Tiga puluh tiga

195K 13K 674
                                    

"Sesuatu yang tak pernah kau anggap ada, itulah hatiku."

***

Acara hiburan telah selesai. Saatnya pengumuman pemenang lomba dan pemberian hadiah.

Pengumuman lomba pertama adalah lomba futsal.

Zay maju sebagai perwakilan dari teamnya. Bahkan tidak ada seulas senyumpun di sana. Seharusnya dia bangga.

Kaira mendapat juara 1 lomba makan kerupuk. Ya, gadis itu selalu unggul dalam hal makanan.

Anna dan kedua teman kelasnya mendapat juara 2 saat lomba cerdas cermat.

Begitu pula dengan Via. Gadis itupun mendapat juara 3 dalam kategori lomba tarik tambang.

Dan sekarang, tibalah saatnya pengumuman lomba baca puisi. Rea terlihat gelisah. Hatinya harap-harap cemas.

"Juara 1 lomba baca puisi, dimenangkan oleh siswi kita yang bernama..."

"Re, pasang telinga lo baik-baik." Ujar Kaira. Gadis itu tampak antusias. Rea memutar bola matanya malas.

"Lomba baca puisi dimenangkan oleh Ananda Zafana Zarea Aisyah."

Begitu mendengar nama Rea disebut, ketiga sahabatnya langsung heboh.

"Kan, apa gue bilang."

"Re, lo juara 1!"

Rea yang masih tak percaya dengan apa yang didengarnya pun speechless. Mulutnya bungkam.

Namun sialnya, ketiga sahabatnya itu terus saja mendorongnya agar segara cepat melangkah ke depan.

Akhirnya, Rea mendapatkan sebuah piala. Gadis itu sangat bersyukur. Itu piala pertamanya. Rea akan mengingatnya seumur hidup.

Bahkan, Rea tak menyangka pengorbanannya untuk membuat puisi itu mati-matian, kini akhirnya terbalas. Rea puas dengan itu.

***

Rea masuk ke dalam rumah tumpangannya sembari memegang piala di tangan kanannya.

Ia menoleh ke kanan, lantas ke kiri. Tidak ada siapapun. Rea mengedikkan bahunya acuh, lantas berjalan menuju lemari kaca di sudut ruangan.

Lemari itu dipakai untuk meletakkan piala-piala milik Reina. Tidak begitu banyak, hanya beberapa piala dan piagam.

Sebenarnya, Rea juga punya banyak piagam. Namun, ia lebih memilih meletakkannya di kamar saja.

Namun, kali ini Rea juga ikut menaruh pialanya di samping piala milik Reina. Dia hanya ingin Bundanya tahu. Itupun, jika Bundanya sadar, bahwa piala itu kepunyaan Rea.

Setelah menutup lemari itu, Rea lantas pergi ke kamarnya. Ia cukup lelah hari ini.

***

Rea terbangun di kala pagi. Lantas bersiap-siap ke sekolah.

Ia turun dari kamar, sembari membopong ransel sekolah miliknya.

Rea melewati lemari kaca. Namun, sedetik kemudian, ia memundurkan langkahnya. Ia merasa seperti ada yang janggal.

Ternyata benar.

Pialanya sudah tidak ada di tempat!

Rea benar-benar panik dibuatnya. Gadis itu menunda keberangkatannya ke sekolah. Ia memilih untuk mencari keberadaan pialanya. Di manapun itu. Bahkan ia mencarinya hingga ke kolong sofa.

"Kak Rein!"

Reina yang baru saja menuruni tangga, lantas menoleh ke arah Rea, "Kenapa, Re?"

"Kak Rein lihat piala Rea di lemari gak?"

Fireflies [Sudah Terbit]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum