Dua puluh tiga

204K 12.3K 821
                                    

"Berhentilah bermain-main dengan janji."

***

Brukk!!!

Rea baru saja menabrak dada bidang milik seseorang.

"Siapa yang salah?" Ucap suara bariton khas anak remaja.

"Gue minta maaf."

"Kayaknya lo hobby banget nabrak gue."

"Maaf, Tom."

Yap, orang yang baru saja di tabrak oleh Rea adalah Vano. Sudah dua kali ia melakukan kesalahan fatal itu.

Namun, sedetik kemudian Rea terpikir untuk menanyakan perihal orang yang telah menyelamatkannya di rooftop tempo hari.

"Tom, gue mau nanya sesuatu."

"Paan?"

"Apa benar, lo cowok yang udah nolongin gue di rooftop kemarin?"

Vano berpikir sejenak, lantas kembali menatap gadis itu jenaka, "Hmm.. kasih tau gak ya?"

"Tom, gue serius!"

"Iya. Kenapa memangnya?" Lelaki itu bahkan tetap santai memainkan poni rambutnya.

"Makasih ya, Tom."

Vano mengangguk mantap, lantas menepuk jidatnya hingga membuat Rea mengernyit heran. "Oh iya! Hadiah gue mana?"

"Hadiah apa?"

"Nah kan. Gue lupa kalau Hantu Merah kayak lo itu cepet pikun."

"Hadiah apaan sih?"

"Hadiah karena gue udah mau jadi pacar gadungan lo."

Rea baru ingat. Dia benar-benar lupa tadinya, "Ah iya. Lo mau apa? Biar gue beliin."

"Gue mau es krim."

Rea menatap heran lelaki konyol di depannya ini. Sedetik kemudian ia menjawab, "Oke, besok gue beliin."

"Gue maunya sekarang."

"Gue gak bisa. Gue lagi sibuk." Rea lantas pergi meninggalkan Vano.

"Bodoamat! Gue maunya sekarang. Ayo!" Vano menarik tangan Rea secara paksa.

Rea berusaha memberontak minta di lepaskan. Kenapa urusannya jadi ribet seperti ini. "Tom! Gue ada janji sama orang!"

"Janji apa? Penyeludupan narkoba? Lo ngeganja?"

Ck!

Rea berdecak kesal. Tadinya ia sudah luluh karena Vano pernah menolongnya di rooftop. Namun sekarang, tidak lagi.

"Tom, please! Besok aja ya?"

"GAK MAU!"

Jika tahu akan bernasib seperti ini, lebih baik dari awal Rea tidak usah berbasa-basi dengan lelaki konyol ini.

"Lo ngidam?" Tanya Rea heran.

"Iya."

Benar-benar pria gila!

Vano menyuruh Rea naik di atas motornya. Rea benar-benar kehabisan cara untuk melarikan diri dari Tomcat nakal di depannya. Dengan berat hati, Rea mengikuti kemauan Vano.

***

Sudah 15 menit rasanya Zay menunggu Rea di lapangan sekolah. Namun, gadis bertubuh mini itu belum juga menampakkan batang hidungnya.

Untuk menghilangkan suntuk, ia berniat mengambil bola basket di ruang ekskul olahraga. Tepatnya di lantai 3.

10 menit berlalu, Zay sudah kembali ke lapangan. Namun gadis itu belum juga ada di sana.

Fireflies [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang