Enam puluh dua

169K 11.1K 514
                                    

"Menggabungkan dua hati itu mudah. Masalahnya, niatmu yang tidak ada."

***

Pukul 7.30 pm.

Masih dengan posisi yang sama, Rea menggesekkan sepatunya di lantai. Butuh sepuluh jam lagi untuk menunggu pintu itu dibuka oleh penjaga sekolah.

Bunyi dering ponsel yang lumayan kuat di ruangan sepi ini, mampu mengagetkan keduanya.

Vano menatap layar ponselnya.

Mami is calling.

Rea sedikit mengintip, sebelum akhirnya Vano menekan tombol hijau.

"Halo, Mi..."

"Vano! Udah jam berapa ini? Bukannya pulang, istirahat, ini malah keluyuran gak jelas di luar sana. Kemana aja kamu? Oh, Mami tau. Kamu udah berani main di club malam itu ya? Astaga Vano! Jangan bilang kamu udah sentuh minum-minuman haram itu!"

Vano menggaruk pelipisnya yang tak gatal. Berbicara dengan Ibunya mampu membuatnya stres.

"Astaghfirullah, Mi. Dengerin Vano dulu. Vano masih di sekolah. Ini lagi kekunci di ruang olahraga. Mami tolongin Vano ya. Terserah Mami mau ngapain, pokoknya bantuin Vano keluar dari sini."

"..."

"Halo? Mami masih di sana 'kan?"

"..."

Vano menatap layar ponselnya kembali. Namun sayang, sepertinya takdir tidak berpihak pada mereka malam ini.

"Argh!"

"Kenapa, Tom?"

"Hp gue mati."

***

Pukul 10.00 pm.

Kriuk ... Kriukk...

"Tom.."

"Hmm."

"Gue laper."

Sontak, Vano langsung menoleh ke arah Rea. "Lo mau makan gue?"

"Bukan gitu, bego! Gue kan cuma ngasih tau."

Beberapa menit setelah itu, mereka kembali diam. Sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Rea mengelus kedua lengannya. Malam semakin larut, udara juga semakin dingin. Padahal mereka ada di ruang tertutup.

"Tom..."

"Hmm."

"Dingin."

"Lo ngode minta dipeluk?"

Rea menendang kaki Vano pelan. " Jangan macem-macem lo ya!"

"Macem-macem apaan? Gue mah gak nafsu sama cewek modelan kayak lo. Lagian tadi lo sendiri yang bilang dingin."

"Jawab yang sopan dong. Gue kan cuma mau ngobrol sama lo. Masa dari tadi diem-dieman mulu. Udah kayak kuburan tau gak."

"Mana mau gue ngobrol sama hantu kayak lo."

"Gak usah bahas-bahas hantu! Ntar dianya kedengeran."

"Lah, hantunya kan lo sendiri."

Rea merengut kesal. Sepertinya ide untuk berusaha mengobrol dengan musuhnya adalah salah. Ujung-ujungnya pasti mereka akan beradu mulut juga.

Tuk ... Tuk ... Tukk ...

Rea tersentak kaget saat mendengar suara ketukan yang terdengar slow motion. Tapi sepertinya bukan berasal dari pintu, melainkan dari atas.

Fireflies [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now