Tiga puluh tujuh

198K 12.4K 961
                                    

"Perkara hati yang tidak pasti, kita lihat saja nanti."


***

"Sejak kapan Kaira punya pacar?"

"Gebetan yang bentar lagi jadi pacar. Kak Agam kayaknya udah mulai peka."

Rea melengkungkan senyum di bibirnya. Agam benar-benar menepati janjinya.

Mereka memasuki mobil yang sudah lama menunggu dari tadi. Anna dijemput oleh supir pribadi keluarganya.

"Kaira selangkah lebih maju dari lo, Re. Kak Agam yang sepopuler itu bisa ditaklukin sama dia." Rea masih senantiasa mendengarkan Anna.

Andai saja gadis itu tahu, bahwa itu semua juga berkat bantuan Rea. Tapi, ah sudahlah.

"Gue harap, lo juga bisa taklukin Kak Zay. Gak banyak kok, orang yang tergila-gila sama dia. Lo masih punya banyak kesempatan, Re." Anna terlalu mudah untuk berbicara.

Benar juga. Kini, Kaira selangkah lebih jauh darinya. Rea iri. Ia juga ingin seperti Kaira, Via, bahkan Anna. Bisa memiliki orang yang mereka suka.

Apa Rea salah, menjatuhkan hati pada Zay? Si pria tampan berhati es batu itu.

"Tapi, Kak Zay udah pacaran sama Kak Aletta, Ann."

"Kata siapa?"

Rea bungkam.

"Lo gak akan tahu, kalau lo gak nanya ke orangnya langsung, Re."

Benar juga. Rea juga tak yakin, jika Zay dan Aletta benar-benar pacaran. Pasalnya, Zay selalu sibuk dengan dirinya sendiri. Tidak seperti remaja pada umumnya, yang lebih mengutamakan pacarnya.

"Lo sama Leo gimana?"

Anna terkekeh pelan, "Gue tahu lo lagi ngalihin pembicaraan. Gue sama Leo ya gitu-gitu aja."

"Lo seneng pacaran sama dia?"

"Ya seneng lah, Re. Dia itu tipe gue banget. Tapi yang nyeseknya ya itu, jarang ketemu. Ditambah lagi, beda sekolah. Berasa LDR gue."

Rea ikut tersenyum. Ya, setidaknya walaupun jarang bertemu, Anna masih punya alasan untuk membuka ponselnya disaat suntuk. Sudah pasti gadis itu sedang chatingan dengan pacarnya.

Berbeda dengan Rea yang membuka ponselnya disaat bosan. Ketara sekali yang dilakukannya hanya sebatas geser-geser menu, buka-tutup instagram, dan ngelike quotes baper. Maklum, Rea kan jomblo.

"Gak bosen ngejomblo terus, Re?" Rea tersentak kaget, saat Anna mencyduknya sedang membaca quotes baper khas remaja di instagram. Cepat-cepat gadis itu menekan tombol home.

Rea tersenyum kikuk. Sebagai remaja yang normal, tentu saja dia ingin merasakan layaknya kebiasaan remaja pada umumnya. Dia juga ingin seperti Anna. Sekurang-kurangnya merasakan bagaimana rasanya pacaran.

"Lo yakin, masih stuck di Kak Zay?"

Rea ragu untuk menjawab. Setengah hatinya menjawab iya. Namun, setengah yang lainnya masih samar-samar.

"Kak Zay itu susah buat ditaklukin, Re. Dia terlalu nyaman sama dirinya sendiri."

Iya, Rea sangat tahu itu. Tapi, hanya lelaki itu yang mampu membuatnya nyaman.

"Lo boleh berjuang. Perjuangin dia, kalau emang dia pantes diperjuangin. Tapi, kalau dia patahin hati lo, gue mohon, lo harus berhenti. Itu artinya, dia emang gak pantes buat lo."

Fireflies [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang