Tujuh puluh tiga

175K 10.8K 2K
                                    

"Hatimu hancur! Semesta sedang tidak bercanda, dan kamu juga tidak sedang tidur."

***

Pintu kelas dibuka dengan sengaja, menampilkan seorang lelaki dengan wangi khas permen karet yang menempel di tubuhnya.

"Happy birthday, Vano!" Via muncul dengan tiba-tiba, hal itu mampu membuat Vano terkejut. Gadis itu sengaja bersembunyi di balik pintu, lengkap dengan kue ulang tahun di tangannya. Ia sudah menyiapkan semuanya sejak pagi-pagi sekali.

"Loh, jadi si Vano yang ulang tahun?"

"Bukannya kemarin dia udah ulang tahun?"

"Bodo, ah. Gue harus bisa foto bareng sama dia."

Akibat ulah Via, kini para betina di kelasnya juga sibuk mengerubungi Vano. Semua perempuan, kecuali Rea, Anna, dan Kaira. Mereka lebih memilih untuk duduk di kursinya saja. Lebih baik menonton daripada turun tangan secara langsung.

Setelah melewati beberapa rintangan, Vano akhirnya bisa terlepas dari kerumunan para betina itu. Napasnya kini terengah-engah, sekaligus menstabilkan detak jantungnya yang lumayan dibuat kaget di pagi hari.

Kaira bersuara. "Happy birthday, Van. Semoga lo gak pelit ngasih permen karet ke gue."

"HBD ya, Van. Semoga lo bisa nginget nama gue." Anna juga ikut memberi ucapan padanya.

Vano terkekeh. "Iya, Anni. Gue gak lupa kok."

Anna hanya bisa memutar bola matanya malas. "Serah lo!"

Vano terkekeh lagi. Ia menatap orang di sebelah Anna. Gadis itu belum mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Sikapnya bahkan terkesan tak acuh. Vano memudarkan senyumnya.

Tiba-tiba, lengannya ditepuk oleh seseorang. Ternyata itu Via.

"Van, lo belum tiup lilinnya."

***

"Kalian pulang duluan aja." ujar Rea. Di tangannya kini sudah terdapat sebuah cake ulang tahun berukuran mini. Kali ini ia tidak membuatnya. Gadis itu lebih memilih untuk membelinya saja, lagipula rasa dan bentuknya juga sudah terjamin, daripada buatannya sendiri.

Kaira menggeleng. "Enggak! Kita mau lihat kejutan yang lo kasih buat si es batu."

"Kai, itu privasi Rea. Udah lah, kita nunggu di sini aja." sergah Anna. Ia mengerti bahwa Rea pasti sedang dilanda gugup saat ini.

"Rea, ayo buruan pergi. Ntar keduluan Kak Zay loh." ucap Anna lagi.

Gadis itu mengangguk dan bergegas pergi ke belakang sekolah. Beruntungnya Zay belum tiba, jadi ia bisa bersembunyi di balik pohon lebih dulu.

Ia sengaja menyuruh lelaki itu untuk datang ke belakang sekolah saat jam pulang melalui chat. Dan untung saja, lelaki itu tidak menolak ajakannya.

Rea semakin deg-degan. Di hadapannya terdapat sebuah tali yang menjuntai. Jika Zay sudah tiba, ia akan menarik tali itu. Ya ampun, Rea semakin gugup. Bibirnya tak henti-henti mengulum senyum.

Derap langkah kaki seseorang terdengar. Rea menarik napasnya lebih dulu. Tenang. Rea tidak boleh menghancurkan suasana kali ini.

Gadis itu menarik tali di hadapannya, lantas segera keluar dari persembunyiannya.

"Selamat ulang tahun, Kak Zay!"

Zay yang tadinya sedang membelakanginya, sontak menoleh ke arahnya secara sempurna. Ia tersentak saat menatap pohon yang tadinya biasa-biasa saja, tiba-tiba disulap menjadi apik. Sebuah dekorasi unik terpampang di sana. Serta tulisan HAPPY BIRTHDAY yang terpampang jelas, mampu membuat siapa saja speechless.

Fireflies [Sudah Terbit]Место, где живут истории. Откройте их для себя