Sepuluh

240K 15.7K 662
                                    

"Jangan terlalu berlebihan dalam bertindak. Bukan hanya mataku saja yang melihat, namun hatiku juga ikut bereaksi"

***

Esoknya, Rea memaksakan diri untuk datang ke sekolah. Matanya sembab, dan pipi kirinya juga masih memerah, namun tidak terlalu jelas

Ketika sampai di dalam kelas, ketiga temannya ternyata sudah lebih dulu tiba. Namun mereka sibuk dengan ponselnya masing-masing. Hingga tak menyadari kedatangannya.

Rea meletakkan tasnya di dalam laci. Saat itu, Anna baru menyadari kehadirannya.

Anna mengamati wajah Rea dari samping. Gadis mungil itu terlihat murung. Dan lihat itu! Wajahnya terlihat buruk pagi ini.

"Rea, lo kenapa?" Tanya Anna. Rea tidak menoleh, ia hanya menggeleng pelan.

Anna yang tidak puas dengan jawaban Rea pun memaksakan wajah Rea agar menoleh ke arahnya.

Anna terkejut melihat wajah Rea.

"Rea, lo kenapa? Astaga!" Tanya Anna, gadis itu terlihat panik.

"Gue gak papa, Ann." Jawab Rea dengan senyum yang terlihat dipaksakan.

"Bohong! Jelasin sama gue kenapa lo bisa gini, Re? Lo abis nangis kan?"

Rea menggenggam tangan Anna. Ia melihat ketulusan di mata Anna. Bukan hanya rasa kasihan semata.

"Gue akan cerita. Kalau gue merasa siap." Tutur Rea.

Anna tertegun dengan jawaban Rea. Bahkan dia tak pernah tahu sedikitpun masalah apa yang sedang dialami teman sebangkunya ini.

Kaira membalikkan badannya menghadap Rea.

"Re, kata Via kemarin dia liat lo berduaan sama Kak Agam di taman. Memangnya benar ya, Re?"

Rea sedikit terkejut. Bagaimana mungkin Via bisa tahu. Bahkan Rea tak melihat siapapun disana, kecuali Agam dan Zay.

"Gue cuma belajar main gitar sama Kak Agam." Jawab Rea jujur.

"Lo yakin cuma belajar?" Tanya Kaira ragu-ragu.

"Iya, gue cuma belajar. Lo gak percaya?"

Kaira terdiam sejenak, "Gue percaya sama lo." Lanjutnya.

Rea heran. Semenjak kedekatannya dengan Agam, ada saja masalah yang datang.

Shelia dan Kaira.

Kedua gadis itu sama-sama mencintai Agam. Sebaiknya Rea menjauh secara perlahan dari Agam, untuk jaga-jaga agar tidak ada masalah lagi kedepannya.

Via? Gadis itu bahkan tak terusik sama sekali ketika namanya disebut-sebut tadi. Ia hanya fokus pada ponsel di tangannya.

"Btw lo kenapa, Re?" Tanya Kaira.

Rea gelagapan sendiri. Bingung, bagaimana cara menjelaskannya pada Kaira.

"Kepo aja lo!" Sahut Anna.

"Yaelah,gue nanya si Rea kali, malah lo yang jawab."

Anna hanya mendengus kesal.

"Tapi gue serius Re, gue denger pembicaraan lo sama manusia di samping lo ini tadi. Lo ada masalah ya?" Kali ini wajah Kaira tampak serius, tanpa embel-embel bercanda di nada suaranya.

Rea menunduk. Sebenarnya Rea tidak ingin dikasihani seperti ini.

Kaira bangkit dari kursinya, berjalan mendekati Rea kemudian memeluknya.

Fireflies [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now