◇DEMELISE◆

12.1K 613 136
                                    



╰◆◇SPECIAL DEMELISE◆◇╮

Perasaan itu . Perasaan sama yang pernah menjadi racun dalan diri Elise .

Kelopak mata dibuka , sedikit sukar apabila cuba dilawan rintangan air disekitarnya . Kaki yang bergerak , menolak air kembali pegun . Membiarkan tubuhnya kalah pada gravitii sehingga tubuhnya menyentuh dasar kolam renang itu . Bibir diketap kuat , menyimpan oksigen yang masih tersisa dalam diri . Sesekali gelombang kecil udara keluar dari rongga hidungnya . Entah , tidak tahu berapa lama dia sudah bertahan di dalam air itu . Entah apa yang merasuk dirinya untuk berbuat sedemikian . Mungkin , mungkin hanya kerana merindukan Aireen . Iya . Mungkin itu adalah alasan yang tepat .

Tangannya naik menyentuh lantai dasar kolam renang itu . Kelopak mata dipejam perlahan , membayangkan bagaimana anak kecilnya itu ... kelemasan . Pasti ... pasti amat terseksa . Anak kecil yang tidak bersalah ... yang masih tidak tahu apa-apa , dihukum sebegitu hanya kerana rasa iri hati manusia . Kesal . Runtun jiwa seorang ibu . Tawa halus Aireen sewaktu dia melihat video yang dihantar oleh Demerez sewaktu dia masih ditahan di penjara , terngiang-ngiang ditelinga . Kenangan manis namun perit bila dikenang . Biar waktu berlalu pergi , tak akan pernah hilang kasih dan ingatan seorang ibu  buat anaknya . Biar dimakan usia dan masa .

Elise masih dalam emosi sendiri , tidak perasan akan tangan lain yang menarik tubuhnya keluar dari air . Mata masih terpejam rapat , sedaya upaya cuba untuk membuang rasa sedih yang bermaharajalela dalam dada .

" Elise ! "

Suara Demerez seakan menarik Elise kembali ke alam realiti . Sepertinya tubuh direntap , menghilangkan segala bayangan masa lampau dan hilai tawa Aireen . Serentak , dada terasa ditekan sekali gus menghantar satu tekanan pada diri .

Demerez diam merenung wanita itu terbatuk-batuk , sejumlah kecil air klorin dipaksa keluar dari tubuh isterinya itu . Pantas , tangan Elise dia genggem . Mata saling bertautan , tanpa bicara . Cukuplah pandangan mata mereka saling berbahasakan bisu , sudah faham ertinya .

Lambat-lambat tubuh Elise dipeluknya , mengelus lembut rambut sang isteri serta menyelimuti tubuh yang bergetaran itu dengan kehangatan tubuhnya .
" I'm here sayang . Kau ada aku "

Elise hanya pegun , air mata pantas diseka sambil bibir tidak henti mengungkapkan kata maaf . Bahu Demerez digenggam kuat , berpaut sepenuhnya pada suaminya .
"

I'm sorry ...  so sorry ... "

Demerez angguk mengerti . Wajah Elise yang jelas basah kuyup diusap lembut , senyuman manis diukirkan buat sang isteri . " its okey . Its not your fault . Salah aku , sebab masih tak boleh jaga kau elok-elok . Tak prihatin dengan perasaan kau "

" no , bukan salah you . I yang —— "

Demerez sembunyi senyum , taktik meraih simpatinya berjaya juga . Cuba meletakkan kesalahan itu pada diri sendiri sebagai 'menegur' perbuatan Elise yang pada hematnya sudah menjadi seakan satu ketagihan buat wanita itu . Demerez sedar , masa silam yang mencorakkan diri isterinya , dia sedar dia tidak akan mampu untuk memperbaiki kesemuanya kerana perkara-perkara sebegini sudah menjadi sebahagian dalam hidup Elise . Jika dia mahu mengubahnya , dia perlukan masa dan pendekatan yang lebih halus . Psikologi . Itu yang Demerez belajar dalam cuba merubah Elise ke arah lebih sihat . Dan Elise bukanlah tidak waras atau gila , hanya terpalit sedikit tekanan dalam diri wanita itu namun masalah itu semakin pulih . Elise hanya perlukan sokongan dari keluarga dan orang yang paling disayanginya . Segalanya bisa dirawat .

Her Mistake His RegretWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu