Enam puluh tiga

177K 10.9K 514
                                    

"Jangan lagi memberikan hati secara cuma-cuma untuknya. Ingat! Dia tidak butuh itu."

***

Rea masih terus merutuki kebodohannya. Tanpa sadar, ia sudah tiba di ruang kelasnya. Ruang itu tampak sepi. Hanya ada dirinya dan Vano yang sedang menyandang ranselnya.

"Lo..." Rea menunjuk Vano dari jauh. Lelaki dengan wajah yang tampak basah itu menaikkan sebelah alisnya.

"Lo gak macem-macemin gue semalam kan? Awas aja lo. Gue pastiin kepala lo hilang dari tempatnya!"

Vano sedikit terkejut mendengarnya. Gadis di depannya ini memang bar-bar sejak dini.

"Ayo pulang." sahut Vano akhirnya.

"Lo gila! Lo mau ngajak gue bolos?! Makasih atas tawarannya. Gue mau belajar aja."

"Bolos sehari juga gak bakal bikin lo idiot kali." sindir lelaki itu.

Rea berdecak kesal. "Terserah lo. Pokoknya gue mau tetap belajar."

"Lo mau belajar dengan seragam yang kemarin?"

Rea terdiam. Lelaki itu ada benarnya juga. Jika ia masih nekat untuk mengikuti proses belajar-mengajar di kelas, maka yang lain pasti akan bertanya-tanya dan mengira bahwa dia bermalam di sekolah. Ah, Rea tak mungkin berkata jujur.

"Gue gak akan nawarin dua kali. Kalau lo mau ikut, ayo. Kalau enggak, bodo amat." ucap lelaki itu sembari beranjak meninggalkan kelas.

"Eh, tunggu! Gue ikut!"

***

Vano mengendarai motor dengan Rea di belakangnya. Tidak ada percakapan sama sekali. Tumben. Biasanya lelaki itu sangat cerewet.

"Tom..."

"Hmm."

"Tadi lo liat Kak Zay kan?"

"Hmm."

"Sekarang lo percaya kan, kalau Kak Zay itu pangeran gue? Dia udah nolongin gue dari lo."

"Hmm."

"Lo sih ngeremehin gue. Cewek upik abu kayak gue bahkan bisa deket sama pangeran tampan kayak Kak Zay. Sedangkan lo? Gue rasa lo gak punya gebetan apalagi pacar." Rea terkekeh geli. Entah kenapa pagi ini dia sangat cerewet. Lidahnya terasa lancar saat menghina musuhnya.

"Hmm." Lagi-lagi Vano hanya berdehem pelan di balik helm-nya. Mungkin saja ekspresi wajahnya sudah tidak berbentuk saat ini.

"Dari tadi gue ngomong kok lo cuma bales hmm-hmm doang? Kenapa lo?"

"Hmm."

"Jangan-jangan lo lagi sariawan ya?"

"Hmm."

"Oh, atau lo lagi cemburu?"

Ciittt!!!

***

Pintu bercat putih baru saja terbuka, menampilkan seorang gadis dengan pakaian siap untuk berangkat sekolah. Ia tampak sibuk dengan ponsel di tangannya.

Bunyi decitan motor, cukup membuatnya sontak mendongak. Seseorang baru saja turun dari motor itu.

"Re..." panggilnya dari kejauhan, bersamaan dengan itu, motor yang ditumpangi adik tirinya melesat pergi.

Rea berjalan menunduk. Ia tak menyangka bahwa kakak tirinya belum berangkat sekolah di jam segini.

"Kamu baru pulang?"

Fireflies [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now