Dua puluh delapan

195K 14K 663
                                    

"Pernah care. Tapi gak di-care back. Yaudah sih. Udah biasa juga."

***

"Eh-eh... itu Rea!"

Rea yang baru saja datang, langsung melirik ke arah sahabatnya, kala merasa digunjingkan.

Kali ini wajah mereka terlihat ceria dari biasanya. Berbanding terbalik dengan Rea.

"Handphone lo rusak lagi, Re?" Anna bertanya, saat Rea baru saja mendaratkan bokongnya di kursi.

"Eh?" Gadis itu sedikit terkejut. "Enggak lah! Handphone gue baik-baik aja."

"Terus, kenapa gak bales chat di grup dari kemarin?" Kali ini, pertanyaan itu dilayangkan oleh Via.

Rea mengernyit heran. Bukannya sudah biasa?

"Udah-udah. Intinya aja. Gimana dengan tantangan lo, Re? Berhasil gak?" Tanya Kaira to the point.

Ah, iya! Rea hampir lupa. Kemarin dia terlalu sibuk dengan puisi dan... tugas Reina.

"Gue-"

"Gue yakin, kalian pasti vidcall-an berjam-jam, kan?" Tebak Anna asal.

"Sombong banget lo, Ann. Bilang aja lo mau pamer karena vidcall-an sama Leo selama 3 jam. Dih, gue juga bisa kali sama Arlan." Sungut Via.

"Duuh! Gue nanya Rea, bukan kalian! Gimana, Re? Berhasil gak?" Tanya Kaira kepo.

"Gue... gagal."

Ketiga sahabatnya tercengang.

Rasanya takdir mudah sekali mempermainkan perasaan mereka. Padahal kemarin baru saja Rea berhasil ditantangan pertama, namun ketiga sahabatnya gagal. Dan sekarang, semua keadaan berbanding terbalik.

Hanya Rea yang kalah pada tantangan kedua ini.

"Kenapa bisa gagal?" Tanya Kaira kemudian.

"Kak Zay gak mau diajak vidcall-an."

Oke. Kali ini mereka mengerti. Termasuk Kaira. Gadis itu tampak kasihan melihat Rea. Dia tahu persis bagaimana Zay. Pria tampan itu selalu ogah-ogahan dalam merespon orang yang tidak ia kenal. Terlebih orang itu hanyalah fans yang tidak sengaja mengaguminya. Rea, misalnya.

Kaira sengaja melakukan tantangan berupa mengajak masing-masing doi untuk melakukan vidcall-an.

Hal itu semata-mata untuk membuktikan apakah Zay memperlakukan Rea berbeda dengan para fansnya? Atau bahkan sama saja?

Dan sekarang, Kaira sudah tahu jawabannya. Sama saja.

"Udah gue bilang, Re. Gan-"

"Kai..." Anna memperingati Kaira, agar tidak memulainya lagi.

"Oke!"

"Jadi, apa hukuman buat gue?" Tanya Rea pasrah.

Mereka bertiga tampak berpikir keras. Entah apa yang ada di pikiran mereka. Intinya Rea hanya bisa pasrah.

"Rea, disuruh ke ruang OSIS tuh." Ucap seorang lelaki berkacamata, salah satu teman kelasnya

Tentu saja, Rea keringat dingin dibuatnya. "Bu-buat apa?"

Lelaki itu hanya mengedikkan bahunya, tanda tak tahu.

Rea menghembuskan napas kasar. Kenapa dia harus gugup seperti ini?

"Puisi lo udah selesai kan, Re?"

"Udah sih. Tapi gue masih gugup."

"Sans aja kali, Re. Lo cuman dipanggil ke ruang OSIS. Bukan disuruh ke kantor polisi."

Fireflies [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now