Lima puluh enam

190K 11.6K 1.8K
                                    

"Bertemanlah dengan dia yang sejalan denganmu. Jika dia jatuh, tenang saja. Kau akan mati bersamanya."

***

Di jam istirahat kali ini, Anna maupun Via tidak membawa bekal apapun dari rumah. Kantin adalah pilihan terakhir untuk memberi makan cacing baik di perut mereka.

"Kok gak dimakan, Re?" tanya Kaira sembari mengunyah baksonya, "Masih sariawan?"

Rea menghela napas, "Sariawan-sariawan apa sih. Mau aja lo dikibulin sama si Tomcat."

Kaira yang terlalu kalap, tiba-tiba tersedak sepotong bakso, lantas cepat-cepat meminum segelas air terdekat. Entah minuman milik siapa, yang penting tenggorokannya harus selamat.

"Itu minuman gue, Kai." sinis Anna.

Kaira yang merasa tenggorokannya sudah membaikpun mulai bicara, "Ya maap, sengaja." cengirnya.

Anna berdesis pelan, sudah maklum.

"Tapi tunggu. Tadi lo bilang apa, Re?"

Rea mengedikkan bahunya tak acuh. Dia benar-benar keceplosan menyebut Vano dengan sebutan Tomcat tadinya. Gadis itupun menyendokkan kuah bakso ke dalam mulutnya.

Sudah dari tadi ia menunggu makanan panas itu agar bisa di makan.

Melihat Rea yang acuh tak acuh, Kaira pun bersungut kesal. Sulit memang, berbicara dengan orang yang sifatnya sebelas-dua belas dengan es batu itu.

"Vi, lo gak makan?" tegur Anna.

Tidak ada yang menyadari keanehan Via dari tadi. Gadis itu kerap kali melamun, bahkan tidak menyentuh makanan di depannya sama sekali.

"Jangan bilang lo juga sariawan?" tebak Kaira, asal. Rea menatap gadis itu sinis, dan dibalas kekehan olehnya.

Via hanya menggeleng pelan.

Walaupun masih menjadi tanda tanya baginya, Anna dan yang lainnya kembali melanjutkan kegiatan makannya.

Mereka memang bersahabat, namun belum ada yang terbuka satu sama lain. Entahlah, kata sahabat hanya menjadi status belaka saja.

"Gue mau ke toilet." Via akhirnya angkat bicara. Mereka yang tadinya sedang fokus dengan makanannya, kini beralih menatap gadis itu, heran.

"Re, temenin gue ya." pintanya.

Rea yang lumayan terkejut, hanya bisa terdiam. Tumben sekali gadis itu minta ditemani. Ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, 10 menit lagi bel masuk berbunyi. Sementara makanannya masih banyak. Perutnya juga masih lapar.

"Gue aja yang temenin lo, Vi." Kaira mengajukan diri. Kebetulan makanannya sudah habis. Lagipula dia paham, bahwa Rea baru saja mulai memakan makanannya.

"Re, please." cicit Via.

Kaira dan Anna saling menatap satu sama lain.

Mau tak mau, Rea pun bangkit, dan menyudahi kegiatan makannya demi menemani Via.

***

Via memasuki toilet lebih dulu, disusul dengan Rea dari belakang.

Kali ini pintu toilet tampak terbuka semua. Tidak ada orang lain selain mereka berdua di sini.

Via terdiam, membelakangi Rea. Pandangannya menunduk.

Cukup lama gadis itu bergeming di tempatnya. Tentu saja Rea semakin heran.

"Vi?" panggilnya pelan.

Via mengangkat kepalanya pelan. Lantas membalik badan menatap Rea.

Gadis itu berjalan mendekat ke arah Rea lantas memeluknya erat.

Fireflies [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang