.

Fireflies [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang