Dua puluh enam

207K 12.9K 800
                                    

"Perempuan itu gengsi ngrim chat duluan. Begitu pula aku. Tapi itu semua gak berlaku, selagi orangnya itu kamu."

***

Berkali-kali Rea menuliskan sesuatu di atas kertas putih miliknya.

Berkali-kali pula ia merubah kertas putih itu menjadi sebuah coretan abstrak, lalu meremuknya dan membuangnya ke sembarang tempat.

Pluk!

Remukan kertas itu jatuh tepat di wajah Kaira yang sedang berbaring di atas rerumputan liar. Saat ini mereka sedang berada di lapangan terbuka yang tak jauh dari sekolah.

Kaira lantas membuka remukan kertas itu dan mendengus kesal.

"Ini udah yang ke-15 kalinya lo buat coretan yang sama, Re!" Ucap Kaira sambil membuang kembali kertas itu.

Rea menatap Kaira masam. Tadinya dia sudah berhasil menulis beberapa kata. Namun, ia mendadak lupa akibat celotehan gadis berperangai abstrak itu.

"Sekarang udah jaman canggih kali, Re. Tinggal searching di Google. Dah beres. Lagian jurinya juga gak bakalan repot buat ngecek Google. Ya kan?" Usulan Kaira sedikit masuk akal. Tapi tetap saja, itu perbuatan curang.

Rea semakin frustasi di buatnya. Ia memilih menyudahi kegiatan menulisnya dan beralih menyandarkan diri di pohon terdekat. Maklum saja, Rea kan jomblo.

Ia melihat sekeliling. Ketiga temannya sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.

Kaira memilih untuk tiduran di atas rumput sambil sesekali memakan camilan di sampingnya. Via sibuk dengan ponselnya. Dan Anna? Gadis itu sedang berada di belakang Rea saat ini.

Lebih tepatnya, Anna berada di belakang pohon yang sedang di sandari oleh Rea.

Gadis itu sibuk mengukir sesuatu di balik pohon menggunakan pisau cutter, bekas pelajaran prakarya tadi pagi. Yap, Anna itu memang gadis yang unik.

"Lo ngapain sih, Ann?" Tanya Rea. Namun tidak di tanggapi oleh si empunya nama. Gadis itu masih tetap fokus pada pohon di depannya.

Kaira beralih menatap Anna, "Lo mau nebang pohon, Ann?"

Anna yang akhirnya merasa terganggu pun merasa kesal, dan melemparkan serbuk pohon pada Kaira.

Kaira terbatuk karenanya, "Jail banget lo, sumpah!" Bukannya merasa bersalah, Anna malah terkekeh geli. Gadis itu memang senang sekali mengganggu Kaira. Begitu pula sebaliknya.

"Akhirnya selesai..." Ungkap Anna dengan senang hati.

Rea dan Kaira yang penasaran, memilih untuk mendekati gadis itu dan melihat hasil karyanya selama satu setengah jam. Di susul dengan Via yang ikut-ikutan.

Ketiga temannya cukup tercengang setelah melihat sesuatu di balik pohon tersebut.

"Kenapa lo malah ngukir nama-nama kita di sini?" Pertanyaan itu sontak keluar dari mulut Kaira. Anna hanya terkekeh pelan melihat reaksi berbeda dari teman-temannya.

Di sana terukir nama-nama manusia abstrak. Anna, Kaira, Rea dan Via. Di sertai dengan smile di bawahnya.

"Lo mau kita di gentayangin sama penunggu pohon ini?" Tanya Kaira begitu heboh.

Raut wajah gembira milik Anna, berubah menjadi horor seketika.

"Lo gila!" Gadis itu melempar serbuk pohon ke wajah Kaira. Lagi.

Kaira menggeram kesal. Untung saja ia sempat menutup mata, hingga serbuk itu tak masuk ke matanya. Namun, sayangnya serbuk itu malah hinggap di rambutnya.

Fireflies [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now