※16※

9.4K 494 109
                                    


H E R
M I S T A K E

H I S
R E G R E T





∽※∽※∽※∽





Dua pasang mata saling bertaut .



Kebisuan jadi jurang antara dua jiwa itu . Tertunduk seketika Elise , jemari mengutil hujung kuku . Bibir pegun , tidak mampu meluahkan sebarang perkataan . Hanya hela lemah yang mampu diluah , terasa berat didada .




" kau datang ... melawat aku ? "


Terpejam rapat matanya apabila mendengar pertanyaan Demerez . Hatinya seakan berlubang , terisi dengan keperitan yang menghakis dinding hatinya . Perlahan-lahan , kepala diangkat . Membalas tatapan redup lelaki itu . Meja jadi pemisah antara mereka dalam ruangan pelawat ini . Dalam sedar , matanya meneliti wajah Demerez , susuk tubuh lelaki itu yang tampak tidak bermaya meski tubuh itu tidak mendadak susut . Masih ... masih dia risaukan lelaki ini .






Senyuman itu masih setia dibibir Demerez , sepertinya mahu menyampaikan sesuatu atau hanya ... memaklumkan padanya bahawa dirinya dalam keadaan ... baik ... bahawa semua ini ... tidak beri apa-apa kesan padanya ... bahawa seorang Demerez Black masih kuat ..tidak jatuh . Tidak lemah .






" why ? " datar persoalan Elise separuh berbisik . Matanya menatap sedalamnya mata lelaki itu , merayu ... menginginkan sebuah jawapan .



Demerez diam . Kepalanya menyenget , bersama senyuman lebar . " —— aku sihat . Makanan dekat sini pun ... boleh tahan even sikit . Tapi , aku boleh slowtalk dengan warden ba —— " cubaan Demerez untuk lari dari topik sebenar perbualan mereka dihentikan segera oleh Elise .




" that's not my questions ! " tajam anak mata Elise menikam sepasang mata itu . Merubah raut wajah Demerez , menghilangkan segaris senyuman dari bibir itu . Sekali lagi , tembok tinggi terbina antara mereka .




Elise menahan air mata yang sudah memenuhi tubir matanya . Nafas dihela berat . " —— I suruh you report I kepada polis . Bukan suruh you tutup kesalahan I "



" and I tak minta you stay behind this bar ! I tak suruh you duduk dalam penjara ni ! I tak —— "




" sebab kau tak pernah suruh atau minta apa-apa dari aku ... " biasan mata Demerez kelam , merenung ke dalam mata Elise . " —— ini keputusan aku sendiri . Sama ada kau terima ... atau tak ... aku tak perlukan kepastian mahupun keizinan dari kau "


Meja yang memisahkan dua tubuh mereka menjadi sasaran amarah dan tidak puas hati Elise . Berdentum kuat bunyi meja itu apabila telapak tangan Elise menepuk permukaan meja itu .




Demerez tidak beriak . Datar wajah itu ,penuh kekosongan . Tidak melarikan wajahnya dari renungan tajam Elise yang kini sudah lemas dalam amarahnya . Ketegangan dan kerutan di wajah wanita itu menjadi perhatiannya , setiap perubahan meski kecil tidak terlepas daripada matanya . Sebagaimana kening wanita itu bertautan , struktur wajahnya yang lembut berubah tegang serta ... bibir yang masih bergetaran meski digigit sekuatnya oleh tuannya . Segalanya diteliti dan ditanam dalam memori Demerez .





Her Mistake His RegretWhere stories live. Discover now