Enam puluh empat

176K 11K 1.6K
                                    

"Manusia punya seribu satu alasan untuk membenci seseorang. Tapi mereka selalu bungkam jika disuruh menyebutkan satu alasan yg membuatnya jatuh hati."

***

Rea memantul-mantulkan bola basketnya dengan tidak semangat. Seharusnya, di jam segini ia sudah pulang seperti siswa-siswi lainnya. Namun, mengingat besok ada pelajaran olahraga, gadis itu mengurungkan niatnya.

H-1. Rea berlatih sehari sebelum pengambilan nilai. Seminggu berlalu, dan gadis itu baru bisa diajari hari ini. Ia sengaja selalu mengundur-undur waktu.

Tak jauh dari tempatnya berdiri, Zay berjalan ke arahnya. Pandangan lelaki itu lurus ke depan. Sepertinya, sifat dingin bak es batunya benar-benar sudah mendarah daging.

Rea menatap lelaki tampan itu tanpa henti, harap-harap lelaki itu akan balik menatapnya.

Dugaannya benar saja. Zay menatapnya. Rea sebisa mungkin menampilkan senyum terbaiknya. Sayangnya, lelaki tampan itu kembali mengalihkan pandangannya lurus ke depan, tanpa membalas senyum atau bahkan menyapa gadis itu.

Zay berjalan melewatinya. Lelaki tampan itu bertindak seolah tidak pernah mengenalnya. Katakan lah dia kelewat sombong. Tapi sayangnya, sifat acuh tak acuh Zay justru membuat Rea semakin penasaran padanya.

Pluk!

Rea tersentak kaget saat sebuah benda kecil menubruk kepalanya. Dan ternyata, benda itu adalah bungkus permen karet yang sudah diremukkan.

"Bengong mulu lo." sahut Vano yang berdiri tak jauh darinya. Lelaki itu sibuk mengunyah permen karet kesukaannya. Ya, lelaki itulah pelakunya. Dan sialnya, dia pula yang akan menjadi pelatinya kali ini.

***

Pukul 6.15 pm. Rea baru saja tiba di rumahnya. Dia benar-benar berlatih keras tadinya. Musuhnya itu juga melatihnya dengan serius. Rea sangat yakin dia siap untuk menghadapi pelajaran olahraga besok pagi.

Lelaki itu juga berbaik hati untuk mengantarnya pulang. Rea salut dengan musuhnya kali ini.

Di halaman rumahnya terdapat dua buah mobil yang asing sedang terparkir di sana. Suara-suara berisik juga terdengar hingga keluar rumah. Itu pasti teman-teman Reina.

Rea memasuki rumah itu, dan benar saja. Gadis-gadis remaja itu sudah memenuhi ruang tamu.

Rea merasa canggung, namun ia tetap melangkah menuju tangga.

"Oh, jadi itu adik tiri lo, Rein?"

Suara itu...

Rea tampak tak asing dengan suara itu. Gadis itu menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.

Di antara gadis-gadis remaja yang sama sekali tidak ia kenal itu, terdapat seorang gadis yang saat ini juga menatapnya. Senyum sinis terlukis jelas di bibirnya.

Gadis itu Shelia. Senior yang dikeluarkan dari sekolah, karena telah membully-nya di rooftop. Sekaligus mantan pacar Agam.

Rea menelan salivanya susah payah. Gadis itu mempercepat langkahnya untuk menaiki tangga.

Sesampainya di kamar, gadis itu menutup pintunya rapat. Perasaannya mendadak tidak tenang.

Tok-tok-tok!

Rea sempat terkejut, namun segera membuka pintu kamarnya.

"Kak Rein?"

"Re, malam ini kamu tidur di kamar bawah ya. "

Rea mengernyit heran. Kamar bawah yang dimaksud Reina adalah kamar pembantu. Kamar itu sudah tidak lagi digunakan semenjak beberapa bulan terakhir.

Fireflies [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now