Dua puluh satu

213K 13.4K 1.5K
                                    

"Jika dengan cara terluka, dapat menarik rasa simpati darimu. Maka, haruskah kulakukan berulang kali?"

***

FLASHBACK ON

Rea memejamkan matanya kuat. Keringat dingin bercucuran di sekitar wajahnya. Kakinya bergetar ketakutan.

Kedua tangannya diikat, begitu pula kakinya. Seorang pria dewasa dengan tubuh besar berdiri di sampingnya, lengkap dengan pistol di tangannya.

"Tanda tangani berkas itu atau-"

"Jangan sakiti putriku!"

Dor!

Pria itu menembakkan pistol di udara.

Bibir Rea bergetar. Ia membuka matanya, sontak saja air matanya terjatuh.

"A-ayah..." Ucapnya lirih.

Kedua pria dewasa di depannya sibuk melontarkan argumen.

"Saya tidak akan menyerahkan aset perusahaan pada orang licik seperti Anda!"

"Kalau begitu, ucapkan selamat tinggal pada putrimu."

"Jangan sakiti dia!" Revan-pria yang di panggil ayah oleh Rea, segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.

Dor!

"Ayahhh..."

Sekali lagi, tembakan itu dilayangkan di udara.

"Jangan coba-coba mendekat!"

"Lepaskan putriku! Jangan libatkan dia dalam masalah ini!"

"Mudah saja. Berikan tanda tanganmu di kertas ini, dan kalian berdua bebas." Ucap pria jahat itu seraya mendekati Revan dengan kertas dan pulpen di tangannya.

Bugh!

Pria jahat itu terjatuh setelah diberi pukulan oleh balok kayu dari seseorang yang baru saja datang.

"Satya.." ia adalah sahabat karib sekaligus rekan kerja Revan di kantor.

Pria jahat itu kembali berdiri dan secara tiba-tiba melayangkan bogem mentah pada Satya.

"Saya tidak ada urusan dengan mu!"

"Tentu saja ini menjadi urusan saya. Ini menyangkut masa depan perusahaan!" Balas Satya.

Revan yang melihat pertikaian keduanya pun buru-buru menyelamatkan putrinya.

"Heh! Jangan sentuh anak kecil itu." Ucap si pria jahat yang berusaha mengejar Revan.

Dor!

Satya menembakkan pistol tepat mengenai bagian perut si pria jahat, hingga ia terjatuh.

Satya sengaja membawa pistol, jaga-jaga jika nantinya diperlukan. Ia juga sudah menghubungi polisi.

"Bangsat!" Umpat si pria jahat, seraya menahan sakit.

Revan buru-buru melepaskan ikatan pada tangan dan kaki Rea, lantas memeluk gadis kecil itu erat.

"Rea... sayang ayah." Ucap gadis itu disela-sela tangisnya. Gadis itu bergetar ketakutan.

"Ayah juga sayang Rea. Selamanya."

Satya yang melihat keharmonisan antara hubungan bapak dan anak itu pun seketika merindukan anak laki-lakinya di rumah.

Fireflies [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now