Sang Guru

35.2K 2.3K 218
                                    

Gua dan Erik istirahat di depan kios rokok pinggir jalan raya dengan nafas terengah-engah. Minuman mineral gelasan kami minum dengan sekali tengguk karena rasa haus yang begitu menyerang tenggorokan.

"Anjing..di bantai kita.." ucap gua masih dengan nafas terengah-engah.

"Iye. Banyak bener Basis 305nye," Erik banjir yang wajahnya pucat menjawab. Nafasnya sama terengah seperti gua.

"Anak-anak yang laennya pada kabur kemana?" Tanya gua.

"Tadi gua sempet liat mereka pada masuk ke dalam kampung sih,"

"Gak ada yang kena kan?"

"Mudah-mudahan sih gak ada," jawabnya dengan wajah yang lesu.

Tak selang beberapa saat Erik Banjir terlihat panik.

"Cabut nyet cabut!!" Serunya heboh yang langsung berlari masuk ke dalam kampung di dekat kios rokok tempat kami beristirahat.

Gua yang melihat ini jadi panik.

Mungkin musuh kembali menyerang kami dan gua bermaksud untuk lari mengikuti jejak Erik Banjir yang sudah menghilang.

Tiba-tiba dari belakang rambut gua di tarik.

Tubuh gua di angkat lalu di banting ke bawah. Gua memekik kesakitan dan mencoba melihat pelakunya.

Di sana telah berdiri lelaki tua berumur sekitar 40 tahun dengan tampang angker yang memakai jacket kulit berwarna hitam. Gua mengenali lelaki tersebut. Beliau adalah pak Sukri wali kelas gua yang terkenal sangat Killer.

Pak Sukri terkenal sebagai polisi sekolah kami, guru tersebut sering kali melakukan patroli di daerah-daerah rawan untuk menangkapi anak Basis yang terlibat tawuran. Jejaknyapun sulit di terka dan di ketahui, beliau seperti bunglon yang dapat menyamar dimana saja.

Pak Sukri kembali menjanggut rambut gua.

"Berani-beraninya kamu tawuran di sini!" Bentaknya galak.

"Sss...saya..ng..."

PLAAAAAKK!!

Satu tamparan ke wajah membuat gua bungkam.

"Mau alasan apa kamu?!" Bentaknya emosi betul. "Anak-anak seperti kamu ini yang membuat nama sekolah kita jadi jelek!"

"Tapi pak kami di serang....."

PLAAAAAKK!!

Belum sempat menjelaskan lebih detail wajah gua kembali di tampar lagi.

"Buka tas kamu!" Perintah Pak Sukri dengan galak.

Tangan gua gemetaran sambil membuka tas. Melihat gerakan gua yang lambat orang tua itu tampak tak sabar dan mulai merebut tas lalu memeriksanya sendiri. Pak Sukri menemukan kopel yang gua simpan di dalam lalu mengambilnya.

Wajahnya langsung berubah penuh dengan kemurkaan.

"APA INI?!"

Gua bungkam karena ketakutan.

"JAWAB?!"

PLAAAAAKK!!

Kembali tamparan demi tamparan gua terima.

Tali kopel langsung di ikatkan ke leher gua.

"Ikut saya ke sekolah!!" Bentaknya sembari menarik tali kopel guna menyeret tubuh gua ke motornya yang di parkir tak jauh dari situ.

BADJINGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang