Penasaran

35.8K 2.2K 52
                                    

Jam menunjukan pukul 18.30. Langit mulai gelap dan hilir mudik kendaraan di jalan Pasar Minggu mulai padat. Gua ketinggalan Basis karena sejak jam pulang tadi masih harus berurusan di ruang BP dengan Bu Rani.

Sedangkan saat ini gua berada di dalam ruangan kumuh yang penuh dengan asap rokok dan kaleng bir bergeletakan. Gua menatap lirih ke sudut ruangan. Terlihat dua orang wanita berdandan menor dengan pakaian minim berdiri di depan meja berwarna hijau, sesekali mereka menghisap rokok di tangannya. Mereka tertawa lebar, entah apa yang mereka tawakan.

Bukan rahasia umum lagi wanita yang langganan berdiri di sini memang bekerja sebagai wanita penghibur. Mungkin usia mereka berkisar 35 tahun ke atas dengan wajah di bawah standar. Selain itu di sebelah tempat ini terdapat gedung bioskop murah yang biasanya memutar film-film dewasa dan banyak juga wanita-wanita penghibur yang ngider (beredar) di tempat ini untuk melayani laki-laki hidung belang.

Gua berjalan mondar-mandir dengan hati resah. Entah apa yang membuat gua resah pada malam ini? Mungkin suasana di sini yang kurang nyaman atau ada firasat lain yang membuat gua gak betah.

"Zik, balik yuk udah malem nih," Ajak gua kepada Zikri kawan sebasis gua.

Anak itu sedang bersiap menyodok bola billiardnya.

"Entar nyet, baru juga maen.." Jawabnya seraya menyodok bola.

"Eit deh, perasaan gua gak enak banget nih disini..ayo kita cabut aja!"

"Buset dari tadi minta balik mulu. Takut di cariin enyak lu ape? Udah sana pulang duluan," Tambah Dika yang tampak kesal.

Yeah, kami bertiga teman sekelas yang sama-sama ketinggalan Basis pulang. Kami memutuskan untuk main Billiard di samping bioskop Nirwana. Pokoknya sampai keadaan di jalur aman. Semenjak tadi gua gelisah terus mondar-mandir di depan meja Billiard.

"Udah deh gua balik duluan..." Kata gua yang akhirnya memutuskan untuk pulang sendirian.

Gua bener-bener gak tahan di sini, nafas sesak, mata perih karena asap rokok, ruangan pengap tanpa ventilasi membuat udara panas bercampur bau keringat badan penghuni satu ruangan terus berputar-putar di dalam ruangan. Hal ini menyebabkan gua mual dan ingin muntah.

Apalagi ketika melihat seorang bapak-bapak berperawakan gendut bertelanjang dada yang sedang bermain billiard. Keringat di tubuhnya bagai di siram oleh minyak nyong-nyong, bulu ketek dan bulu dadanya yang lebat melambai-lambai minta di gamparin!

Gua yakin sumbangsih terbesar penyumbang bau tak sedap itu berasal dari dia. Gua gak bisa bayangi kalau tiba-tiba hidung gua di kekep sama keteknya itu, entah besok gua masih bisa melihat matahari lagi atau tidak? Sebuah pemikiran bodoh yang seharusnya gak usah gua bahas!

Gua juga heran kenapa dua sohib gua itu sangat betah di sini, apakah hidung mereka sudah kebal dengan bau-bau seperti ini? Atau mereka juga salah satu penanam modal dalam aksi pewangi ruangan ini? Entahlah..hanya tuhan yang tahu..

"Lah, beneran mau balik die. Woi jam rawan nih, kena sweeping bisa mati lu!" Seru Dika memperingatkan.

"Sabar nyet, paling satu jam lagi kita balik, lu tahu sendiri kita ketinggalan basis, bisa di pancang kalo ketemu musuh di jalur.."

"Ah, bodo amat!" Gua gak peduli dan tetep keluar dari tempat billiard.

Di depan tempat billiard gua merasakan udara segar masuk ke dalam baju dan celana. Hidung gua juga mendapat asupan gizi yang gak bisa gua dapat di dalam. Gua membungkuk menarik nafas dalam-dalam dan merasa lega karena sudah keluar dari ruangan penyiksaan itu.

BADJINGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang