Lima puluh lima

184K 11.5K 1.2K
                                    

"Kau tak akan tahu bagaimana rasanya saat yang lain dianggap sebagai kawan, sedang dirimu hanya dianggap sebagai kuman"

***

"Re, ntar lo pulang bareng gue aja ya." Tawar Anna.

Rea mengangguk setuju dan duduk di samping Kaira di kursi taman. Mereka sama-sama menunggu. Rea dan Anna menunggu supir pribadi Anna.

"Lo nunggu siapa, Kai?"

"Kak Agam." Cengirnya tanpa malu. Kelihatan sekali raut bahagia di wajahnya.

"Kalian jadian?"

"Kami ta'aruf."

"Ta'aruf pala lo. Ta'aruf kok bisa boncengan naik motor berduaan? Ngaur lo, Kai." Sinis Anna tajam. Sesekali Kaira memang harus disadarkan oleh kenyataan.

Kaira tertawa renyah. Baginya status dalam hubungannya dengan Agam tidaklah penting. Sudah sedekat ini saja, ia sudah sangat bersyukur.

Sebuah motor berhenti tepat di hadapan mereka. Orang itu membuka kaca helm-nya setengah.

Itu bukan Agam, melainkan Leo. Anna sempat melongo tak percaya. Pasalnya ia tidak membuat janji apapun dengan kekasihnya.

Anna menoleh ke arah Rea. Jika tahu begini, ia tak akan menyuruh Rea untuk ikut menunggu bersamanya.

"Yuk, Ann." Leo akhirnya bersuara. Namun, Anna masih tetap bimbang dengan segala rasa bersalahnya.

"Gue-"

"Gih, Ann. Udah dijemput Leo tuh." Sahut Rea. Gadis itu berusaha tetap tersenyum. Padahal otaknya berpikir keras, bagaimana caranya ia pulang nantinya. Hari sudah terlalu sore, dan kendaraan umum akan sulit ditemukan pastinya.

"Enggak, Re. Lo-"

"Gapapa, Ann. Kasian Leo udah nungguin."

Anna masih bimbang. Entah kenapa, akhirnya ia merasakan bahagia yang Kaira rasakan. Dijemput oleh pacar saat pulang sekolah adalah moment langka baginya.

"Kalau lo masih bengong, gue aja yang nebeng sama Leo." Sahut Kaira memecah lamunan Anna.

Anna tersadar, "enak aja lo ngomong!"
Cepat-cepat gadis itu menaiki motor yang dikendarai Leo.

Anna melambaikan tangan pada kedua sahabatnya. Raut bahagia tercetak jelas di wajahnya.

"Jadi, gimana nasib lo sekarang, Re?"

"Gue langsung pulang aja kalau gitu."

"Kasian banget sih lo. Makanya, Re cari cowok. Biar lo pulang ada yang nebengin." Sindir Kaira.

Sombong sekali gadis absurd ini.

"Kai..." Agam baru saja tiba. Kedua gadis di depannya langsung menoleh, "loh, Re. Kok belum pulang?"

Rea tersenyum canggung, "ini mau pulang kok, Kak."

"Sama siapa?"

"Eh? Umm..."

"Lo pulang sendiri lagi?" Tebakan Agam tepat sasaran tentunya. Mau tak mau, Rea mengangguk. Lagipula itu memang fakta.

"Biar gue anterin."

"Tapi Kaira?" Rea benar-benar ada diposisi yang serba salah jika berhadapan dengan dua sejoli di hadapannya.

"Kaira gue anterin pulang setelah gue anterin lo."

"Tapi, Kak-"

"Kaira bisa nunggu sebentar. Ya kan, Kai?"

Kaira si gadis absurd, mendadak menjadi kalem jika berhadapan dengan Agam, pujaan hatinya. Samar-samar ia mengangguk.

Fireflies [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now