Empat belas

225K 14.5K 814
                                    

"Kamu itu dingin kayak es batu. Tapi anehnya, aku malah suka."

***

Hari ini pembagian kelompok Bahasa Indonesia. Satu kelompok terdiri dari empat orang.

Jadilah Rea,Anna,Kaira dan Via bergabung menjadi satu kelompok. Awalnya Via bingung ingin masuk kelompok mana, karena Arlan juga mengajaknya untuk sekelompok.

Setelah berpikir panjang, jadilah ia di sini, bersama Rea dan dua manusia abstrak lainnya.

Saat ini mereka berada di rumah Anna. Sebenarnya tugas itu akan dikumpul minggu depan. Tapi karena terlampau rajin, jadilah mereka di tempat ini.

Kenapa harus di rumah Anna? Karena satupun dari mereka tak ada yang sudi meminjamkan rumahnya, barang sebentar saja. Termasuk Rea tentunya.

Mereka disuruh untuk meresensi sebuah novel. Kebetulan, Anna mempunyai sebuah novel di rumahnya. Novel itu berjudul Burung-Burung Kertas.

"Masih ingat ceritanya gak, Ann?" Tanya Rea sembari membaca sinopsis di bagian belakang buku itu.

Anna malah nyengir tanpa dosa, "Heheh lupa."

Buku itu lumayan tebal, Rea tak bisa jika membacanya dalam sehari saja.

"Gimana kalo kita gantian baca bukunya?" Saran Rea.

"Gantian maksudnya?" Tanya Kaira. Saat ini gadis itu sedang tidur selonjoran di atas sofa. Rea sudah maklum melihatnya.

"Di sini kan ada banyak bagian, gimana kalo kita gantian bacanya per-BAB. Abis itu catet inti dari setiap BAB di kertas ini. Gimana?" Ucap Rea panjang lebar. Tumben sekali otaknya lancar di siang hari yang terik ini.

"Re, gue angkat tangan buat nyerah kalau gitu. Lo tau kan gue selalu remed pelajaran Bahasa Indonesia. Lo mau nilai kita jelek?" Ucap Kaira dengan santainya. Rea sudah menduga jawaban Kaira akan seperti itu.

Rea menolehkan wajahnya pada Anna, gadis itu sedang duduk sembari mengaduk minuman. Mungkin saja Anna mau membantunya.

Anna yang merasa ditatap oleh Rea pun mengeluarkan suaranya terlebih dahulu, "Aduh Re, tangan gue pegel nih, abis buatin minuman. Lo gak kasian sama gue?" Ucapnya, tentunya dengan  puppy eyes andalannya. Kalau sudah begitu, Rea bisa apa?

Baru saja Rea ingin menolehkan wajahnya ke arah Via, gadis itu malah dengan santainya melenggang pergi sembari mengangkat telepon yang entah dari siapa.

Dengan terpaksa Rea harus membaca buku tebal ini sendiri. Ah! Menyebalkan sekali.

"Setelah gue pikir-pikir, kayaknya kita bertiga udah ada gebetan deh. Nah, lo nya kapan, Re?" Tanya Kaira tanpa dosa.

Hei, pertanyaan konyol macam apa itu. Lebih baik Rea diam saja, melanjutkan kembali membaca buku tebal itu. Ya, itu lebih baik.

"Via udah punya Arlan, Anna juga punya Leo, gue juga udah punya Kak Agam. Ya walaupun masih gebetan sih, tapi setidaknya gue gak merasa sendiri." Ucap Kaira lagi. Ucapannya itu sangat menohok bagi Rea.

Apa Rea sengenes itu?

"Semalam gue ada denger berita. Seorang wanita di temukan tewas menggelepar di dalam kamar karena terlalu lama menjomblo." Ucap Kaira.

Hei, apa hubungannya dengan Rea? Ia juga tak akan segila itu!

"Pas denger berita itu, gue langsung teringat sama lo, Re. Apa perlu gue cariin cowok buat lo? Lo itu cantik, pinter lagi. Walaupun masih di bawah gue sih. Tapi rasanya sayang aja kalau lo gak pernah nikmatin rasanya pacaran di masa SMA ini." Ucap Kaira panjang lebar. Dia berkata seperti itu seolah kisah percintaannya berjalan mulus. Padahal tidak begitu.

Rea masih tak bergeming. Kaira mendekatinya dan duduk di samping dirinya.

"Lo mau yang mana, Re? Yang satu sekolahan atau anak sekolah lain? Nih, gue banyak kontaknya."

Hei, apa katanya?!

Rea merasa seperti orang yang tidak laku sekarang. Bagaimana bisa temannya jadi seperti ini?

Via baru saja selesai menelpon. Ia bergabung bersama mereka, "Ayolah Re, dicoba aja dulu." Nah kan, sekarang dia malah ikut-ikutan.

Sedangkan Anna? Gadis itu hanya diam saja memperhatikan perdebatan kecil di depannya.

"Coba liat, Re. Ganteng. Pasti lo suka." Ucap Kaira sambil menyodorkan ponselnya. Rea menolehkan pandangannya ke arah lain, berharap Kaira sadar jika Rea sedang risih sekarang.

Tapi nyatanya tidak.

"Oh, gimana kalau yang ini? Gue yakin lo suka." Ucap Kaira sambil memaksa Rea untu melihat foto itu. Ia benar-benar tak suka

"Kai, cukup! Gue juga udah punya gebetan!" Ucap Rea spontan.

Semua terdiam. Bahkan Kaira melongo dibuatnya.

Beberapa detik kemudian Kaira kembali membuka suaranya, "Siapa gebetan lo?" Tanyanya.

Rea menoleh ke arah Anna.

Gadis itu masih diam saja melihat pertikaian mereka.

Tentu saja Rea jengkel.

"Siapa, Re?" Desak Kaira.

"Kak Zay!"

Mereka kembali terdiam.

Selang beberapa detik kemudian, tawa pecah terdengar dari Kaira dan Via. Rea merasa malu saat ini.

Anna? Gadis itu masih diam saja menatap Rea dengan tatapan polosnya.

"Apa tadi? Lo suka sama es batu?" Tanya Kaira disela-sela tawanya. Gadis itu benar-benar gila.

"Gue suka Kak Zay! Bukan es batu!" Jawab Rea dengan tak santai.

"Kak Zay dan es batu itu sebelas duabelas. Mending lo cari yang lain aja, daripada makan hati." Ucap Kaira dengan mudahnya.

Hei, memangnya dia siapa?

Rea tak menggubris perkataan Kaira. Ia lebih memilih melanjutkan bacaan novelnya.

"Ingat ya Re, kalau lo sampai jadian sama es batu itu, gue orang pertama yang nolak hubungan kalian!" Ucap Kaira.

Rea tetap tak bergeming, namun di sisi lain ia heran, kenapa Kaira bisa sebenci itu dengan Zay.

Fireflies [Sudah Terbit]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα