Tiga puluh

207K 13.5K 886
                                    

"Karena kita, hanya sebatas dua hati yang tidak pernah setengah. Apalagi satu."

***

"Sialan lo es batu! Gue benci sama lo!"

FLASHBACK OFF

Tawa pecah terdengar dari ketiga sahabatnya. Masa lalu Kaira memang pantas untuk ditertawakan. Lagipula, siapa suruh terlalu agresif.

Kaira menatap ketiga sahabatnya dengan tatapan kesal. Jika tahu dirinya akan dipermalukan seperti ini. Lebih baik, tidak usah diceritakan saja tadinya.

"Gue baru tahu, kalau lo malu-maluin dari dulu, Kai." Via tak bisa menghentikan tawanya. Pantas saja Kaira sangat sensi jika membahas seputar pria es batu itu.

"Gue gak nyangka. Sikap cuek Kak Zay itu emang mendarah daging ternyata." Rea pikir, Zay hanya bersikap cuek seperti itu padanya.

"Lo bener, Re. Es batu itu emang tampan. Lebih tampan dari Kak Agam malah. Tapi sayang, sikap cuek dan dinginnya buat cewek-cewek jadi mundur sebelum berjuang. Gak sampai seminggu, rasa suka mereka akan berubah jadi ilfeel. Gak ada yang betah, Re." Kali ini, Rea melihat keseriusan dari seorang Kaira. Pasalnya, gadis itu selalu bercanda jika berbicara sebelum-sebelumnya.

"Kayaknya lo pengalaman banget deh, Kai." Sindir Anna.

Memang benar. Bahkan Kaira masih menyimpan dendam hingga detik ini. Kaira melemparkan tutup pena pada Anna, namun gadis itu sempat mengelak hingga tutup pena itu kini mendarat secara tragis di lantai. Lagi-lagi, Anna tertawa menghina.

"Gimana, Re? Lo masih mau bertahan? Atau berhenti di tengah jalan? Gue cari gantinya deh." Ucap Kaira enteng.

Rea menggeleng mantap. "Selagi gue gak disakitin sama Kak Zay, gue masih tetep lanjut."

Memang benar. Cinta itu terlalu buta. Padahal jelas-jelas, Zay selalu membuat hati kecil Rea terluka. Tapi hal itu seolah menjadi lumrah bagi Rea.

Kaira berdecak kesal. Rea memang keras kepala.

"Oh iya, apa hukuman buat gue?" Di saat ketiga sahabatnya lupa dengan tantangan konyol itu, Rea malah mengingatkannya. Entah terlalu polos, atau bagaimana. Lagipula, mana ada manusia yang suka dengan hukuman.

Rea sengaja membawa uang lebih dari rumah untuk jaga-jaga, siapa tahu nantinya dia dihukum untuk mentraktir ketiga sahabatnya di kantin.

"Ah, iya! Kita bertiga udah diskusi tadi. Karena lo bersedia buat ngikutin tantangan kedua ini, walaupun gagal. Tapi, yang penting lo udah mau berpartisipasi. Sebagai hukumannya, lo harus ngikutin lomba puisi itu dari awal sampe akhir dengan semangat. Gak ada penolakan pokoknya!"

Terdengar sangat simpel. Tapi, Rea menegang dibuatnya. Padahal tadinya ia berniat mengundurkan diri pada Arisa, tapi-

"Gimana, Re? Lo setuju kan? Gampang kok hukumannya." Ucap Anna sambil menggoyangkan lengan Rea pelan. Gampang katanya?

Rea terdiam tak berkutik mendengar hukuman dari Kaira.

"Ayolah, Re. Ada untungnya juga kok, lo ikut lomba itu." Via yang tadinya acuh tak acuh, kini ikut nimbrung.

"Apa untungnya coba, Vi?"

"Lo akan bacain puisi di depan semua orang, Re. Lo akan terkenal." Ucapnya semangat.

Itu dia masalahnya!

Sedikit tidak logis jika dipikirkan oleh seorang Rea. Membacakan puisi karya sendiri di depan banyak orang dengan penuh penghayatan? Bahkan, Rea saja terlalu kaku.

Fireflies [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now